Ini Keseruan Para ABK Saat Berada di St Vincent's School Liverpool

Senin, 24 Juni 2019 - 21:22 WIB
Ini Keseruan Para ABK Saat Berada di St Vincents School Liverpool
Para ABK dari Kota Surabaya, datang ke Sekolah Tuna Netra, St Vincent’s School Liverpool. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Sebanyak tujuh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Kota Surabaya, mulai menjelajahi Kota Liverpool dalam menjalankan misi pendidikan dan kebudayaan.

Banyak pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan dan kegiatan selama di salah satu kota populer di Inggris itu. Salah satunya ketika mereka datang ke Sekolah Tuna Netra, St Vincent's School.

Kegiatan pagi di sekolah Inggris selalu dimulai pukul 09.00 untuk sarapan. Selanjutnya sekitar pukul 10.00, kegiatan pendidikan baru dimulai di kelas-kelas. Untuk gambaran jelasnya, di musim panas ini, waktu malam di Kota Liverpool hanya sekitar enam jam, sedangkan siangnya sekitar 18 jam.

Tim Pendamping Delegasi Pendidikan Kota Surabaya, Supriyanto menuturkan, menu sarapan pagi di sana adalah roti dan sereal lengkap dengan susu dan teh panas. Namun, sebagian besar anggota delegasi tidak terbiasa dengan menu sarapan seperti ini. Akibatnya, sebagian anggota delegasi memilih untuk tidak sarapan, atau hanya sedikit sekali untuk mengganjal perut.

"Untungnya, sehabis salat subuh tim kami sudah masak nasi. Anak-anak sudah sarapan nasi dengan mie instan, abon, dan kering tempe di dapur asrama," kata Supriyanto, Senin, (24/6/2019).

Ia melanjutkan, hampir semua sisi dinding luar dan dalam kelas St Vincent’s School dipenuhi berbagai karya siswa dan juga poster-poster yang berisi motivasi. Berbagai buku sumber pelajaran dan referensi juga tersedia di dalam kelas.

Termasuk juga beberapa unit komputer lengkap dengan keyboard khusus bagi penyandang tuna netra. Semua poster dan berbagai tempelan media dan identitas ruang atau penunjuk arah dilengkapi dengan huruf Braille.

"Semua media pembelajaran juga berbentuk timbul, sehingga bisa dikenali dan dipahami oleh semua siswa tuna netra. Termasuk yang paling menarik adalah beberapa unit Globe Timbul yang dilengkapi dengan huruf braille di Ruang Kelas History, Geografi dan Hukum," ucapnya.

Kepala Sekolah St Vincent's School, John A Anderson menuturkan, kegiatan delegasi Pendidikan Surabaya selama enam Minggu ke depan bisa datang ke berbagai simpul pendidikan di Liverpool. Kegiatan di pekan pertama adalah perkenalan dan orientasi kampus serta identifikasi siswa. Pada pekan-pekan selanjutnya, kegiatan diisi dengan pembelajaran inti yang akan menggunakan metode Sightbox.

"Saya harap hasil dari metode pembelajaran tersebut, dapat dijadikan suatu percontohan bagi Surabaya, terutama terkait dengan kebudayaan dari kedua kota (Liverpool dan Surabaya)," kata John.

Ia juga berharap agar hasil pembelajaran di St. Vincent’s School ini dapat diterapkan di Surabaya, terutama terkait dengan life skill, musik dan olahraga. "Saya harap para pendidik yang ikut Program Delegasi Pendidikan ini dapat menerapkan ilmunya yang diperoleh dari St. Vincent’s School ini di Surabaya," sambungnya.

Jhon juga menyampaikan, setiap hari pergantian jam pelajaran ditandai dengan bel. Makanya suara bel tersebut tidak mengganggu dan mempengaruhi kegiatan delegasi pendidikan dari Surabaya.

"Ada bel alarm tanda bahaya hari Senin depan pada jam-jam tertentu. Itu hanya sebagai kegiatan simulasi tanggap darurat saja. Semua siswa akan dievakuasi ke titik-titik kumpul yang ada," katanya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.0973 seconds (0.1#10.140)