Greenpeace Ungkap Sampah Plastik Pencemar Terbesar di Pulau Tidung

Sabtu, 02 Juli 2022 - 07:27 WIB
loading...
Greenpeace Ungkap Sampah...
Greenpeace Indonesia meminta agar produsen ikut bertanggung jawab atas polusi plastik, dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai dari produknya. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Greenpeace Indonesia meminta agar produsen ikut bertanggung jawab atas polusi plastik, dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai dari produknya. Hal itu merujuk hasil brand audit Greenpeace Indonesia pada Juni 2022 yang mengungkap tiga merek pencemar terbesar di Pulau Tidung.

“Dominasi sampah plastik yang berakhir di lingkungan kita tidak terelakkan lagi. Kami sudah mengambil, memilah, dan menghitung jumlah sampah dari berbagai merek yang kami temukan di Pulau Tidung pada awal bulan Juni 2022,” ujar Greenpeace melalui akun Instagramnya.



Greenpeace menyebutkan pencegahan sampah plastik ini memang tidak hanya tanggung jawab konsumen yang membuang sampah di pinggir pantai saja, tapi sudah saatnya produsen juga bertanggung jawab dengan polusi plastik dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai untuk produknya.

Adapun tiga merek pencemar teratas di Pulau Tidung dari temuan Greenpeace , antara lain bungkus mi instan, bungkus rokok dan bungkus biskuit dari tiga produk dan perusahaan berbeda. Sedang tipe sampah tidak bermerek yang paling banyak ditemukan di Pulau Tidung adalah puntung rokok, sedotan plastik, dan kantong plastik/kresek.

Dalam rangka memperingati Hari Isi Ulang Sedunia yang jatuh pada 16 Juni 2022 lalu, Greenpeace juga mengajak masyarakat untuk mengawali kehidupan berkelanjutan yang dimulai dari pemakaian wadah atau kemasan guna ulang dan isi ulang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, organisasi lingkungan ini juga mengajak masayarakat untuk turut meminta produsen agar segera beralih ke produk refil dan reuse serta membuka peta jalan pengurangan sampah mereka ke publik.

“Kami akan terus mengkampanyekan pemakaian guna ulang ini melalui sosial media,” ujar Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, MuharramAthaRasyadi.

Dia mengatakan kampanye Greenpeace saat ini juga lebih mendorong ke arah produsen dengan mengajak masyarakat ikut meminta mereka agar beralih ke produk-produk refil dan mengurangi produk sekali pakai. ”Ada beberapa yang sedang kami rencananya ke depan. Ini masih in progress dan mungkin baru akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan,” kata dia.

Melalui akun Instagramnya, Greenpeace bahkan mengajak warganet yang sudah mulai menghindari plastik sekali pakai untuk membagikan pengalaman mereka. Salah satu akun bernama pebiyudha langsung membagikan pengalamannya dengan mengatakan, “Pakai botol bekas air mineral untuk tanaman hias, botol lain yang bagus untuk wadah air minum.” Akun lainnya bernama maknasekata juga membagikan pengalamannya yang lebih sering membawa botol minum dan wadah makanan dari rumah.

Ujang SolihinSidik, Kasubdit Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan SampahKLHK dalam sebuah webinar yang digelar secara online pada Kamis (2/6/2022), mengatakan berbicara soal pengelolaan sampah, kemasan-kemasan yang bisa diguna ulang itu menempati posisi yang paling tinggi dalam hierarki dibanding kemasan yang hanya di desain sekali pakai. Dia beralasan kemasan guna ulang itu didesain untuk dapat dipakai ulang dan otomatis potensi nyampahnya juga akan jauh berkurang karena sudah pasti akan ditarik lagi untuk diisi kembali.

“Sementara, yang didesain untuk sekali pakai, potensi untuk jadi sampahnya sangat tinggi. Kalau produsennya tidak bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali untuk kemudian mendaur ulang, ini akan menjadi sampah karena kemasan sekali pakai ini tidak bisa dipakai ulang untuk air minum,” kata Uso, sapaan akrab Ujang Solihin.

Dia mengutarakan tingkat kemasan daur ulang untuk plastik itu angkanya rata-rata hanya 7%. “Bayangkan kalau dari plastik yang dihasilkan untuk kemasan itu hanya 7% masuk daur ulang. Itu pun didaur ulang hanya sekali dan kebanyakan didaur ulang untuk jadi produk lain, tidak didaur ulang menjadi kemasan lagi atau jadi botol lagi atau jadi galon lagi,” ucapnya.



Dia menyampaikan bahwa selama ini jenis-jenis plastik PET atau sekali pakai termasuk yang paling tinggi tingkat daur ulangnya, yaitu sekitar 23-24% . Hal itu karena memang industri Indonesia saat ini, daur ulangnya baru fokus hanya pada PET dan belum jenis plastik yang lain. Padahal, kata Uso, jenis plastik yang lain sangat banyak bahkan yang paling banyak jenis plastik yang disebut problematic unnecessary packaging atau plastik yang multilayer.

"Yang multilayer, yang fleksibel, yang kecil-kecil itu yang menjadi persoalan kita. Jadi, ketika bicara kemasan sampah AMDK, perlu kami tegaskan apapun jenis plastiknya, baik PC, PET atau jenis lain, kami ingin memastikan produsennya harus bertanggung jawab untuk menarik lagi untuk didaur ulang jika dirancang untuk sekali pakai. Itu yang ingin kami tegaskan,” tandasnya.
(tri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4633 seconds (0.1#10.140)