Tak Hanya Bikin Sakit Fisik, Ini Dampak Psikologis Virus Corona

Kamis, 19 Maret 2020 - 22:28 WIB
Tak Hanya Bikin Sakit Fisik, Ini Dampak Psikologis Virus Corona
Dosen Psikologi Fakultas Kedokteran (FK) UNS Solo Rini Setyowati. FOTO/Dok.Humas UNS
A A A
SOLO - Virus corona atau Covid-19 yang telah menjadi pandemi global, termasuk Indonesia tidak hanya menyebabkan gejala dan penyakit fisik. Corona juga memberikan dampak psikologis, baik pada penderita atau masyarakat luas.

Dosen Program Studi (Prodi) Psikologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Rini Setyowati mengatakan, bagi penderita, dampak psikologis bisa dirasakan, seperti perasaan tertekan, stres, cemas saat didiagnosis positif Covid-19.

"Penderita bisa merasa cemas atau khawatir secara berlebihan ketika privasinya atau identitasnya bocor kepada publik sehingga berdampak dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya," kata Rini Setyowati, Kamis (19/3/2020). (Baca Juga: Satu PDP Corona Meninggal di RSUD Bantul)

Dalam kondisi ini, reaksi dari penderita bisa berupa bersikap tidak jujur dengan riwayat penyakit, perjalanan sebelumnya dan pernah kontak dengan penderita Covid-19 lain kepada tenaga medis. Reaksi lainnya bisa berupa penderita merasa cemas atau khawatir tentang hasil yang lambat setelah perawatan medis.

Bagi masyarakat luas juga dapat menimbulkan perasaan tertekan, stres dan cemas dengan pemberitaan mengenai meningkatnya jumlah penderita Covid-19. Pemberitaan yang simpang siur atau kurang tepat dapat memicu stres pada masyarakat yang mempengaruhi hormon stres sehingga menyebabkan sistem imun yang menurun dan rentan tertular Covid-19.

"Reaksi masyarakat dapat berupa memproteksi secara berlebihan terhadap diri maupun keluarganya. Misalnya dengan mencuci tangan berulang kali, membersihkan rumah dan lingkungan terus-menerus," kata Rini yang juga seorang psikolog di Rumah Sakit (RS) UNS. (Baca Juga: Satu Lagi, Pasien Pengawasan Corona Meninggal di Solo)

Lebih jauh, hal ini dapat menimbulkan gejala obsesif compulsif, yaitu gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, individu tersebut akan diliputi kecemasan atau ketakutan.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masyarakat yang kurang bijak menyikapi kebijakan pemerintah untuk 14 hari beraktivitas di dalam rumah (belajar, bekerja dan beribadah di rumah). Mereka malah berlibur ke tempat wisata. Masyarakat inilah yang sebaiknya perlu diedukasi mengenai pentingnya mematuhi kebijakan pemerintah dan dampak dari sikapnya tersebut bagi keluarganya dan masyarakat lain.

Guna mengantisipasi dampak psikologis terhadap Covid-19 ini, perlu strategi coping adaptif yaitu cara mengatasi masalah yang adaptif oleh baik penderita maupun masyarakat luas. Perasaan khawatir, tertekan dan cemas ini apabila dapat diolah dengan tepat oleh individu maka bisa mengarahkan individu tersebut pada reaksi melindungi diri dengan tepat dan meningkatkan religiusitas individu karena individu dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Sebaliknya, apabila strateginya adalah coping maladaptif, maka tidak menutup kemungkinan individu dapat mengalami distres, cemas, gejala obsesif kompulsif atau permasalahan psikologis lainnya.

Terdapat imbauan untuk masyarakat dari Himpunan Psikologi Indonesia terkait penyebaran Covid-19 yang disingkat PSIKOLOGI. Pertama Perhatikan kesehatan, kedua Sosial distancing, ketiga Ingatlah menjaga kebersihan, keempat Konsumsi buah, vitamin dan makanan bergizi.

Kelima adalah olah pikir, olah rasa dan meminimalisir kecemasan, keenam Lakukan kebiasaan baik dengan menutup mulut, hidung ketika batuk dan bersin serta hindari menyentuh bagian wajah dengan tangan, ketujuh Olahraga secara teratur, kedelapan gunakan masker dan kesembilan Ingatlah untuk berdoa.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4016 seconds (0.1#10.140)