Realisasi Investasi Jawa Timur Hingga Triwulan III 2021 di Bawah Jabar dan Jakarta
loading...
A
A
A
SURABAYA - Secara akumulatif, sejak Januari hingga September, Jawa Timur (Jatim) mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp52,7 triliun. Capaian tersebut mendudukkan Jatim di posisi ketiga setelah Jawa Barat sebesar Rp107,2 triliun dan DKI Jakarta sebesar Rp72,5 triliun.
Angka itu berdasarkan data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 27 Oktober 2021.
Adapun Kinerja investasi Jatim di periode ini masih didominasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai Rp36,4 triliun yang didominasi sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran dengan kontribusi sebesar 52,6 persen yang mana PT Mitrakarya Multiguna merealisasikan investasi sebesar Rp1,4 triliun di Kota Surabaya.
Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA) memberikan kontribusi sebesar Rp16,3 triliun dimana didominasi sektor pertambangan dengan kontribusi 26,4 persen dimana PT Freeport Indonesia merealisasikan investasi sebesar Rp1,4 Triliun di Kabupaten Gresik.
“Pada periode ini, investasi Jatim didominasi sektor Industri Makanan dengan nilai Rp10,5 triliun, setara dengan 19,9 persen dari total investasi Jatim,” kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, Selasa (2/11/2021).
Kinerja realisasi investasi Jatim triwulan III 2021 mencatatkan angka pertumbuhan yang menggembirakan yakni mencapai Rp18 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari PMA sebesar Rp5,4 triliun dan PMDN sebesar Rp12,5 triliun.
"Capaian ini meningkat 15,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara secara nasional investasi tumbuh 3,7 persen. Kontribusi Jatim terhadap realisasi investasi nasional di triwulan ke-3 ini sebesar 8,3 persen. Kinerja investasi ini harus banyak disyukuri karena Indonesia belum lepas dari situasi sulit akibat pandemi COVID-19,” kata Khofifah.
Orang nomor satu di Jatim itu memaparkan, pada triwulan III 2021 ini investasi asing di Jatim mengalami pertumbuhan positif sebesar 41,4 persen. Capaian ini, kata dia, bisa memberikan angin segar bagi tingkat kepercayaan calon investor asing untuk menanamkan modalnya di Jatim.
Sementara itu, dari sisi spasial, investasi di Jatim masih terkonsentrasi di zona Ring I meliputi Kota Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kabupaten/Kota Mojokerto dan Kabupaten/Kota Pasuruan. Hal ini menuntut adanya upaya penguatan iklim investasi di zona luar Ring I guna pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Maka dari itu, Khofifah meminta pemerintah kabupaten/kota untuk terus melakukan berbagai inovasi agar layanan perizinan yang diberikan semakin adaptable. Selain itu, tiap permasalahan yang dihadapi investor harus difasilitasi secara efektif dan efisien. Dan yang tak kalah penting adalah tersedianya Investment Project Ready to Offer (IPRO) untuk menarik minat investor.
"Saat ini Jawa Timur sudah terhubung dengan jalan tol Trans Jawa. Sehingga sangat potensial untuk pengembangan industri di daerah kabupaten yang dilewati akses tol. Arus barang dan jasa serta mobilisasi orang semakin lancar yang tentu akan meningkatkan efisiensi. Hal ini harus diimbangi dengan inovasi-inovasi perizinan di daerah guna menggaet investor masuk,” imbuhnya.
Lebih lanjut Khofifah mengungkapkan jika kinerja investasi Jatim hingga triwulan III 2021 masih on the track. Berdasarkan parameter Incremental Capital-Output Ratio (ICOR), Jatim selalu lebih rendah dibanding nasional, hal ini menggambarkan bahwa Jatim menawarkan efisiensi yang lebih tinggi dan timbal balik yang lebih menguntungkan.
Sementara riset Asia Competitiveness Institute – Lee Kuan Yew, tahun 2019 menunjukkan hasil Jatim berada pada peringkat pertama dalam hal tingkat kemudahan berbisnis di Indonesia, dan peringkat kedua setelah DKI Jakarta pada parameter tingkat daya saing provinsi.
"Kita berharap dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang kita miliki satu kuartal ke depan kinerja realisasi investasi di Jatim semakin meningkat,” pungkas Khofifah.
Angka itu berdasarkan data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 27 Oktober 2021.
Adapun Kinerja investasi Jatim di periode ini masih didominasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai Rp36,4 triliun yang didominasi sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran dengan kontribusi sebesar 52,6 persen yang mana PT Mitrakarya Multiguna merealisasikan investasi sebesar Rp1,4 triliun di Kota Surabaya.
Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA) memberikan kontribusi sebesar Rp16,3 triliun dimana didominasi sektor pertambangan dengan kontribusi 26,4 persen dimana PT Freeport Indonesia merealisasikan investasi sebesar Rp1,4 Triliun di Kabupaten Gresik.
“Pada periode ini, investasi Jatim didominasi sektor Industri Makanan dengan nilai Rp10,5 triliun, setara dengan 19,9 persen dari total investasi Jatim,” kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, Selasa (2/11/2021).
Kinerja realisasi investasi Jatim triwulan III 2021 mencatatkan angka pertumbuhan yang menggembirakan yakni mencapai Rp18 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari PMA sebesar Rp5,4 triliun dan PMDN sebesar Rp12,5 triliun.
"Capaian ini meningkat 15,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara secara nasional investasi tumbuh 3,7 persen. Kontribusi Jatim terhadap realisasi investasi nasional di triwulan ke-3 ini sebesar 8,3 persen. Kinerja investasi ini harus banyak disyukuri karena Indonesia belum lepas dari situasi sulit akibat pandemi COVID-19,” kata Khofifah.
Orang nomor satu di Jatim itu memaparkan, pada triwulan III 2021 ini investasi asing di Jatim mengalami pertumbuhan positif sebesar 41,4 persen. Capaian ini, kata dia, bisa memberikan angin segar bagi tingkat kepercayaan calon investor asing untuk menanamkan modalnya di Jatim.
Sementara itu, dari sisi spasial, investasi di Jatim masih terkonsentrasi di zona Ring I meliputi Kota Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kabupaten/Kota Mojokerto dan Kabupaten/Kota Pasuruan. Hal ini menuntut adanya upaya penguatan iklim investasi di zona luar Ring I guna pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Maka dari itu, Khofifah meminta pemerintah kabupaten/kota untuk terus melakukan berbagai inovasi agar layanan perizinan yang diberikan semakin adaptable. Selain itu, tiap permasalahan yang dihadapi investor harus difasilitasi secara efektif dan efisien. Dan yang tak kalah penting adalah tersedianya Investment Project Ready to Offer (IPRO) untuk menarik minat investor.
"Saat ini Jawa Timur sudah terhubung dengan jalan tol Trans Jawa. Sehingga sangat potensial untuk pengembangan industri di daerah kabupaten yang dilewati akses tol. Arus barang dan jasa serta mobilisasi orang semakin lancar yang tentu akan meningkatkan efisiensi. Hal ini harus diimbangi dengan inovasi-inovasi perizinan di daerah guna menggaet investor masuk,” imbuhnya.
Lebih lanjut Khofifah mengungkapkan jika kinerja investasi Jatim hingga triwulan III 2021 masih on the track. Berdasarkan parameter Incremental Capital-Output Ratio (ICOR), Jatim selalu lebih rendah dibanding nasional, hal ini menggambarkan bahwa Jatim menawarkan efisiensi yang lebih tinggi dan timbal balik yang lebih menguntungkan.
Sementara riset Asia Competitiveness Institute – Lee Kuan Yew, tahun 2019 menunjukkan hasil Jatim berada pada peringkat pertama dalam hal tingkat kemudahan berbisnis di Indonesia, dan peringkat kedua setelah DKI Jakarta pada parameter tingkat daya saing provinsi.
"Kita berharap dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang kita miliki satu kuartal ke depan kinerja realisasi investasi di Jatim semakin meningkat,” pungkas Khofifah.
(msd)