Kisah Untung Surapati, Budak VOC yang Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional
loading...
A
A
A
Untung Surapati merupakan budak yang berasal dari keturunan Raja Udayana Bali. Kisahnya legendaris karena menceritakan anak rakyat jelata dan budak VOC yang menjadi seorang bangsawan dan Tumenggung (Bupati) Pasuruan dengan gelar Tumenggung Wiranegara.
Nama Surapati diartikan sebagai 'raja dewa’. Sedangkan ‘Untung’ adalah pemberian majikan Belanda-nya dan sekaligus orang tua kekasihnya, Susanna Moor. Maka nama ‘Surapati’ adalah nama pemberian Sultan Cirebon.
Surapati, pada awalnya merupakan nama putra angkat Sultan Cirebon. Namun karena kasus berbohong kepada Sultan, kemudian ia dihukum mati.
Baca juga: Kisah Sultan Trenggono Membendung Pengaruh Portugis Taklukan Sunda Kelapa
Setelah Surapati dihukum mati, nama ini kemudian disematkan pada pemuda dari Bali itu. Pemberian nama Surapati ini menunjukkan, Joko Untung atau Surawira Aji, pantas menyandang nama Surapati yang berarti ‘raja dewa’.
Perjuangannya melawan VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Untung Surapati telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975
Mengutip "Untung Surapati Melawan VOC Sampai Mati" tulisan Sri Wintala Achmad mengungkap, pasca melarikan diri setelah kalah dari pasukan VOC, Untung Surapati dan pasukannya menuju Cirebon, kemudian bergerak menuju Banyumas hingga tiba di Kartasura.
Di Banyumas inilah, pasukan Untung Surapati mendapat dukungan dari Ki Ebun Jaladria yang akhirnya berhasil menguasai Banyumas. Dari sana kemudian ke Kartasura dan mengatakan keinginannya pada Patih Anrangkusuma, untuk mengabdi kepada Sunan Amangkurat II.
Pengabdian Untung Surapati di Kasunanan Kartasura diterima oleh Sunan Amangkurat II. Pada Babad Tanah Jawa, menyebutkan ketika Sunan Amangkurat II mendapat laporan dari adipati Banyumas bahwa wilayah kekuasaannya diduduki oleh Saradenta dan Sarandenti dari Ajibarang, Untung Surapati mendapat tugas dari raja untuk menangkap mereka yang semula didukungnya.
Misi ini pun berhasil, karena keberhasilannya Untung Surapati mendapat penghargaan dari Sunan Amangkurat II dan Patih Anrangkusuma. Berikutnya Untung Surapati yang telah menjadi abdi di Kasunanan Kartasura akan ditangkap oleh Kapten Tack.
Namun berkat bantuan Pangeran Puger, Kapten Tack gagal menangkap Untung Surapati. Bahkan Kapten Tack konon berhasil dibunuh. Sebagai raja di Kasunanan Kartasura yang masih menjalin kerjasama dan berutang dengan VOC pasca penangkapan Trunajaya, Sunan Amangkurat II khawatir bila perlindungannya terhadap Untung Surapati terbongkar.
Alhasil Sunan Amangkurat II merestui Untung Surapati dan Patih Anrangkusuma merebut Pasuruhan dari Anggajaya. Sesudah Anggajaya meminta perlindungan pada Adipati Jangrana dari Surabaya, Untung Surapati menobatkan diri sebagai adipati di Pasuruhan bergelar Tumenggung Wiranagara.
Tetapi karena sudah kenal dekat dengan Untung Surapati, Adipati Jangrana justru tidak bersedia membantu Anggajaya untuk merebut Pasuruhan. Sesudah menjadi penguasa di Pasuruhan, Untung Surapati berhasil menundukkan Pranaraga.
Mendengar berita itu, Sunan Amangkurat II berpura-pura meminta VOC untuk menyerang Pasuruan pada tahun 1690. Tentu saja, pasukan dari Kartasura tersebut mengalami kegagalan. Dikarenakan perang antara Kartasura dan Pasuruhan, hanya untuk mengelabui VOC.
Tetapi sebuah perebutan tahta kekuasaan di Kasunanan Kartasura pada 1703 Masehi, antara Raden Mas Sutikna Sri Susuhunan Amangkurat Mas atau Sunan Amangkurat III putra Sunan Amangkurat II dengan Pangeran Puger, menjadikan kekuasaan Sultan Amangkurat III berhasil digulingkan.
Dikisahkan Pangeran Puger mendapat dukungan Arya Mataram dan VOC. Berkat keberhasilan kudeta itu, Pangeran Puger menobatkan diri sebagai raja Kasunanan Kartasura yang bergelar Sri Susuhunan Pakubuwana I.
Sunan Amangkurat III yang melarikan diri meminta perlindungan dari Untung Surapati di Pasuruhan. Maka bertempurlah pasukan Kartasura yang mendapat dukungan Pasukan Madura Surabaya dan VOC di bawah komando Mayor Goovert Knole dengan pasukan Pasuruhan. Pertempuran ini konon membuat Untung Surapati gugur pada 17 Oktober 1706.
Kematian Untung Surapati
Sepeninggal Amangkurat II tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger. Pada 1704 Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Pada 1705 Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung ke Pasuruan.
September 1706 gabungan pasukan VOC, Mataram, Madura, dan Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Surapati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706.
Namun ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan. Makam Surapati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu.
Pada 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Surapati yang segera dibongkarnya. Jenazah Surapati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.
Perjuangan Putra Surapati
Putra-putra Untung Surapati, antara lain Raden Pengantin, Raden Surapati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang Jawa dan Bali). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.
Sebagian pengikut Untung Surapati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jangrana yang terbukti diam-diam memihak Surapati dalam perang tahun 1706.
Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Surapati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Surapati dan para pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka.(diolah berbagai sumber)
Nama Surapati diartikan sebagai 'raja dewa’. Sedangkan ‘Untung’ adalah pemberian majikan Belanda-nya dan sekaligus orang tua kekasihnya, Susanna Moor. Maka nama ‘Surapati’ adalah nama pemberian Sultan Cirebon.
Surapati, pada awalnya merupakan nama putra angkat Sultan Cirebon. Namun karena kasus berbohong kepada Sultan, kemudian ia dihukum mati.
Baca juga: Kisah Sultan Trenggono Membendung Pengaruh Portugis Taklukan Sunda Kelapa
Setelah Surapati dihukum mati, nama ini kemudian disematkan pada pemuda dari Bali itu. Pemberian nama Surapati ini menunjukkan, Joko Untung atau Surawira Aji, pantas menyandang nama Surapati yang berarti ‘raja dewa’.
Perjuangannya melawan VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Untung Surapati telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975
Mengutip "Untung Surapati Melawan VOC Sampai Mati" tulisan Sri Wintala Achmad mengungkap, pasca melarikan diri setelah kalah dari pasukan VOC, Untung Surapati dan pasukannya menuju Cirebon, kemudian bergerak menuju Banyumas hingga tiba di Kartasura.
Di Banyumas inilah, pasukan Untung Surapati mendapat dukungan dari Ki Ebun Jaladria yang akhirnya berhasil menguasai Banyumas. Dari sana kemudian ke Kartasura dan mengatakan keinginannya pada Patih Anrangkusuma, untuk mengabdi kepada Sunan Amangkurat II.
Pengabdian Untung Surapati di Kasunanan Kartasura diterima oleh Sunan Amangkurat II. Pada Babad Tanah Jawa, menyebutkan ketika Sunan Amangkurat II mendapat laporan dari adipati Banyumas bahwa wilayah kekuasaannya diduduki oleh Saradenta dan Sarandenti dari Ajibarang, Untung Surapati mendapat tugas dari raja untuk menangkap mereka yang semula didukungnya.
Misi ini pun berhasil, karena keberhasilannya Untung Surapati mendapat penghargaan dari Sunan Amangkurat II dan Patih Anrangkusuma. Berikutnya Untung Surapati yang telah menjadi abdi di Kasunanan Kartasura akan ditangkap oleh Kapten Tack.
Namun berkat bantuan Pangeran Puger, Kapten Tack gagal menangkap Untung Surapati. Bahkan Kapten Tack konon berhasil dibunuh. Sebagai raja di Kasunanan Kartasura yang masih menjalin kerjasama dan berutang dengan VOC pasca penangkapan Trunajaya, Sunan Amangkurat II khawatir bila perlindungannya terhadap Untung Surapati terbongkar.
Alhasil Sunan Amangkurat II merestui Untung Surapati dan Patih Anrangkusuma merebut Pasuruhan dari Anggajaya. Sesudah Anggajaya meminta perlindungan pada Adipati Jangrana dari Surabaya, Untung Surapati menobatkan diri sebagai adipati di Pasuruhan bergelar Tumenggung Wiranagara.
Tetapi karena sudah kenal dekat dengan Untung Surapati, Adipati Jangrana justru tidak bersedia membantu Anggajaya untuk merebut Pasuruhan. Sesudah menjadi penguasa di Pasuruhan, Untung Surapati berhasil menundukkan Pranaraga.
Mendengar berita itu, Sunan Amangkurat II berpura-pura meminta VOC untuk menyerang Pasuruan pada tahun 1690. Tentu saja, pasukan dari Kartasura tersebut mengalami kegagalan. Dikarenakan perang antara Kartasura dan Pasuruhan, hanya untuk mengelabui VOC.
Tetapi sebuah perebutan tahta kekuasaan di Kasunanan Kartasura pada 1703 Masehi, antara Raden Mas Sutikna Sri Susuhunan Amangkurat Mas atau Sunan Amangkurat III putra Sunan Amangkurat II dengan Pangeran Puger, menjadikan kekuasaan Sultan Amangkurat III berhasil digulingkan.
Dikisahkan Pangeran Puger mendapat dukungan Arya Mataram dan VOC. Berkat keberhasilan kudeta itu, Pangeran Puger menobatkan diri sebagai raja Kasunanan Kartasura yang bergelar Sri Susuhunan Pakubuwana I.
Sunan Amangkurat III yang melarikan diri meminta perlindungan dari Untung Surapati di Pasuruhan. Maka bertempurlah pasukan Kartasura yang mendapat dukungan Pasukan Madura Surabaya dan VOC di bawah komando Mayor Goovert Knole dengan pasukan Pasuruhan. Pertempuran ini konon membuat Untung Surapati gugur pada 17 Oktober 1706.
Kematian Untung Surapati
Sepeninggal Amangkurat II tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger. Pada 1704 Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Pada 1705 Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung ke Pasuruan.
September 1706 gabungan pasukan VOC, Mataram, Madura, dan Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Surapati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706.
Namun ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan. Makam Surapati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu.
Pada 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Surapati yang segera dibongkarnya. Jenazah Surapati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.
Perjuangan Putra Surapati
Putra-putra Untung Surapati, antara lain Raden Pengantin, Raden Surapati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang Jawa dan Bali). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.
Sebagian pengikut Untung Surapati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jangrana yang terbukti diam-diam memihak Surapati dalam perang tahun 1706.
Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Surapati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Surapati dan para pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka.(diolah berbagai sumber)
(msd)