Pemkab Kediri Tolak Pemulangan Jenazah Tan Malaka ke Sumbar

Kamis, 22 Desember 2016 - 07:05 WIB
Pemkab Kediri Tolak Pemulangan Jenazah Tan Malaka ke Sumbar
Pemkab Kediri Tolak Pemulangan Jenazah Tan Malaka ke Sumbar
A A A
KEDIRI - Pemerintah Kabupaten Kediri memberikan sinyal merah atas rencana pemulangan kerangka jenazah Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka dari Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kediri ke kampung halaman di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kediri Eko Setiyono mengatakan Kediri juga ingin menjadi pemilik atau tempat lokasi makam Tan Malaka berada. Atas permintaan masyarakat Kediri, Pemkab, kata Setyono akan berupaya melestarikan makam Tan Malaka di Selopanggung Kediri.

“Toh Tan Malaka milik bangsa Indonesia. Bukan hanya milik masyarakat Minang maupun masyarakat Kediri saja. Karenanya biarlah makamnya kami rawat di Kediri, “ujarnya.

Sebelumnya jalan sejauh 100 meter menuju makam yang sebelumnya berupa setapak pematang sawah terjal dan curam, mendadak dibangun.

Kendati demikian keluarga Tan Malaka bersama Wakil Bupati Pemkab Lima Puluh Kota yang hadir dalam Diskusi Publik “Tan Malaka, Patriot Yang Hilang dan Kembali” di ruang Perpustakaan STAIN Kediri tetap bertekad membawanya pulang.

“Namun kami tetap menjunjung tinggi itikad baik serta mengutamakan silaturahim, “ujar Henky Novaron Arsil Datuk Tan Malaka kepada wartawan Rabu 21 Desember 2016.

Henky Novaron merupakan kemenakan Datuk Tan Malaka dari garis ibu. Dia pemegang gelar estafet Datuk Tan Malaka yang ke 7.

Diperjelas bahwa Datuk Tan Malaka merupakan gelar adat Raja Bungo Setangkai masyarakat Minangkabau. Sebuah gelar tertinggi yang membawahi 134 datuk kaum dengan 8 diantaranya datuk pucuk. Sutan Ibrahim merupakan pemegang gelar Datuk Tan Malaka yang ke 4.

Tiga pemegang gelar datuk sebelumnya, dan tiga dibawahnya telah meninggal dan dimakamkan di kampung halaman. Untuk keabsahan pengukuhan gelar Datuk Tan Malaka yang ke 7 keluarga harus memakamkan Datuk ke 4, yakni Sutan Ibrahim di kampung halaman.

“Karena ini sudah menjadi adat kami memakamkan seluruh leluhur di kampung halaman, “terang Henky yang datang dengan kemeja batik lengan panjang dan berkopyah hitam.

Rombongan dari Kabupaten Lima Puluh Kota datang sejak Selasa 20 Desember lalu. Semuanya berjumlah 11 orang. Selain Henky Novaron, juga hadir Wakil Bupati Lima Puluh Kota Refrizal Ridwan, Pimpinan Tan Malaka Institute Lima Puluh Kota Habib Datuk Monti, Pimpinan Tan Malaka Institute Jakarta dan sejumlah aktivis Partai Murba.

Sebelum memulai diskusi, mereka lebih dulu berziarah ke Makam Tan Malaka di Desa Selopanggung, di kaki Gunung Wilis.

Henky Novaron mengaku sempat merasa sedih saat pertama kali menyaksikan kondisi makam Tan yang sangat memprihatinkan. Kuburan itu hanya berupa gundukan tanah tanpa nisan dan nama.

Sebongkah batu hitam berukuran besar menjadi satu satunya penanda bahwa di lokasi merupakan makam.
Secara diam diam dia dan keluarga yang lain melakukan pemugaran. Makam itu berubah memiliki nisan, dengan nama terang, waktu kelahiran dan kematian serta bendera merah putih.

Dengan demikian terjawab sudah siapa pemugar makam Tan Malaka yang sebelumnya sempat menjadi misteri. “Sebenarnya beberapa bulan lalu itu kami yang telah memugar makam. Kami sengaja melakukanya diam-diam, “paparnya.

Henky menilai perhatian pemerintah terhadap Tan Malaka hanya bersifat euforia. Saat ahli waris berencana hendak membawa pulang kerangka jenazah ke kampung halaman, perhatian itu muncul.

Salah satunya dengan perbaikan jalan setapak menuju lokasi makam. Karenanya memulangkan kerangka Tan Malaka, kata Henky bertujuan menempatkanya pada tempat yang semestinya. Makam Tan Malaka akan menjadi satu dengan perpustakaan dan museum Tan Malaka.

Disisi lain pihak keluarga juga telah membuat pernyataan tidak akan menggugat atau menuntut siapapun yang mengakibatkan tewasnya Tan Malaka. Sebab apa yang terjadi pada Tan Malaka merupakan resiko perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

“Sebab kami menganggap manfaatnya akan lebih besar dari mudhorotnya. Masih banyak ajaran Datuk Tan Malaka yang masih kita gali dan pelajari, “pungkasnya.

Diskusi yang dimoderatori Dosen Ilmu Sejarah STAIN Kediri Taufik Al Amin juga memberi waktu untuk sesi tanya jawab kepada peserta yang sebagian besar mahasiswa, guru sejarah dan aktivis dari luar kota.

Sosok Tan Malaka pun dibedah sekaligus menyinggung sepak terjang dan pemikiranya. Tan juga merupakan founding father bangsa Indonesia. Bahkan pemikirannya tentang Republik Indonesia mendahului Soekarno dan Hatta.

Disinggung juga bagaimana Tan Malaka berpidato bagaimana perlunya persatuan Komunis dan Pan Islamisme dalam memerangi segala bentuk kolonialisme dan imperialisme.

Dia menggunakan tesis meleburnya orang-orang komunis dan Islam di organisasi Sarekat Islam HOS Tjokroaminoto. Peleburan itu menjadi kekuatan perlawanam terhadap kolonialisme yang dahsyat.

Usulan itu disampaikan langsung di depan Stalin dan Leon Trotsky dalam kongres Komunis Internasional di Uni Soviet.

Penolakan usulan oleh Stalin membuat Tan memilih meninggalkan PKI, lalu mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI). Dia menganggap komunis Soviet tidak menginginkan bangsa Indonesia merdeka.

“Tan Malaka merupakan satu satunya musuh mereka yang tidak menginginkan kemerdekaan sebuah bangsa, “tambah Habib Datuk Monti.

Tan Malaka berprinsip kemerdekaan harus diraih 100%. Dia menolak segala perundingan dengan Belanda dan sekutunya. Baginya sebagai tuan rumah dirinya tidak perlu berunding dengan maling.

“Ini yang menyebabkan Tan Malaka berbeda dengan Sutan Sjahrir dan Moh Hatta. Dalam posisi ini Bung Karno kebingungan,“ jelasnya.

Habib Datuk Monti juga mengatakan bahwa Tan Malaka juga turut berperan penting atas kelahiran resolusi Jihad.

Sebab tokoh pergerakan yang memiliki 22 nama alias itu sempat bertemu KH Hasyim Asyari sebelum pertempuran 10 November 1945 meletus. “Karenanya sejarah harus diluruskan. Pemerintah harus merehabilitasi namanya, “ tegasnya.

Habib Datuk Monti menambahkan bahwa keluarga dan pemerintah Lima Puluh Kota akan terus berupaya keras membawa pulang kerangka jenazah Tan Malaka.

Wakil Bupati Lima Puluh Kota Refrizal Ridwan mengatakan, bahwa dasar pemulangan Tan Malaka ke kampung halaman sudah kuat.

Apalagi dari 14 poin hasil tes DNA, 9 poin diantaranya identik dengan Tan Malaka. “Dan kami juga siap membantu pembangunan petilasanya, jika memang Pemkab Kediri berkenan, “ujarnya.

Pemkab Lima Puluh Kota berencana melakukan penggalian makam Tan Malaka di Selopanggung pada 21 Februari 2017.

Sehari setelah itu (22 Februari) jenaazah dibawa pulang ke kampung halaman. Sebelum dikuburkan, Pemkab akan melakukan kirab jenazah ke 39 daerah yang dilewati. “Puncaknya 13 April 2017 bertepatan dengan ultah Pemkab Lima Puluh Kota,“ pungkasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5332 seconds (0.1#10.140)