Terenavindu, Sosok Guru yang Bisa Luluhkan Hati Raja Singasari
loading...
A
A
A
Kerajaan Singasari mempunyai raja terakhir bernama Kertanegara. Sebagai raja, sosok Kertanegara dikenal congkak dan susah mau mendengarkan pendapat orang lain. Bahkan, Kertanegara juga kerap memecat pejabat yang tak sependapat.
Kendati congkak dan egois, namun Kertanegara memiliki seorang kawan akrab sekaligus menjadi guru penasehat yang bernama Terenavindu. Konon sebagaimana Earl Drake mengisahkan pada bukunya "Gayatri Rajapatni", Terenavindu juga merupakan seorang resi Buddhis, yang paling terpelajar.
Terenavindu juga yang menjadi guru paruh waktu bagi anak bungsunya Gayatri. Bersama Terenavindu, Gayatri belajar topik-topik serius yang telah didalami sang ayah. Hal ini pula yang menuntunnya menjadi seorang raja adil dan bijaksana.
Bahkan dikisahkan Kertanegara meminta pendapat Terenavindu mengenai strategi mengerahkan pasukan demi menuntaskan kebijakan Ekspedisi Pamalayu, yang berimbas pada kosongnya prajurit yang menjaga wilayah ibu kota Kerajaan Singasari.
Baca juga: Kejayaan Kerajaan Singasari Tamat karena Ambisi dan Kesombongan Raja Kertanegara
Konon karena keinginan kuat Kertanagara inilah membuat istana Singasari tersisa dua divisi pengawal istana yang dipimpin oleh Pangeran Wijaya dan Pangeran Ardharaja. Hal ini membuat pertentangan dan perdebatan di internal pejabat istana sendiri.
Dimintai pendapat oleh Kertanegara, Terenavindu mengemukakan tindakan sang raja Kertanagara memang masuk akal mengirim pasukan utamanya ke medan perang, demi menyergap musuh dari luar demi memenuhi misi Ekspedisi Pamalayu, daripada menungggu serangan Khubilai Khan di tanah Singasari.
Sang guru Terenavindu juga sependapat dengan gagasan raja mengenai kemungkinan serangan dari Kediri yang dianggap kecil. Pasalnya sepemikiran dengan Kertanegara, Terenavindu juga beranggapan tak etis apabila Kediri betul-betul menyerang Kerajaan Singasari, di saat tengah mengendurkan pertahannya demi melindungi seluruh Jawa.
Di sisi lain Terenavindu juga mengingatkan tidak semua tindakan Kertanagara logis dan memiliki nilai etis. Pasalnya Kertanegara dianggap mengambil tindakannya didasari pada dorongan impulsive dan tujuan egois berjangka pendek semata.
Terenavindu justru berharap pasukan Mongol yang tengah menuju wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari untuk mengganggu misi Ekspedisi Pamalayu bisa luluh lantak akibat badai yang menghadang armada militer Kekaisaran Mongol di bawah pimpinan Khubilai Khan.(okezone)
Kendati congkak dan egois, namun Kertanegara memiliki seorang kawan akrab sekaligus menjadi guru penasehat yang bernama Terenavindu. Konon sebagaimana Earl Drake mengisahkan pada bukunya "Gayatri Rajapatni", Terenavindu juga merupakan seorang resi Buddhis, yang paling terpelajar.
Terenavindu juga yang menjadi guru paruh waktu bagi anak bungsunya Gayatri. Bersama Terenavindu, Gayatri belajar topik-topik serius yang telah didalami sang ayah. Hal ini pula yang menuntunnya menjadi seorang raja adil dan bijaksana.
Bahkan dikisahkan Kertanegara meminta pendapat Terenavindu mengenai strategi mengerahkan pasukan demi menuntaskan kebijakan Ekspedisi Pamalayu, yang berimbas pada kosongnya prajurit yang menjaga wilayah ibu kota Kerajaan Singasari.
Baca juga: Kejayaan Kerajaan Singasari Tamat karena Ambisi dan Kesombongan Raja Kertanegara
Konon karena keinginan kuat Kertanagara inilah membuat istana Singasari tersisa dua divisi pengawal istana yang dipimpin oleh Pangeran Wijaya dan Pangeran Ardharaja. Hal ini membuat pertentangan dan perdebatan di internal pejabat istana sendiri.
Dimintai pendapat oleh Kertanegara, Terenavindu mengemukakan tindakan sang raja Kertanagara memang masuk akal mengirim pasukan utamanya ke medan perang, demi menyergap musuh dari luar demi memenuhi misi Ekspedisi Pamalayu, daripada menungggu serangan Khubilai Khan di tanah Singasari.
Sang guru Terenavindu juga sependapat dengan gagasan raja mengenai kemungkinan serangan dari Kediri yang dianggap kecil. Pasalnya sepemikiran dengan Kertanegara, Terenavindu juga beranggapan tak etis apabila Kediri betul-betul menyerang Kerajaan Singasari, di saat tengah mengendurkan pertahannya demi melindungi seluruh Jawa.
Di sisi lain Terenavindu juga mengingatkan tidak semua tindakan Kertanagara logis dan memiliki nilai etis. Pasalnya Kertanegara dianggap mengambil tindakannya didasari pada dorongan impulsive dan tujuan egois berjangka pendek semata.
Terenavindu justru berharap pasukan Mongol yang tengah menuju wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari untuk mengganggu misi Ekspedisi Pamalayu bisa luluh lantak akibat badai yang menghadang armada militer Kekaisaran Mongol di bawah pimpinan Khubilai Khan.(okezone)
(msd)