Dahsyat! Dosen ITS Ini Jadi Anggota Ilmuwan Muda Dunia
loading...
A
A
A
SURABAYA - Dosen Departemen Kimia ITS, Sri Fatmawati berhasil menjadi anggota akademi internasional bergengsi yaitu Global Young Academy (GYA). Ia menjadi ilmuawan muda satu-satunya dari Indonesia yang tergabung dalam GYA.
GYA sendiri merupakan akademi ilmu pengetahuan ilmuwan muda di seluruh dunia yang bertujuan sebagai wadah kolaborasi dan dialog internasional. Tahun ini, 40 anggota baru yang berasal dari 30 negara terpilih menjadi anggota GYA.
Fatma menuturkan, untuk menjadi salah satu anggota GYA dirinya harus melewati perjalanan panjang dan seleksi yang sangat ketat. Pasalnya, GYA benar-benar menjaring ilmuwan yang memiliki expertise atau keahlian yang baik.
"Untuk menjadi anggota GYA memang tak mudah, mereka (GYA, red) perlu melihat latar belakang dan rekam jejak kita di bidang ilmu pengetahuan," kata Fatma, Rabu (22/4/2020).
Ia melanjutkan, pengalaman dalam riset pun harus kuat serta kontribusi kepada masyarakat, keaktifan anggota di bidang ilmu pengetahuan, visi misi yang dimiliki, serta bagaimana cara mereka mentransfer ilmu yang dimiliki kepada publik.
"Selain itu, meski usia tak sepenuhnya menjadi patokan, namun anggota GYA harus memiliki gelar doktor dalam kurun waktu tiga sampai 10 tahun," ucapnya.
GYA pun mengapresiasi karya paper dan kolaborasi yang telah dibuat dengan beberapa negara lainnya. "Alhamdulillah saya sudah berhasil berkolaborasi dengan beberapa negara di antaranya Jepang, Prancis, dan Malaysia," jelasnya.
Fatma sendiri diketahui telah berhasil menulis sebanyak 30 paper dan 20 penelitian. Atas kerja keras dan prestasi mengagumkan yang dimiliki, ia dinilai layak menjadi bagian dari GYA dan rencananya akan dilantik pada Juni 2020 mendatang di Jerman.
"Menjadi anggota baru GYA, memberikan kehormatan bagi saya karena dapat berkomunikasi dengan ilmuwan hebat di penjuru dunia," ungkapnya.
Ia menambahkan, kegiatan yang akan ia lakukan setelah menjadi anggota GYA ini adalah mengadakan annual general meeting dan rencananya akan digelar di India, 9-12 Juni mendatang. "Selain itu, kami juga akan mengadakan keterbukaan ilmu pengetahuan antar negara," imbuhnya.
GYA sendiri merupakan akademi ilmu pengetahuan ilmuwan muda di seluruh dunia yang bertujuan sebagai wadah kolaborasi dan dialog internasional. Tahun ini, 40 anggota baru yang berasal dari 30 negara terpilih menjadi anggota GYA.
Fatma menuturkan, untuk menjadi salah satu anggota GYA dirinya harus melewati perjalanan panjang dan seleksi yang sangat ketat. Pasalnya, GYA benar-benar menjaring ilmuwan yang memiliki expertise atau keahlian yang baik.
"Untuk menjadi anggota GYA memang tak mudah, mereka (GYA, red) perlu melihat latar belakang dan rekam jejak kita di bidang ilmu pengetahuan," kata Fatma, Rabu (22/4/2020).
Ia melanjutkan, pengalaman dalam riset pun harus kuat serta kontribusi kepada masyarakat, keaktifan anggota di bidang ilmu pengetahuan, visi misi yang dimiliki, serta bagaimana cara mereka mentransfer ilmu yang dimiliki kepada publik.
"Selain itu, meski usia tak sepenuhnya menjadi patokan, namun anggota GYA harus memiliki gelar doktor dalam kurun waktu tiga sampai 10 tahun," ucapnya.
GYA pun mengapresiasi karya paper dan kolaborasi yang telah dibuat dengan beberapa negara lainnya. "Alhamdulillah saya sudah berhasil berkolaborasi dengan beberapa negara di antaranya Jepang, Prancis, dan Malaysia," jelasnya.
Fatma sendiri diketahui telah berhasil menulis sebanyak 30 paper dan 20 penelitian. Atas kerja keras dan prestasi mengagumkan yang dimiliki, ia dinilai layak menjadi bagian dari GYA dan rencananya akan dilantik pada Juni 2020 mendatang di Jerman.
"Menjadi anggota baru GYA, memberikan kehormatan bagi saya karena dapat berkomunikasi dengan ilmuwan hebat di penjuru dunia," ungkapnya.
Ia menambahkan, kegiatan yang akan ia lakukan setelah menjadi anggota GYA ini adalah mengadakan annual general meeting dan rencananya akan digelar di India, 9-12 Juni mendatang. "Selain itu, kami juga akan mengadakan keterbukaan ilmu pengetahuan antar negara," imbuhnya.
(eyt)