Sandiaga Uno: Lewat Bank Infaq Bisa Membantu Permodalan dan Pertumbuhan UMKM
loading...
A
A
A
BOGOR - Pengusaha nasional Sandiaga Salahudin Uno membeberkan bahwa dirinya memiliki salah satu platform digital yang bergerak di bidang keuangan dengan pendekatan islamic social finance yang dia namakan Bank Infaq.
Hal ini disiapkan untuk membantu akses permodalan bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM)
“Kami menggagas program yang bernama Bank Infaq, alhamdulillah sudah tersebar ke lebih dari 40 wilayah di Indonesia. Misi dari Bank Infaq ini adalah mengelola infaq secara profesional, dan hasilnya digunakan untuk membantu masyarakat yang ingin mengembangkan usahanya dan mencegah dari pinjaman abal-abal dan tidak fair,” kata dalam keterangannya, Jumat (19/6/2020) . (BACA JUGA: Panglima TNI Cek Kesiapan Mal di Malang Hadapi New Normal)
Namun, penggagas Rumah Siap Kerja ini juga mengingatkan agar dalam pengembangan industri keuangan secara digital dilakukan dengan hati-hati. Pasalnya, hal itu harus didukung dengan governance yang kuat dan tata kelola yang kuat.
“Jangan sampai kita justru malah menghadirkan satu pinjaman yang membebani atau memberatkan para UMKM di atas jauh dari cost of fund atau biaya-biaya yang lazim yang ada di industri,” katanya.
Dengan pendekatan digital, Sandi meyakini financial conclusion akan meningkat terlebih di masa pandemic Covid-19 ini.
“Ayo kita gunakan kesempatan ini untuk hadirkan solusi untuk industri keuangan kita melalui digital dan mari kita tingkatkan portofolio pinjaman kepada UMKM itu. Paling tidak sesuai kontribusinya terhadap ekonomi kita yaitu sekitar 60 persen,” jelasnya.
Dia juga menilai kemudahan permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus lebih diprioritaskan pasca- pandemi Covid-19 atau saat penerapan normal baru (new normal).
Salah satu faktor yang menghambat berkembangnnya UMKM di Indonesia adalah sulitnya akses permodalan. Bukan hanya di masa Covid-19 ini, hal itu sudah terjadi bertahun-tahun.
“Yang menghambat UMKM tumbuh berkembang adalah masih sulitnya akses pada permodalan. Selama 20 tahun terakhir, saya mengurus sektor UMKM. Salah satu keluhan dari UMKM ini adalah sulitnya mencari kredit modal kerja ataupun kredit investasi,” kata Sandiaga. (BACA JUGA: Mau Tahu Rahasia Sri Mulyani Jaga Kesehatan dan Penampilan?)
Sandi menjelaskan, per hari ini portofolio kredit untuk UMKM di perbankan nasional maupun industri pembiayaan itu lebih dari 20–25 persen. Itu artinya sekitar 60 persen ekonomi Indonesia yang menciptakan 97 persen lapangan kerja terkendala inklusif keuangan.
Namun, kata Sandi, masalah tersebut bisa teratasi dengan adanya teknologi FinTech karena dinilai bisa menjadi solusi pembiayaan dan permodalan.
“Kini dengan adanya teknologi kita bisa hadirkan FinTech atau jasa keuangan berbasis teknologi, mulai dari peer to peer lending hingga produk-produk lain yang bisa menghadirkan solusi permodalan,” ujarnya.
Hal ini disiapkan untuk membantu akses permodalan bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM)
“Kami menggagas program yang bernama Bank Infaq, alhamdulillah sudah tersebar ke lebih dari 40 wilayah di Indonesia. Misi dari Bank Infaq ini adalah mengelola infaq secara profesional, dan hasilnya digunakan untuk membantu masyarakat yang ingin mengembangkan usahanya dan mencegah dari pinjaman abal-abal dan tidak fair,” kata dalam keterangannya, Jumat (19/6/2020) . (BACA JUGA: Panglima TNI Cek Kesiapan Mal di Malang Hadapi New Normal)
Namun, penggagas Rumah Siap Kerja ini juga mengingatkan agar dalam pengembangan industri keuangan secara digital dilakukan dengan hati-hati. Pasalnya, hal itu harus didukung dengan governance yang kuat dan tata kelola yang kuat.
“Jangan sampai kita justru malah menghadirkan satu pinjaman yang membebani atau memberatkan para UMKM di atas jauh dari cost of fund atau biaya-biaya yang lazim yang ada di industri,” katanya.
Dengan pendekatan digital, Sandi meyakini financial conclusion akan meningkat terlebih di masa pandemic Covid-19 ini.
“Ayo kita gunakan kesempatan ini untuk hadirkan solusi untuk industri keuangan kita melalui digital dan mari kita tingkatkan portofolio pinjaman kepada UMKM itu. Paling tidak sesuai kontribusinya terhadap ekonomi kita yaitu sekitar 60 persen,” jelasnya.
Dia juga menilai kemudahan permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus lebih diprioritaskan pasca- pandemi Covid-19 atau saat penerapan normal baru (new normal).
Salah satu faktor yang menghambat berkembangnnya UMKM di Indonesia adalah sulitnya akses permodalan. Bukan hanya di masa Covid-19 ini, hal itu sudah terjadi bertahun-tahun.
“Yang menghambat UMKM tumbuh berkembang adalah masih sulitnya akses pada permodalan. Selama 20 tahun terakhir, saya mengurus sektor UMKM. Salah satu keluhan dari UMKM ini adalah sulitnya mencari kredit modal kerja ataupun kredit investasi,” kata Sandiaga. (BACA JUGA: Mau Tahu Rahasia Sri Mulyani Jaga Kesehatan dan Penampilan?)
Sandi menjelaskan, per hari ini portofolio kredit untuk UMKM di perbankan nasional maupun industri pembiayaan itu lebih dari 20–25 persen. Itu artinya sekitar 60 persen ekonomi Indonesia yang menciptakan 97 persen lapangan kerja terkendala inklusif keuangan.
Namun, kata Sandi, masalah tersebut bisa teratasi dengan adanya teknologi FinTech karena dinilai bisa menjadi solusi pembiayaan dan permodalan.
“Kini dengan adanya teknologi kita bisa hadirkan FinTech atau jasa keuangan berbasis teknologi, mulai dari peer to peer lending hingga produk-produk lain yang bisa menghadirkan solusi permodalan,” ujarnya.
(vit)