Kisah Ki Ageng Enis, Guru Jaka Tingkir dan Leluhur Raja Mataram

Jum'at, 30 September 2022 - 06:40 WIB
loading...
Kisah Ki Ageng Enis,...
Inilah Masjid Laweyan yang dulunya merupakan pura yang diserahkan kepada Ki Ageng Enis untuk dijadikan masjid. Foto: Dok/SINDOnews
A A A
KI AGENG ENIS adalah tokoh di balik berdirinya Kerajaan Islam Mataram . Dia adalah putra bungsu Ki Ageng Sela dengan Nyai Bicak (Nyai Ageng Sela) putri Sunan Ngerang.

Dia memiliki enam saudara, di mana semua saudaranya adalah perempuan, yaitu: Nyai Ageng Lurung Tengah, Nyai Ageng Saba, Nyai Ageng Bangsri, Nyai Ageng Jati, Nyai Ageng Patanen dan Nyai Ageng Pakisdadu.

Ki Ageng Enis menikah dengan Nyai Ageng Enis, dan berputra Ki Ageng Pamanahan. Putranya itu kemudian menikah dengan Nyai Sabinah (Nyai Ageng Pamanahan). Dari hasil pernikahan mereka, Ki Ageng Enis dikaruniai seorang cucu yang dalam perjalanan kariernya menjadi raja pertama Mataram, bergelar Panembahan Senapati.



Kiai Ageng Enis dalam Serat Kandha disebutkan menjadi guru spiritual Sultan Hadiwijaya saat belum naik tahta menjadi raja atau masih bernama Joko Tingkir atau Mas Karebet. Kemudian setelah itu mengabdi kepada Sultan Hadiwijaya sebagai sesepuh dan orang penting di Kasultanan Pajang.

Dengan demikian, Kiai Ageng Enis adalah leluhur raja-raja Mataram yang kemudian melahirkan peradaban kerajaan baru seperti Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Mangkunegaran dan Pakualaman.

Dahulu sebelum Ki Ageng Enis hadir dan hijrah, Pengging dikenal sebagai peradaban Hindu, masuknya Islam di tanah Pengging tidak luput dari peran serta Ki Ageng Enis. Laweyan yang saat itu merupakan wilayah kekuasaan Kadipaten Pengging masyarakat di sekitarnya masih menganut Hinduisme.

Ki Ageng Beluk, teman Ki Ageng Enis, dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh bagi masyarakat Laweyan. Ki Ageng Beluk seorang penganut agama Hindu, namun karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Enis di Laweyan, membuat Ki Ageng Beluk tertarik memeluk agama Islam.



Ki Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Enis untuk dibangun menjadi sebuah masjid. Sejak saat itu Ki Ageng Enis mulai bermukim di Desa Laweyan pada tahun 1546, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan yang kini bernama Kampung Lor Pasar Mati.

Pada akhir hayatnya Ki Ageng Enis meninggal dan dimakamkan di Pasarean Laweyan. Rumah tempat tinggal Ki Ageng Enis kemudian ditempati oleh cucunya yang bernama Danang Sutawijaya. Kemudian Sutawijaya lebih dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Saloring Pasar, Sutawijaya pindah ke hutan Mentaok dan dalam perjalanannya kemudian mendirikan kerajaan Mataram Islam dan menjadi raja pertama dengan gelar Panembahan Senapati.

Kini makam Ki Ageng Enis yang berada tepat di sebelah Masjid Laweyan ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.

SUMBER: Okezone/diolah dari berbagai sumber
(nic)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3550 seconds (0.1#10.140)