Kiai Ageng Muhammad Besari, Mahaguru Raja Jawa Bisa Bangun Masjid Hanya 2 Jam

Selasa, 26 Oktober 2021 - 05:59 WIB
loading...
Kiai Ageng Muhammad Besari, Mahaguru Raja Jawa Bisa Bangun Masjid Hanya 2 Jam
Seorang peziarah khusus berdoa di makam Kiai Ageng Muhammad Besari, mahaguru Raja Jawa yang bisa bangun masjid hanya 2 jam.Foto/Ashadi Iksan
A A A
PONOROGO - Makam Kiai Ageng Muhammad Besari di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo tak pernah sepi dikunjungi peziarah. Penyebar Islam abad ke-17 itu dikenal mahaguru raja-raja Jawa.

"Kalau malam Jumat penuh peziarah. Kendaraan tidak boleh masuk. Peziarah jalan kaki dari jembatan di luar," ujar Muhammad Qosim, juru parkir area makam.

Baca juga: Tuah Sumpah Palapa Gajah Mada yang Membungkam Kecongkakan Para Pembesar Kerajaan Majapahit

Sisa-sisa keriuhan itu memang terasa di Jumat malam. Sekitar pukul 22.30 WIB, terlihat peziarah bergerombol di beberapa titik dekat warung kopi. Di parkir, tercatat ada belasan mobil.

Tidak hanya bernopol AE yaitu Ponorogo dan sekitarnya. Ada yang L (Surabaya) dan ada pula yang bernopol W (Gresik-Sidoarjo). Mobil-mobil itu berjejar di lokasi parkir, sisi kiri Masjid Tegalsari.

Adapun makam Kiai Ageng Muhammad Besari di depan masjid tertua yang dibangun abad ke-18. Di masa pandemi, kunjungan ke makam dibatasi pukul 22.00 WIB.

Meski begitu, tidak menyurutkan peziarah. Semakin malam, peziarah semakin banyak. Mereka bisa tabarukan di Masjid Tegalsari. Juga di luar area makam.

Bahkan, tidak sedikit peziarah yang tabarukan dengan model duduk-duduk di tikar. Sambil nyeruput kopi dan makan gorengan. "Biasanya sampai larut malam. Terus para peziarah pulang menjelang subuh atau sesudah subuhan," ungkap Muhammad Qosim.

Kiai Ageng Muhammad Besari, Mahaguru Raja Jawa Bisa Bangun Masjid Hanya 2 Jam


Pengasuh Ponpes Chasanul Hidayah, Bajang, Balong, Ponorogo, KH Ma'ruf Muchtar mengatakan, para peziarah Kiai Ageng Besari bisa tabarukan di luar makam. "Barang siapa yang suka ziarah untuk berdoa ke makam auliyah, besok di akherat bisa berkumpul," ungkapnya.

Memang Kiai Ageng Muhammad Besari, ulama besar pada zamannya. Bahkan, beliau pendiri Pesantren Gebang Tinater Tegalsari pada awal abad 17 M. Ajarannya, mengkombinasikan dua kutub antara Islam dan Nasionalisme.

Juga dikenal mahaguru para Raja Jawa. Ia merupakan kakek dari Kiai Muhammad Hasan Besari, ulama abad ke-18 yang disebut Gus Dur sebagai monumen perpaduan antara Islam dan nasionalisme.

Kiai Ageng Besari merupakan perpaduan antara karakter agamawan dan bangsawan. Dari jalur ayah, yakni Kiai Anom Besari Caruban, Madiun, Kiai Ageng Besari merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V.

Sedangkan dari garis keturunan Ibu (Nyai Anom Besari), nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahra.

Bahkan, pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari juga keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Besari dari jalur Kiai Basyariyah Sewulan, Kabupaten Madiun, yang menjadi menantu Kiai Bin Umar Banjarsari.



KH Ma'ruf Mukhtar yang masih ada gatis keturunan Kiai Ageng Besari, menjelaskan, semua pondok pesantren yang ada di Jawa rata-rata didirikan oleh keturunan dari Tegalsari.

"Saya membaca sejarah, bila banyak pondok di Jawa yang memiliki hubungan erat dengan Mbah Besari, seperti Pondok Lirboyo, Ploso, Jampes, Tremas, dan lain-lain masih mempunyai nasab sampai Tegalsari," katanya.

Disebutkan pula bahwa dari garis keturunan Kiai Ageng Besari pula kelak lahir sosok Sultan Kartasura, yakni Pakunuwono II, Begawan Kasultanan Kartasura Raden Ngabehi Ronggowarsito, dan tokoh pergerakan kemerdekaan HOS Tjokroaminoto. Pendiri Pondok Pesantren Tremas Pacitan, KH Abdul Mannan, juga pernah nyantri di Tegalsari.

Kelak dari ketiga tokoh itulah yang menginspirasi Presiden Pertama Republik Indonesia: Ir. Soekarno dalam memperjuangkan dan membangun NKRI.

Tapi sebelum itu, keilmuan Kiai Besari juga sampai pada pendiri kekuatan organisasi keagamaan Islam terbesar di dunia, yakni KH. Hasyim Asy’ari (NU) dan KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah).

Diceritakan pula, meski konsentrasi keilmuan Kiai Besari lebih menonjol pada keilmuan Tasawwuf, yang menyikapi dunia dengan laku zuhud, akan tetapi intrepetasi nilai-nilai sufi oleh para santrinya yang membuat perkembangan makna Tasawwuf itu menjadi lain.

Semisal Pakubowono, posisi dia sebagai bangsawan seorang Sultan Kartasura, pasti laku Tasawwuf itu akan diintegrasikan dengan laku politik Kesultanan secara kolektif. Pasalnya dia sebagai Raja dan mempunyai kendali legitimatif.

Lain dengan Pakubowono, Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan seorang sastrawan masyhur Keraton. Didikan Kiai Besari ini mampu mengartikulasikan ajaran Tasawwuf dengan menciptakan Serat Kalatida berupa dua belas bait sinom atau biasa dikenal dengan kidung Zaman Edan.

Serat itu berisi ajaran hidup untuk mengenali zaman, mengenali diri sendiri dan mengenali tindakan yang akan diperbuat, supaya disesuaikan atau dipadukan dengan tindakan kaum agama dalam masyarakat.

Lepas dari itu, KH Ma'ruf juga menjelaskan, bila keistimewaan lain dari Kiai Ageng Muhammad Besari yiatu kemampuan membangun Masjid Tegalsari. Masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibuat hanya dua jam. "Sesuai dengan cerita yang saya baca. Masjid Tegalsari dibuat hanya memakam waktu dua jam," ungkapnya.

Padahal, lanjut KH Ma'ruf, semua komponen bangunan terbuat dari kayu. Termasuk atapnya. Namun, tidak ada unsur paku untuk mengaitkan antara satu dengan lainnya. "Dan kondisi bangunan masih asli belum berubah," pungkasnya
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1288 seconds (0.1#10.140)