Kasus Terkonfirmasi di Surabaya Naik, Kepala BNPB: Hasil Kerja Keras
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjend TNI Doni Monardo mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya dalam menangani pandemi COVID-19.
(Baca juga: 127 Anak di Kota Surabaya Terpapar COVID-19, 36 Masih Balita )
Semua tracing serta isolasi yang dilakukan di Hotel Asrama Haji menjadi langkah konkrit yang harus terus dilakukan. Hal itu disampaikannya saat berkunjung ke Asrama Haji bersama Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto.
Doni menuturkan, peningkatan kasus terkonfirmasi yang dialami Surabaya, merupakan buah kerja keras dalam melakukan tracing dan pengambilan sampel di berbagai lingkungan masyarakat. Semua sektor dilakukan pengecekan untuk memastikan kondisi warganya.
"Tentunya tak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," kata Doni, Selasa (2/6/2020).
Mantan Danjen Kopasus ini menambahkan, pasien yang saat ini dirawat kemudian sembuh bisa mendonorkan plasmanya kepada pemerintah untuk pengobatan pasien yang sakit berat. Berdasarkan data pemerintah kota, sebanyak 226 kasus kematian akibat COVID-19 memiliki riwayat penyakit penyerta.
Ia pun meminta agar jenis penyakit penyerta itu dipelajari, kemudian diinformasikan ke masyarakat agar berhati-hati. Menurutnya, di Jawa Timur itu penyakit penyerta yang paling tinggi adalah diabetes, kemudian hipertensi. "Makanya, yang memiliki diabetes harus diingatkan agar berhati-hati," jelasnya.
(Baca juga: Aneh! Pasutri di Madiun Terpapar COVID-19 Dari Kluster Berbeda )
Doni menyampaikan, langkah mitigasi atau pencegahan juga harus dilakukan agar sedikit yang terpapar COVID-19. Kemudian, langkah sosialisasi yang massif ke masyarakat juga perlu disampaikan.
Menurutnya, kalau tidak diikuti dengan penjelasan yang maksimal, maka warga akan merasa aman-aman saja. Apalagi, di beberapa daerah di luar jawa sudah ada pembukaan menuju masyarakat yang produktif dan konstruktif.
"Selama kasus COVID-19 berada di tengah masyarakat, kita tak boleh lengah. Penerapan protocol kesehatan harga mati. Kalau kita abaikan, tak disiplin dan tak menggunakan masker, tak menjaga jarak dan tak rajin cuci tangan, tentu akan membahayakan. Apalagi bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta," jelasnya.
Doni juga menjelaskan, ada tiga sumber penularan COVID-19, yakni melalui mata, hidung dan mulut. Untuk itu, ia meminta untuk sesering mungkin cuci tangan dan selalu menggunakan masker, karena seringkali tak sadar menyentuh barang, sehingga seseorang menjadi terpapar. "Kebiasaan bersin dengan tak menutup mulut menimbulkan ancaman bagi lainnya," tegasnya.
(Baca juga: Waspada! Ada Kluster Baru Penyebaran COVID-19 di Sidoarjo )
Doni Monardo menegaskan, Presiden Joko Widodo telah memikirkan bagaimana agar masyarakat aman dari COVID-19 ini, namun kegiatan produktif tetap bisa dilaksanakan. Pasalnya, tak memungkinkan untuk memilih salah satu, kesehatan saja atau bidang kegiatan ekonomi masyarakat.
"Kalau kita memilih salah satu, seperti makan buah simalakama. Dimakan, bapak mati, tidak dimakan ibu mati," katanya
Karenanya, ia meminta semua elemen masyarakat untuk bersatu melawan COVID-19 ini. Ia juga terus mendorong kegiatan pengamanan supaya tak terpapar COVID-19. "Kami juga meminta aktivitas harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan disiplin yang tinggi," katanya.
(Baca juga: 127 Anak di Kota Surabaya Terpapar COVID-19, 36 Masih Balita )
Semua tracing serta isolasi yang dilakukan di Hotel Asrama Haji menjadi langkah konkrit yang harus terus dilakukan. Hal itu disampaikannya saat berkunjung ke Asrama Haji bersama Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto.
Doni menuturkan, peningkatan kasus terkonfirmasi yang dialami Surabaya, merupakan buah kerja keras dalam melakukan tracing dan pengambilan sampel di berbagai lingkungan masyarakat. Semua sektor dilakukan pengecekan untuk memastikan kondisi warganya.
"Tentunya tak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," kata Doni, Selasa (2/6/2020).
Mantan Danjen Kopasus ini menambahkan, pasien yang saat ini dirawat kemudian sembuh bisa mendonorkan plasmanya kepada pemerintah untuk pengobatan pasien yang sakit berat. Berdasarkan data pemerintah kota, sebanyak 226 kasus kematian akibat COVID-19 memiliki riwayat penyakit penyerta.
Ia pun meminta agar jenis penyakit penyerta itu dipelajari, kemudian diinformasikan ke masyarakat agar berhati-hati. Menurutnya, di Jawa Timur itu penyakit penyerta yang paling tinggi adalah diabetes, kemudian hipertensi. "Makanya, yang memiliki diabetes harus diingatkan agar berhati-hati," jelasnya.
(Baca juga: Aneh! Pasutri di Madiun Terpapar COVID-19 Dari Kluster Berbeda )
Doni menyampaikan, langkah mitigasi atau pencegahan juga harus dilakukan agar sedikit yang terpapar COVID-19. Kemudian, langkah sosialisasi yang massif ke masyarakat juga perlu disampaikan.
Menurutnya, kalau tidak diikuti dengan penjelasan yang maksimal, maka warga akan merasa aman-aman saja. Apalagi, di beberapa daerah di luar jawa sudah ada pembukaan menuju masyarakat yang produktif dan konstruktif.
"Selama kasus COVID-19 berada di tengah masyarakat, kita tak boleh lengah. Penerapan protocol kesehatan harga mati. Kalau kita abaikan, tak disiplin dan tak menggunakan masker, tak menjaga jarak dan tak rajin cuci tangan, tentu akan membahayakan. Apalagi bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta," jelasnya.
Doni juga menjelaskan, ada tiga sumber penularan COVID-19, yakni melalui mata, hidung dan mulut. Untuk itu, ia meminta untuk sesering mungkin cuci tangan dan selalu menggunakan masker, karena seringkali tak sadar menyentuh barang, sehingga seseorang menjadi terpapar. "Kebiasaan bersin dengan tak menutup mulut menimbulkan ancaman bagi lainnya," tegasnya.
(Baca juga: Waspada! Ada Kluster Baru Penyebaran COVID-19 di Sidoarjo )
Doni Monardo menegaskan, Presiden Joko Widodo telah memikirkan bagaimana agar masyarakat aman dari COVID-19 ini, namun kegiatan produktif tetap bisa dilaksanakan. Pasalnya, tak memungkinkan untuk memilih salah satu, kesehatan saja atau bidang kegiatan ekonomi masyarakat.
"Kalau kita memilih salah satu, seperti makan buah simalakama. Dimakan, bapak mati, tidak dimakan ibu mati," katanya
Karenanya, ia meminta semua elemen masyarakat untuk bersatu melawan COVID-19 ini. Ia juga terus mendorong kegiatan pengamanan supaya tak terpapar COVID-19. "Kami juga meminta aktivitas harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan disiplin yang tinggi," katanya.
(eyt)