Tokoh Papua Ini Berharap Tak Ada Benturan saat Lukas Enembe Dijemput KPK
loading...
A
A
A
JAYAPURA - Situasi di wilayah Kota dan Kabupaten Jayapura pasca Gubernur Papua Lukas Enembe mangkir dari panggilan kedua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Senin 26 September 2022 sudah mulai landai.
Aktivitas masyarakat tampak normal, dan kegiatan perekonomian serta aktivitas di kantor-kantor Pemerintah dan swasta juga berlangsung seperti biasa.
Kendati demikian, di balik situasi yang tampak tenang ini masih menyisakan kekhawatiran pada sebagian kalangan. Hal itu diungkapkap tokoh adat dari Sentani, Jayapura, Yanto Eluay.
“Kami juga mengkhawatirkan jangan sampai terjadi benturan pada saat pak Lukas Enembe dijemput paksa (oleh KPK), dan yang menjadi korban adalah masyarakat adat,” kata Yanto Eluay, dikutip Kamis (29/9/2022).
Jika hal itu terjadi, maka selain akan merugikan masyarakat adat, juga memberatkan Lukas Enembe sendiri untuk melaksanakan kewajiban adat.
“Jika terjadi korban nyawa, Pak Lukas Enembe sendiri yang akan jadi susah. Karena kewajiban adat, dia juga akan bayar ganti rugi atas korban-korban itu. Sudah sakit, sudah dalam status tersangka, jangan sampai terbebani tuntutan dari masyarakat yang menjadi korban pada saat itu,” kata putera kandung Theys Eluay yang juga Pembina Presidium Pemuda Adat Tabi.
Karena itu, Yanto mengimbau kepada semua pihak untuk menjaga suasana damai di wilayah adat Tabi yang meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Sarmi, dan kabupaten Keerom.
“Tokoh-tokoh agama, hamba-hamba Tuhan, tokoh adat, tokoh masyarakat agar tidak menjadi tameng supaya Lukas Enembe tidak tersentuh hukum, tetapi memberikan pemahaman kepada masyarakat.untuk bersama-sama menjaga kedamaian dan suasana kondusif,” ajak Ondofolo Besar Sentani ini.
Kepada kuasa hukum Lukas Enembe, Yanto juga meminta untuk tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang dapat memperkeruh situasi.
“Agar jangan memberikan pernyataan-pernyataan seakan-akan Pak Lukas ini dizolimi atau dikriminalisasi,” pungkasnya.
Aktivitas masyarakat tampak normal, dan kegiatan perekonomian serta aktivitas di kantor-kantor Pemerintah dan swasta juga berlangsung seperti biasa.
Baca Juga
Kendati demikian, di balik situasi yang tampak tenang ini masih menyisakan kekhawatiran pada sebagian kalangan. Hal itu diungkapkap tokoh adat dari Sentani, Jayapura, Yanto Eluay.
“Kami juga mengkhawatirkan jangan sampai terjadi benturan pada saat pak Lukas Enembe dijemput paksa (oleh KPK), dan yang menjadi korban adalah masyarakat adat,” kata Yanto Eluay, dikutip Kamis (29/9/2022).
Jika hal itu terjadi, maka selain akan merugikan masyarakat adat, juga memberatkan Lukas Enembe sendiri untuk melaksanakan kewajiban adat.
“Jika terjadi korban nyawa, Pak Lukas Enembe sendiri yang akan jadi susah. Karena kewajiban adat, dia juga akan bayar ganti rugi atas korban-korban itu. Sudah sakit, sudah dalam status tersangka, jangan sampai terbebani tuntutan dari masyarakat yang menjadi korban pada saat itu,” kata putera kandung Theys Eluay yang juga Pembina Presidium Pemuda Adat Tabi.
Karena itu, Yanto mengimbau kepada semua pihak untuk menjaga suasana damai di wilayah adat Tabi yang meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Sarmi, dan kabupaten Keerom.
“Tokoh-tokoh agama, hamba-hamba Tuhan, tokoh adat, tokoh masyarakat agar tidak menjadi tameng supaya Lukas Enembe tidak tersentuh hukum, tetapi memberikan pemahaman kepada masyarakat.untuk bersama-sama menjaga kedamaian dan suasana kondusif,” ajak Ondofolo Besar Sentani ini.
Kepada kuasa hukum Lukas Enembe, Yanto juga meminta untuk tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang dapat memperkeruh situasi.
“Agar jangan memberikan pernyataan-pernyataan seakan-akan Pak Lukas ini dizolimi atau dikriminalisasi,” pungkasnya.
(shf)