Pembom Sarinah, Pernah Mondok Bareng Noordin M Top

Jum'at, 15 Januari 2016 - 20:52 WIB
Pembom Sarinah, Pernah...
Pembom Sarinah, Pernah Mondok Bareng Noordin M Top
A A A
SUBANG - Ahmad Muhazan bin Saroni (25) warga Kedungwungu, Indramayu, terduga pelaku bom Sarinah Jakarta, ternyata pernah mondok bareng Noordin M Top pentolan teroris asal Malaysia. Ahmad Muhazan mondok bareng Noordin M Top di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Kp Bungur, Desa Sukahaji, Kecamatan Ciasem, Subang.

"Benar, Azan (sapaan akrab Ahmad Muhazan) memang pernah mondok di Miftahul Huda bareng Noordin M Top tahun 2007 silam, sebelum tokoh teroris asal Malaysia itu meninggal 2009 lalu," ungkap Kepala Desa Sukahaji, Kecamatan Ciasem, Hakim, Jumat (15/1/2016).

Dia menuturkan, sejak tragedi Bom Bali meletus 2002 silam, aktivitas di pesantren tersebut sudah tidak terlihat, dan hanya sedikit santri yang masih mondok di sana.

"Keberadaan pesantren ini memang dianggap meresahkan warga, karena diduga terkait jaringan terorisme, sehingga mendapat perhatian aparat," ucapnya.

Pihaknya bersama aparat berwajib, mengaku beberapa kali melakukan upaya mediasi dengan pimpinan pesantren itu, yang diketahui bernama Khoerul Anam, agar suasana tidak semakin memburuk. "Namun memang pimpinan pesantren ini sangat sulit ditemui," kata Hakim.

Kasi Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) Subang, Olih Solihin mengaku, Pesantren Miftahul Huda resmi terdaftar di Kemenag.

"Kami beberapa kali berkunjung ke sana, tapi belum pernah ketemu dengan pengasuhnya, Khaerul Anam. Dia cenderung tertutup," timpalnya.

Terpisah, Camat Ciasem Dadang Darmawan, menduga, pesantren ini punya hubungan dengan Abu Bakar Ba'asyir. Sebab, saat dirinya bersama aparat muspika berkunjung ke sana, mereka dibekali sejumlah buku keagamaan karya Abu Bakar Ba'asyir.

"Tapi kami tidak ketemu sama pemimpinnya, Kiai Khoerul Anam. Orangnya susah ditemui," pungkasnya.

Pesantren tersebut, berdiri sejak 1980 dan dipimpin oleh Khoerul Anam, yang merupakan warga pendatang. Pesantren itu semula didirikan dan dipimpin KH Abdullah.

Belakangan, putri kiai itu menikah dengan Khoerul Anam, seorang santri dari sebuah pesantren di Tasikmalaya. Setelah sang kiai wafat, kepemimpinan pesantren dilanjutkan sang menantu, Khoerul Anam.

Awalnya, keberadaan pesantren tersebut diterima baik oleh warga sekitar. Namun, sejak dipimpin Kiai Anam, sejumlah kejanggalan mulai terlihat.

Di antaranya, pesantren sering mengadakan latihan perang yang diikuti orang-orang luar daerah; kegiatannya mulai tertutup; dan kerap menyebut aparat pemerintah sebagai 'thogut' (artinya: setan), suatu istilah yang identik dengan aliran keagamaan radikal.
(sms)
Berita Terkait
6 Teror Bom di Indonesia...
6 Teror Bom di Indonesia Paling Menyita Perhatian Internasional
Belum Ada Motif Terorisme...
Belum Ada Motif Terorisme dalam Aksi Penyanderaan di Kelab Malam Belanda
Dua Aksi Teror dalam...
Dua Aksi Teror dalam Seminggu, Kosgoro 57: Ada Pergeseran Tren Pelaku
Dorong Pencegahan Terorisme,...
Dorong Pencegahan Terorisme, Alissa Wahid Ajak Berbagai Pihak Lebih Peka
NU Kutuk Keras Aksi...
NU Kutuk Keras Aksi Terorisme di Saat Jabar Dilanda Bencana Alam
Menjinakkan Terorisme
Menjinakkan Terorisme
Berita Terkini
Percepatan Ketahanan...
Percepatan Ketahanan Pangan, PTPN IV PalmCo Optimalkan Areal Replanting
42 menit yang lalu
Pelaku Pembakaran 3...
Pelaku Pembakaran 3 Gerbong Kereta Api di Stasiun Tugu DIY Ditangkap
54 menit yang lalu
Website Resmi Pemkab...
Website Resmi Pemkab Bandung Diretas, Muncul Tulisan Slot Gacor
1 jam yang lalu
Motif Pembunuh Ibu dan...
Motif Pembunuh Ibu dan Anak di Tambora karena Sakit Hati Dimarahi Korban
3 jam yang lalu
Produsen MinyaKita Ilegal...
Produsen MinyaKita Ilegal di Banten Digerebek, Raup Untung Rp45 Juta Setiap Bulan
4 jam yang lalu
Tebarkan Kebahagiaan...
Tebarkan Kebahagiaan Ramadan hingga Pelosok Banten
4 jam yang lalu
Infografis
Megawati Hangestri Tembus...
Megawati Hangestri Tembus 3 Besar Top Skor Korea V-League
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved