Cari Batu Akik, Tukang Cukur Temukan Fosil Gajah Purba

Senin, 17 Desember 2018 - 07:00 WIB
Cari Batu Akik, Tukang Cukur Temukan Fosil Gajah Purba
Fosil yang ditemukan tukang cukur di Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat, beberapa tahun lalu. Foto/SINDOnews/Inin Nastain
A A A
MAJALENGKA - Selain penemuan sepasang fosil gading Stegodon berumur Plestosen Awal atau sekitar 1,5 juta tahun oleh tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), masih ada penemuan lain yang juga berlokasi di Majalengka, Jawa Barat. Kali ini penemuan tersebut dilakukan oleh warga setempat, yang profesinya jauh berbeda dengan tim dari kalangan akademis itu.

Kendati latar belakang penemu itu berbeda jauh, tetapi objek penemuannya sama-sama memiliki nilai yang cukup berharga. Ya, keduanya menemukan fosil yang kemungkinan berusia jutaan tahun silam.

Penemunya adalah tukang potong rambut di Kadipaten. "2014 lalu waktu musim batu akik. Pas saya lagi potong rambut, si tukang potongnya itu memperlihatkan batu yang katanya ditemukan di sungai, tapi nggak disebutkan nama sungainya," kata Endra Adiwinata Gofur, warga Blok Kamun, Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten, Minggu (16/12/2018).

Melihat benda yang disebut batu tersebut, Endra yang merupakan lulusan Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Arkeologi UGM itu tergelitik untuk mengamatinya secara saksama. Setelah mencermati, Endra memastikan bahwa benda itu bukan batu, melainkan fosil.

"Melihat karakternya, saya yakin itu bukan batu. Lalu saya minta ke tukang cukur (potong rambut) itu untuk dibawa pulang," jelas dia.

Berbekal ilmu yang diperolehnya saat di bangku kuliah, Endra semakin yakin bahwa benda itu adalah fosil. Keyakinan Endra bertambah kuat setelah mencoba untuk mencari tahu di mesin pencari Google.

"Saya juga sempat mengunggah di facebook. Dari unggahan itu, ada dosen Arkeologi yang memastikan bahwa itu memang fosil," ungkap Endra.

"Fosil gajah purba atau Stegodon Trigonocephalus bagian rahang dan gigi, tetapi tidak utuh. Ini sebenarnya ukurannya besar. Namun pada beberapa bagian ada yang pecah karena dipalu, ada juga bekas gergaji. Ya karena yang menemukannya itu tujuannya cari batu akik," lanjut dia.

Berdasarkan temuan tersebut, Endra menyebutkan tidak menutup kemungkinan bahwa di daerah itu pada masa silam memang pernah hidup hewan purba. Namun, di sisi lain, fosil itu kemungkinan gajah yang berkembang biak di daerah lain, tetapi bermigrasi untuk mencari makan.

"Apakah ada titik temu dengan penemuan yang dilakukan oleh tim dari ITB, mungkin saja, tapi kan mereka belum membuka di mana lokasi penemuannya. Kalau melihat karakter tanah, mungkin saja daerahnya tidak jauh. Karena secara karakter (tanah) fosil-fosil berpeluang ditemukan di daerah Majalengka," jelas dia.

Menurutnya, sempat ada ahli dari Bandung yang berencana untuk melihat langsung ke sini. "Namun sampai sekarang belum terealisasi. Ini nanti diserahkan ke teman-teman Grumala (Grup Majalengka Baheula)," katanya.

Terpisah, penggiat Grumala, Naro mengatakan, fosil tersebut akan digunakan untuk bahan kajian bagi mereka yang memiliki perhatian dalam bidang arkeologi.

"Untuk bahan kajian, penelitian bagi yang suka hal arkeologi, khususnya orang Majalengka. Jika nanti ada museum di Majalengka, tinggal disimpen, jadi salah satu koleksi Andalan," jelas Naro.

Dikutip dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/, Stegodon merupakan jenis gajah purba yang paling banyak ditemukan di Sangiran (Jawa Tengah). Spesies ini beratap tengkorak menonjol membentuk segitiga. Ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan gajah sekarang, memiliki gading berbentuk membulat dan agak melengkung. Gigi Stegodon bertipe brachyodont yaitu jenis gigi yang sesuai untuk melumat dedaunan yang lembut.

Sebelumnya, Tim dari Balai Arkeologi menyebut bahwa dalam penelitian beberapa tahun lalu ditemukan fosil yang diduga berusia sekitar 900 ribu tahun di kawasan Pasir Jurig, Baribis, Kecamatan Cigasong, Majalengka, Jawa Barat.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8255 seconds (0.1#10.140)