Hari Santri Momentum Berjihad Perdalam Ilmu Pengetahuan

Senin, 24 Oktober 2022 - 23:14 WIB
loading...
Hari Santri Momentum Berjihad Perdalam Ilmu Pengetahuan
Ketua IMAP Kediri, KH Shohibul Ulum Nafia menyebut momen Hari Santri Nasional merupakan penghargaan yang luar biasa dari pemerintah kepada para santri. Foto/Ist
A A A
PEKALONGAN - Hari Santri Nasional merupakan menjadi momen berharga tatkala negara merekognisi dan mengafirmasi pentingnya peran santri. Dengan pijakan sejarah tersebut, perlu ada rekontektualisasi semangat resolusi jihad dalam tantangan kekinian.

Semangat jihad untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara dari berbagai ancaman invasi ideologi dan tantangan perpecahan saat ini penting dilakukan.



Ketua Ittihadul Mutakhorrijin Al Falah Ploso atau Ikatan Alumni Pondok Pesantren Al-Falah Ploso (IMAP) Kediri, KH Shohibul Ulum Nafi'amenyebut momen Hari Santri Nasional merupakan penghargaan yang luar biasa dari pemerintah Indonesia kepada para santri atas jasanya dalam sejarah kemerdekaan.

“Hari santri merupakan bentuk penghargaan dari pemerintah untuk kalangan santri. Baru bisa seperti ini memang berkat kepemimpinan Presiden Jokowi sekarang mengakui peran dari santri dalam hal kaitannya dengan kemerdekaan bangsa Indonesia,” ujarnya di Pekalongan, Senin (24/10/22).



Dia menambahkan, dalam konteks kekinian para santri tidak lagi harus berperang angkat senjata dalam mempertahankan tanah airnya. Selain itu, para santri kini dihadapkan dengan perang ideologi dan perpecahan yang kian hari dapat mengancam keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

“Dalam satu maqolah ulama itu, didahulukan tholabul Ilmi. Itu merupakan satu wujud bentuk jihad. Karena Islam itu bisa berjalan, bisa menjadi sukses ya lewat ilmu. Islam itu akan jaya selagi syariatnya dijalankan. Nah untuk menjalankan syariat itu harus dengan ilmu,” jelas pengurus syuriah Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Pekalongan ini.



Dia menyebut saat sudah tidak ada lagi yang belajar ilmu syariat, maka secara pasti Islam itu akan hilang dengan sendirinya. Terlebih, Indonesia akan memasuki tahun politik, di mana semua pihak perlu bersiap akan potensi munculnya politik identitas pemecah belah. Dirinya berharap, para santri mampu ikut berperan dengan membawa dan menularkan nilai-nilaiakhlakul karimah.

“Negara kita adalah negara demokrasi mau tidak mau santri juga harus berperan. Karena sesuai yang dikatakan Mbah Moen (alm KH Maimun Zubair), Indonesia itu masih butuh pasangan antara nasionalis-religius atau religius nasionalis,” ungkapnya.

Karena keanekaragaman dan kebhinekaan yang ada di negara kita ini harus terakumulasi dengan baik dan jangan sampai menimbulkan kubu-kubu perbedaan yang hanya akan merenggangkan persatuan bangsa yang sungguh tak ternilai.

“Jangan sampai agama justru dijadikan sebagai alasan untuk meng kotak-kotak seluruh kehidupan yang ada di negara kita ini. Banyak perbedaan di negara kita, tapi tetap bisa menjadi satu. Tentunya itu sangat mahal harganya, sangat mahal sekali,” jelasnya.

Pria yang kerap disapa Gus Shohib ini mengungkapkan proyeksi santri pada 10 tahun kedepan, yang menurutnya para santri sudah harus mulai mewarnai berbagai sudut kehidupan mulai demokrasi, pendidikan, hingga hal-hal esensial dalam pemerintahan dengan membawa nilaiakhlakul karimahyang melekat erat pada pribadi santri.

“Kita tetap berharap santri betul-betul bisa ikut mewarnai mulai dari demokrasi yang ada di negara ini, termasuk juga pendidikan dan juga hal-hal yang lain. Karena mohon maaf,di dunia santri itu yang dididik pertama itu adalah tentangakhlakul karimah,” ungkapnya.

Dia juga berharap pemerintah bisa turut hadir dan memberikan perhatian kepada pendidikan pesantren, yang memiliki potensi besar mampu menciptakan sumber daya manusia yang memiliki nasionalisme dan pondasi agama yang kokoh.

“Pemerintah wajib hadir dalam pendidikan pesantren untuk membantu terkait penyediaan sarana prasarana yang mumpuni sehingga dilirik oleh khususnya masyarakat kota untuk memasukkan anaknya ke pondok pesantren pesantren yang haluannya Aswaja(Ahlussunnah Wal Jamaah)yaitu salah satu aliran pemahaman teologi dalam akidah Islam,” ucap Gus Shohib.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ustmani Kajen, Pekalongan itu berpesan kepada segenap santri untuk terus mempelajari agama sebagaimana yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad SAW, ajaran yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta dan anti kekerasan.

“Tentunya para santri untuk terus giat belajar. Seperti apa Islam yang dikehendaki oleh Kanjeng Nabi Muhammad. Jadi santri-santri harus sabar dan bersungguh dalam proses belajarnya untuk nanti biar betul-betul paham dengan apa yang dikehendaki oleh kanjeng Nabi Muhammad, SAW,” pungkasnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 2.8004 seconds (0.1#10.140)