Asal Usul Tahu Kediri dan Serbuan Tentara Mongol Usai Kuping Utusan Kaisar Diiris

Rabu, 19 Januari 2022 - 14:10 WIB
loading...
Asal Usul Tahu Kediri...
Sejarah tahu Kediri terkait dengan penyerbuan tentara Mongol ke Pulau Jawa setelah sebelumnya utusan mereka diiris kupingnya oleh Raja Singasari, Kertanegara. Foto/kedirikota.go.id
A A A
KEDIRI - Sejarah tahu Kediri terkait dengan penyerbuan tentara Tartar atau Mongol ke Pulau Jawa setelah sebelumnya utusan mereka diiris kupingnya dan dikasih codet oleh Raja Singasari, Kertanegara.

Merujuk Babad Tanah Jawa, konflik berawal dari pemaksaaan Kaisar Mongol Kubilai Khan kepada Raja Singasari Kertanegara (1268-1292) untuk takluk.


Kertanegara yang merupakan penguasa tanah Jawa diminta menyetor upeti, tapi langsung ditolak. Tak hanya menolak, mertua Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit tersebut terang-terangan menyatakan melawan.

Seperti yang tertulis dari berbagai sumber sejarah. Kertanegara melukai utusan Kubilai Khan yang menemuinya di Kerajaan Singasari. Sebelah telinga utusan yang bernama Meng Khi itu diirisnya. Pada bagian wajah juga ditandai dengan luka codet.

Kertanegara sengaja membiarkan Meng Khi pulang dalam keadaan hidup agar bisa bercerita, bahwa Raja Jawa tidak gentar menghadapi Kaisar Mongol. Peristiwa yang kemudian menjadi cerita tutur yang melegenda tersebut, berlangsung pada tahun 1289.

Kaisar Kubilai Khan murka. Penguasa tertinggi bangsa Mongol itu mengirim ekspedisi yang terdiri 20.000 tentara untuk meluluhlantakkan Jawa. Puluhan ribu pasukan melayari samudera. Pada tahun 1292, armada pasukan Mongol menjejakkan kaki di tanah Jawa.



Saat tiba, pasukan Mongol yang siap perang itu mendapati Kerajaan Singasari telah runtuh akibat serbuan Raja Jayakatwang, Kediri. Dalam kecamuk itu, Raja Kertanegara tewas terbunuh.

Raden Wijaya, menantu Kertanegara yang selamat dari serbuan Jayakatwang dengan cerdik mengarahkan pasukan Mongol yang mampir di Surabaya, untuk melabrak Kediri.

“Kapal-kapal Mongol dialihkan ke Sungai Brantas menuju Kediri,” tulis Suryatini N. Ganie dan Myra Sidharta dikutip dari “Dapur Naga di Indonesia, Aneka Resep Hidangan Lezat Paduan Kuliner Tionghoa dan Indonesia” pada Rabu (19/1/2022).

Pertempuran hebat antara pasukan Mongol dibantu Raden Wijaya dengan pasukan Jayakatwang Kediri, tidak terelakkan. Dalam waktu singkat, Kediri tumbang. Berbagai sumber sejarah juga menyebut, Raden Wijaya bersama pasukannya kemudian berbalik menyerang pasukan Mongol.



Ribuan tentara Tartar tercerai berai, dan konon sebagian besar melarikan diri ke arah utara. Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Mongol dari tanah Jawa.

Sebelum dipukul balik oleh pasukan Raden Wijaya, sebagian besar pasukan Mongol sempat bertahan cukup lama di wilayah yang saat ini sebagai Kota Kediri. Mereka lebih banyak berdiam di atas jung-jung (perahu besar Tiongkok).

Jung-jung tersebut bersandar di sebuah wilayah pinggir Sungai Brantas yang kelak dikenal dengan nama Jung Biru atau Jong Biru. Saat ini Jong Biru merupakan nama Desa di wilayah Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri.

Jong Biru di kawasan Sungai Brantas berbatasan dekat dengan Kelurahan Semampir, Kota Kediri. Seperti yang tertulis dalam “Dapur Naga di Indonesia, Aneka Resep Hidangan Lezat Paduan Kuliner Tionghoa dan Indonesia”, armada Mongol yang tiba di Kediri memiliki jung yang khusus untuk mengurus makanan tentara.

“Termasuk satu yang khusus menyimpan kacang kedelai dan membuat tahu,” tulis Suryatini N Ganie dan Myra Sidharta. Konon, interaksi sosial antara tentara Mongol dengan pribumi setempat itu, yang membuat makanan tahu kemudian dikenal di masyarakat Kediri.

Dalam perjalanannya tahu juga menjadi salah satu ikon andalan Kota Kediri.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2654 seconds (0.1#10.140)