Desa Jembrak, Tempat Pengikut Pangeran Diponegoro Syiarkan Islam
loading...
A
A
A
Jembrak merupakan desa di wilayah Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang yang memiliki sejarah terkait perjuangan pengikut Pangeran Diponegoro. Bahkan, Jembrak dipilih oleh masyarakat sebagai nama desa tersebut untuk mengenang jasa salah satu pengikut setia Pangeran Diponegoro, yakni Raden Mas (RM) Rekso Widjojo alias Ki Damarjati Ali.
Bagaimana kiprah Rekso Widjojo dalam membangun desa dan mendidik masyarakat di tempat itu? Berikut cerita tokoh masyarakat Desa Jembrak, Sunaryo.
Setelah Pangeran Diponegoro tertangkap tentara Belanda, RM Rekso Widjojo atau yang dikenal masyarakat kala itu dengan nama Ki Damarjati Ali, mengembara bersama prajuritnya ke arah perbatasan Kerajaan Mataram dengan Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk menghindari sergapan prajurit pemerintah kolonial.
Sesampainya di daerah perbukitan yang kini diberi nama Dusun Godegan, Desa Jembrak, Rekso Widjojo memutuskan untuk beristirahat dan memerintahkan prajuritnya mendirikan tempat peristirahatan. Selang beberapa hari kemudian, beliau memutuskan untuk menetap di bukit tersebut karena lokasinya strategis dan aman dari kejaran tentara Belanda.
Selama berada di tempat tersebut, pengikut Pangeran Diponegoro ini bersosialisasi dengan masyarakat yang tinggal di sekitar bukit. Dalam berhubungan dengan penduduk yang saat itu jumlahnya masih sedikit, RM Rekso Widjojo menggunakan nama samaran Ki Damarjati Ali. Ini sengaja dilakukan untuk menyembunyikan identitas aslinya agar tidak terlacak oleh tentara Belanda.
"Dalam bersosialisasi, Ki Damarjati Ali mengajarkan pertanian dan agama Islam kepada masyarakat. Beliau mengajarkan cara mengolah lahan dan bercocok tanam yang baik. Seperti pengolahan lahan dengan sistim tera siring, itu merupakan ajaran Ki Damarjati Ali," kata Sunaryo.
Sedangkan dalam melakukan syiar agama Islam, Ki Damarjati Ali mendirikan surau (langgar) di tempat yang jumlah penduduknya cukup banyak, yakni yang sekarang diberi nama Dusun Tegalsale. Di surau tersebut, Ki Damarjati Aki mengajari masyarakat mengenai tata cara ibadah dan tuntutan agama Islam.
Seiring perjalanan waktu, ajaran agama Islam di daerah tersebut berkembang pesat. Jumlah penduduk yang memeluk agama islam terus bertambah banyak.
Menurut Sunaryo, selain mengajarkan agama Islam, Damarjati Ali juga membangun sejumlah fasilitas umum dan infrastruktur sehingga daerah tersebut tumbuh menjadi daerah yang maju. Sedangkan surau yang didirikan RM Rekso Wijoyo kini telah dibangun menjadi Masjid Baitusallam. Masjid tersebut merupakan cikal bakal berdirinya sejumlah masjid di Desa Jembrak.
Sebelum meninggal dunia, Ki Damarjati Ali sempat berpesan kepada anaknya jika wafat dimakamkan di tempat tersendiri atau kini diberi nama di Dusun Godegan. Setelah RM Rekso Wijoyo yang memiliki perawakan tinggi besar berambut gondrong dan berewokan ini wafat, masyarakat memberinama daerahnya dengan Desa Jembrak.
“Itu untuk menghargai dan mengenang jasa Ki Damarjati Ali yang telah mengajarkan agama Islam dan membangun desa. Dan nama Jembrak itu, terinspirasi dari perawakan atau ciri fisik Ki Damarjati Ali yang berbadan kekar berambut panjang dan berewokan. Itu sejarah syiar Islam dan berdirinya Desa Jembrak," tuturnya.
Kini Desa Jembrak yang terdiri dari lima dusun, yakni Godegan, Ngerangan, Tegalsari, Grompol dan Tegalsale telah berkembang menjadi desa wisata. Untuk mengenang jasa beliau, setiap bulan Dzulkaidah yang merupakan hari jadi Desa Jembrak masyarakat menggelar selamatan di makam Ki Damarjati Ali.
Tak hanya itu, masyarakat juga menggelar kirab budaya dan pagelaran kesenian lokal. "Kirab budaya dan pentas seni ini juga untuk nguri-nguri (melestarikan) budaya Jawa.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
Bagaimana kiprah Rekso Widjojo dalam membangun desa dan mendidik masyarakat di tempat itu? Berikut cerita tokoh masyarakat Desa Jembrak, Sunaryo.
Setelah Pangeran Diponegoro tertangkap tentara Belanda, RM Rekso Widjojo atau yang dikenal masyarakat kala itu dengan nama Ki Damarjati Ali, mengembara bersama prajuritnya ke arah perbatasan Kerajaan Mataram dengan Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk menghindari sergapan prajurit pemerintah kolonial.
Sesampainya di daerah perbukitan yang kini diberi nama Dusun Godegan, Desa Jembrak, Rekso Widjojo memutuskan untuk beristirahat dan memerintahkan prajuritnya mendirikan tempat peristirahatan. Selang beberapa hari kemudian, beliau memutuskan untuk menetap di bukit tersebut karena lokasinya strategis dan aman dari kejaran tentara Belanda.
Selama berada di tempat tersebut, pengikut Pangeran Diponegoro ini bersosialisasi dengan masyarakat yang tinggal di sekitar bukit. Dalam berhubungan dengan penduduk yang saat itu jumlahnya masih sedikit, RM Rekso Widjojo menggunakan nama samaran Ki Damarjati Ali. Ini sengaja dilakukan untuk menyembunyikan identitas aslinya agar tidak terlacak oleh tentara Belanda.
"Dalam bersosialisasi, Ki Damarjati Ali mengajarkan pertanian dan agama Islam kepada masyarakat. Beliau mengajarkan cara mengolah lahan dan bercocok tanam yang baik. Seperti pengolahan lahan dengan sistim tera siring, itu merupakan ajaran Ki Damarjati Ali," kata Sunaryo.
Sedangkan dalam melakukan syiar agama Islam, Ki Damarjati Ali mendirikan surau (langgar) di tempat yang jumlah penduduknya cukup banyak, yakni yang sekarang diberi nama Dusun Tegalsale. Di surau tersebut, Ki Damarjati Aki mengajari masyarakat mengenai tata cara ibadah dan tuntutan agama Islam.
Seiring perjalanan waktu, ajaran agama Islam di daerah tersebut berkembang pesat. Jumlah penduduk yang memeluk agama islam terus bertambah banyak.
Menurut Sunaryo, selain mengajarkan agama Islam, Damarjati Ali juga membangun sejumlah fasilitas umum dan infrastruktur sehingga daerah tersebut tumbuh menjadi daerah yang maju. Sedangkan surau yang didirikan RM Rekso Wijoyo kini telah dibangun menjadi Masjid Baitusallam. Masjid tersebut merupakan cikal bakal berdirinya sejumlah masjid di Desa Jembrak.
Sebelum meninggal dunia, Ki Damarjati Ali sempat berpesan kepada anaknya jika wafat dimakamkan di tempat tersendiri atau kini diberi nama di Dusun Godegan. Setelah RM Rekso Wijoyo yang memiliki perawakan tinggi besar berambut gondrong dan berewokan ini wafat, masyarakat memberinama daerahnya dengan Desa Jembrak.
“Itu untuk menghargai dan mengenang jasa Ki Damarjati Ali yang telah mengajarkan agama Islam dan membangun desa. Dan nama Jembrak itu, terinspirasi dari perawakan atau ciri fisik Ki Damarjati Ali yang berbadan kekar berambut panjang dan berewokan. Itu sejarah syiar Islam dan berdirinya Desa Jembrak," tuturnya.
Kini Desa Jembrak yang terdiri dari lima dusun, yakni Godegan, Ngerangan, Tegalsari, Grompol dan Tegalsale telah berkembang menjadi desa wisata. Untuk mengenang jasa beliau, setiap bulan Dzulkaidah yang merupakan hari jadi Desa Jembrak masyarakat menggelar selamatan di makam Ki Damarjati Ali.
Tak hanya itu, masyarakat juga menggelar kirab budaya dan pagelaran kesenian lokal. "Kirab budaya dan pentas seni ini juga untuk nguri-nguri (melestarikan) budaya Jawa.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
(nun)