Termakan Teori Keliru, Warga Inggris Bakar BTS 5G karena Dianggap Bisa Sebarkan Corona
A
A
A
LONDON - Termakan teori yang keliru, warga Inggris membakar dua stasiun pangkalan 5G di Birmingham dan Merseyside. Mereka menganggap jaringan generasi kelima, 5G adalah penyebab pandemik virus Corona .
Tindakan pembakaran tersebut terkait dengan rumor 5G adalah dalang utama dari virus Corona. Keyakinan ini secara konsisten menyebar di AS dan sebagian Eropa. (Baca juga; Alat Rapid Test Ini Mampu Deteksi Corona dalam 10 Menit, Pembuatnya Orang Indonesia )
Pada awal 12 Maret di KTT Kesehatan di Arizona, dokter asal Amerika, Thomas Cowan mengatakan, Afrika tidak memiliki 5G sehingga tidak ada kasus virus Corona di wilayah tersebut. Namun bertentangan dengan klaimnya, ribuan kasus COVID-19 ada di Afrika, meskipun di sana tidak ada 5G.
Sayangnya, teori tak masuk akal ini sangat populer di AS, Inggris, dan sebagian Eropa. Lebih buruk lagi, selebriti dengan jutaan pengikut "mengumumkan materi yang sama". Semakin populernya teori ini pada akhirnya memicu penghancuran dua BTS 5G di Inggris.
Selain itu, ungkap situs Giz China, banyak orang punya anggapan tak masuk akal bahwa Wuhan merupakan kota 5G pertama di dunia. Faktanya, Korea Selatan sudah memiliki lebih dari satu juta pelanggan 5G pada pertengahan 2019.
Sedangkan China baru mengomersilkan 5G pada November 2019 dan saat itu 5G baru memasuki Wuhan. Ini juga menunjukkan bahwa wabah COVID-19 di Wuhan tidak mungkin terkait jaringan internet supercepat 5G. (Baca juga; Bio Farma Kembangkan Vaksin untuk Obati Pasien Corona )
Asosiasi Komunikasi Seluler Inggris (UK Mobile) mengatakan, rumor itu mengkhawatirkan. Selain itu, Departemen Media dan Olahraga Budaya Digital Inggris (DCMS) juga mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa sama sekali tidak ada bukti bahwa 5G terkait dengan virus Corona.
Menurut Dr Georges C Benjamin, Direktur Eksekutif American Public Health Association, COVID-19 disebabkan oleh virus yang berasal dari sumber hewan alami dan tidak ada kaitannya dengan 5G atau radiasi yang terkait dengan teknologi.
Tindakan pembakaran tersebut terkait dengan rumor 5G adalah dalang utama dari virus Corona. Keyakinan ini secara konsisten menyebar di AS dan sebagian Eropa. (Baca juga; Alat Rapid Test Ini Mampu Deteksi Corona dalam 10 Menit, Pembuatnya Orang Indonesia )
Pada awal 12 Maret di KTT Kesehatan di Arizona, dokter asal Amerika, Thomas Cowan mengatakan, Afrika tidak memiliki 5G sehingga tidak ada kasus virus Corona di wilayah tersebut. Namun bertentangan dengan klaimnya, ribuan kasus COVID-19 ada di Afrika, meskipun di sana tidak ada 5G.
Sayangnya, teori tak masuk akal ini sangat populer di AS, Inggris, dan sebagian Eropa. Lebih buruk lagi, selebriti dengan jutaan pengikut "mengumumkan materi yang sama". Semakin populernya teori ini pada akhirnya memicu penghancuran dua BTS 5G di Inggris.
Selain itu, ungkap situs Giz China, banyak orang punya anggapan tak masuk akal bahwa Wuhan merupakan kota 5G pertama di dunia. Faktanya, Korea Selatan sudah memiliki lebih dari satu juta pelanggan 5G pada pertengahan 2019.
Sedangkan China baru mengomersilkan 5G pada November 2019 dan saat itu 5G baru memasuki Wuhan. Ini juga menunjukkan bahwa wabah COVID-19 di Wuhan tidak mungkin terkait jaringan internet supercepat 5G. (Baca juga; Bio Farma Kembangkan Vaksin untuk Obati Pasien Corona )
Asosiasi Komunikasi Seluler Inggris (UK Mobile) mengatakan, rumor itu mengkhawatirkan. Selain itu, Departemen Media dan Olahraga Budaya Digital Inggris (DCMS) juga mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa sama sekali tidak ada bukti bahwa 5G terkait dengan virus Corona.
Menurut Dr Georges C Benjamin, Direktur Eksekutif American Public Health Association, COVID-19 disebabkan oleh virus yang berasal dari sumber hewan alami dan tidak ada kaitannya dengan 5G atau radiasi yang terkait dengan teknologi.
(wib)