Istri dan Anak Raja Mataram Kuno Dyah Lokapala Diculik hingga Berakhir Bunuh Diri

Sabtu, 07 Januari 2023 - 06:52 WIB
loading...
Istri dan Anak Raja Mataram Kuno Dyah Lokapala Diculik hingga Berakhir Bunuh Diri
Candi Sri Gading peninggalan zaman Kerajaan Mataram Kuno. Foto/MPI/Avirista Midaada
A A A
KERAJAAN Mataram Kuno diwarnai dengan beberapa pemberontakan. Pergantian raja biasanya menandai akhir dari konflik pemberontakan disertai kudeta yang dilakukan.

Di antaranya ketika pemberontakan oleh Mpu Kumbhayoni. Penguasa Kerajaan Mataram Kuno, Mpu Manuku atau Rakai Pikatan memerintahkan Dyah Lokapala untuk menumpasnya.


Pemberontakan pun berhasil ditumpas oleh Dyah Lokapala. Selanjutnya sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Kekuasaan Raja-raja Jawa : Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita" dari Sri Wintala Achmad, Rakai Pikatan yang memilih menjadi pendeta dan bertapa memberikan mandat kekuasaannya kepada Dyah Lokapala pada 855.

Istri dan Anak Raja Mataram Kuno Dyah Lokapala Diculik hingga Berakhir Bunuh Diri

Candi Gedongsongo di Gunung Ungaran, Jawa Tengah salah satu peninggalan zaman Kerajaan Mataram Kuno. Foto/Dok.SINDOnews

Di masa Dyah Lokapala inilah Kerajaan Medang kembali diterpa huru-hara pemberontakan. Istana Mamratipura yang menjadi pusat pemerintahan Medang bergejolak.

Raja Mataram Kuno Dyah Lokapala Sri Sayyawasanottunggadewa yang memerintah pada 885-855 memiliki istri bernama Rakryan Manak beserta putranya yakni Dyah Bhumijaya. Saat intu Rakryan Manak dan Dyah Bhumijaya diculik oleh Rakryan Londhayan.

Ketika diculik, Rakryan Manak dan Dyah Bhumijaya berhasil meloloskan diri dan mengungsi di Desa Tangar dan berpindah ke Desa Taas.

Di desa itulah, Rakryan Manak melakukan bunuh diri. Sementara, Dyah Bhumijaya berhasil diselamatkan oleh para pemuka Desa Wuatan Teja dan diserahkan pada Dyah Lokapala.

Atas jasa para pemuka Desa Wuatan Teja, Dyah Lokapala menganugerahkan desa tersebut kepada mereka.

Pemberian anugerah dari Dyah Lokapala kepada para pemuka Desa Wuatan Teja tersebut dicatat pada Prasasti Wuatan yang dikeluarkan pada 10 Desember 880.

Di sisi lain, pengangkatan Dyah Lokapala sebagai raja Medang oleh Rakai Pikatan membuat iri Dyah Saladu.

Akibat kecemburuan itu, Dyah Saladu mendirikan kerajaan sendiri dan kemudian melakukan penyerangan terhadap Dyah Lokapala.

Di dalam melakukan penyerangan terhadap Dyah Lokapala, Dyah Saladu mendapatkan bantuan dari Rakai Limus Dyah Dewendra. Seorang penguasa di daerah Limus yang tidak diketahui silsilah serta hubungannya dengan Dyah Saladu.

Catatan sejarah menyebut kegemilangan serangan itu. Dyah Saladu dan Dyah Dewendra berhasil menggulingkan Dyah Lokapala dari tahtanya. Sedangkan Istana Mamratipura dihancurkan.

Serangan yang dilakukan Dyah Saladu terhadap Dyah Lokala merupakan awal perang saudara, seayah-ibu di lingkup keturunan Mpu Manuku.

Dari peristiwa perang saudara tersebut dapat ditarik bahwa kekuasaan telah dianggap lebih penting ketimbang persaudaraan.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2676 seconds (0.1#10.140)