Ngontel dari Banyuwangi ke Aceh Dua Difabel Ini Terima Peghargaan
A
A
A
SEMARANG - Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid) memberikan apresiasi kepada dua pesepeda difabel, yakni penyandang tuna daksa Nanang Setiawan (28) dan penyandang tuna rungu Erwin Aditya Eka Nur Hakiki (25).
Ketua Umum dan Pendiri Leprid, Paulus Pangka menyerahkan piagam penghargaan kepada kedua pemuda asal Banyuwangi tersebut di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Selasa (11/2/2020).
Nanang bersama Erwin mendapatkan penghargaan Leprid atas rekor tuna daksa dan tuna rungu pertama di Indonesia yang bersepeda onthel dari Banyuwangi (Jawa Timur) menuju Kilometer Nol Sabang (Nangroe Aceh Darussalam) dengan menempuh jarak 6.629 kilometer.
“Pada hari ini kami berikan apresiasi rekor yang istimewa. Istimewanya, karena dua insan Indonesia ini telah mencetak sejarah, yaitu tuna rungu dan tuna daksa yang melakukan suatu kegiatan sesuai hobinya yaitu bersepeda onthel dari ujung timur pulau Jawa sampai ujung barat pulau Sumatera, tepatnya dari Banyuwangi sampai dengan Titik Nol NAD dengan menempuh jarak 6.629 Km,” kata Paulus Pangka.
“Uniknya, Mas Kiki tak bisa mendengar tapi kerjasama dengan temannya yang tuna daka dengan satu kaki. Tapi dalam suka dan duka bersama-sama berjalan dengan menggunakan sepeda dan memberi laporan secara periodik kepada Leprid. Karena mereka sebelum berangkat sudah menyampaikan kepada kami bahwa berniat untuk melakukan silaturahim terhadap saudara-saudara yang ada di Jateng, Jabar, DKI Jakarta, Sumatera sampai di Aceh,” ungkapnya.
Untuk diketahui, kedua pesepeda difabel tersebut berangkat pada 12 Juli 2019 dari Banyuwangi dan tiba di Aceh pada 12 Desember 2019.
Keduanya menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh Leprid. “Saya sampaikan terima kasih kepada Leprid yang telah memberikan penghargaan kepada kami. Tentu ini menjadi semangat buat kami dan teman-teman sesama difabel,” ungkap Erwin atau biasa dipanggil Kiki.
Sementara Nanang mengaku banyak suka dan duka selama perjalanan bersepeda onthel. "Banyak sekali suka dukanya. Sukanya bisa ketemu banyak saudara baru sesama pecinta sepeda onthel. Dukanya ya itu, ban pecah, tidur di pom bensin, rantai lepas, rem blong sampai jatuh ke semak-semak dan lain sebagainya," ungkap Nanang.
Selain penasaran dengan Pulau Sumatera, Nanang dan Kiki juga mengemban misi penting. Keduanya ingin memberikan semangat kepada teman-temannya penyandang disabilitas agar tetap semangat dan tidak putus asa.
Ketua Umum dan Pendiri Leprid, Paulus Pangka menyerahkan piagam penghargaan kepada kedua pemuda asal Banyuwangi tersebut di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Selasa (11/2/2020).
Nanang bersama Erwin mendapatkan penghargaan Leprid atas rekor tuna daksa dan tuna rungu pertama di Indonesia yang bersepeda onthel dari Banyuwangi (Jawa Timur) menuju Kilometer Nol Sabang (Nangroe Aceh Darussalam) dengan menempuh jarak 6.629 kilometer.
“Pada hari ini kami berikan apresiasi rekor yang istimewa. Istimewanya, karena dua insan Indonesia ini telah mencetak sejarah, yaitu tuna rungu dan tuna daksa yang melakukan suatu kegiatan sesuai hobinya yaitu bersepeda onthel dari ujung timur pulau Jawa sampai ujung barat pulau Sumatera, tepatnya dari Banyuwangi sampai dengan Titik Nol NAD dengan menempuh jarak 6.629 Km,” kata Paulus Pangka.
“Uniknya, Mas Kiki tak bisa mendengar tapi kerjasama dengan temannya yang tuna daka dengan satu kaki. Tapi dalam suka dan duka bersama-sama berjalan dengan menggunakan sepeda dan memberi laporan secara periodik kepada Leprid. Karena mereka sebelum berangkat sudah menyampaikan kepada kami bahwa berniat untuk melakukan silaturahim terhadap saudara-saudara yang ada di Jateng, Jabar, DKI Jakarta, Sumatera sampai di Aceh,” ungkapnya.
Untuk diketahui, kedua pesepeda difabel tersebut berangkat pada 12 Juli 2019 dari Banyuwangi dan tiba di Aceh pada 12 Desember 2019.
Keduanya menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh Leprid. “Saya sampaikan terima kasih kepada Leprid yang telah memberikan penghargaan kepada kami. Tentu ini menjadi semangat buat kami dan teman-teman sesama difabel,” ungkap Erwin atau biasa dipanggil Kiki.
Sementara Nanang mengaku banyak suka dan duka selama perjalanan bersepeda onthel. "Banyak sekali suka dukanya. Sukanya bisa ketemu banyak saudara baru sesama pecinta sepeda onthel. Dukanya ya itu, ban pecah, tidur di pom bensin, rantai lepas, rem blong sampai jatuh ke semak-semak dan lain sebagainya," ungkap Nanang.
Selain penasaran dengan Pulau Sumatera, Nanang dan Kiki juga mengemban misi penting. Keduanya ingin memberikan semangat kepada teman-temannya penyandang disabilitas agar tetap semangat dan tidak putus asa.
(nun)