The Heritage Palace, Objek Wisata yang Siap Dikunjungi saat New Normal

Minggu, 31 Mei 2020 - 12:14 WIB
loading...
The Heritage Palace, Objek Wisata yang Siap Dikunjungi saat New Normal
Suasana tempat wisata The Heritage Palace di bekas Pabrik Gula (PG) Gembongan di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah . Foto diambil sebelum muncul wabah COVID-19. Foto: SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SUKOHARJO - Kebijakan New Normal yang akan diterapkan pemerintah, di antaranya adalah membuka kembali tempat tempat wisata. The Heritage Palace yang merupakan lokasi wisata selfie di Gembongan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah bisa menjadi referensi.

Franky Hardy Soetjipto, Pengelola The Heritage Palace mengemukakan, pihaknya tengah memperbanyak tempat cuci tangan, penempatan thermogun, penyediaan masker (free), pembuatan tanda physical distancing dan beberapa persiapan lainnya terkait pembukaan tempat wisata setelah kebijakan new normal diberlakukan. “Kami belum tahu kapan bisa dibuka kembali setelah mulai tutup 23 Maret 2020 lalu. Kami akan melihat dulu di Borobudur, Prambanan dan Tebing Breksi,” kata Franky Hardy Soetjipto kepada SINDOnews, Minggu (31/5/2020).

Meski demikian, The Heritage Palace kemungkinan besar akan dibuka pertengahan Juni 2020. Guna mendukung pemerintah dalam penanganan penyebaran COVID-19, jam operasional akan dipersingkat dulu mulai pukul 10:00-16:00 WIB, dan pembatasan jumlah pengunjung harian. “Akan kami atur calon pengunjung dan penjualan tiket dengan booking terlebih dahulu. Jadi bisa menentukan jam berapa calon pengunjung untuk datang demi menghindari pengunjung yang bergerombol,” terangnya.(Baca juga : Prajurit Diponegoro Siap Disiplinkan Warga Kota Tegal saat New Normal )

Obyek wisata The Heritage Palace merupakan metamorfosis dari bekas Pabrik Gula (PG) Gembongan di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah sejak tahun 2018 lalu. Bangunan yang memiliki gaya arsitektur Eropa, dikemas apik menjadi tempat wisata selfie yang menawan. Dilihat dari sejarahnya, PG Gembongan didirikan tahun 1892 oleh Raja Pakoe Boewono (PB) XII. Dirunut dari ceritanya, PG Gembongan yang mensuport Pabrik Gula Colomadu, Karanganyar.
The Heritage Palace, Objek Wisata yang Siap Dikunjungi saat New Normal


Hingga tahun 1920, ada perkembangan di Belanda yang membuat aturan untuk gedung gedung di tanah jajahan harus berbentuk nuansa Eropa. “Sehingga gedung ini dibuat bentuknya sesuai arsitektur Eropa. Itu renovasinya tahun 1920,” lanjut Franky. Bekas PG Gembongan memiliki luas lahan sekitar 2,2 hektar. PG Gembongan berdiri hingga memasuki zaman kemerdekaan. Namun setelah itu, berubah fungsi menjadi pengepul tembakau dari petani Wonosobo. Petani tembakau dari Wonosobo mengirim hasil panennya ke bekas PG Gembongan, dikeringkan dan di press.

Selanjutnya, tembakau dikirim ke British American Tobacco (BAT). “Peninggalan mesin presnya masih ada di sini,” urainya. Meski sebenarnya hanya sebagai pengepul tembakau, namun banyak orang mengenal bekas PG Gembongan menjadi pabrik tembakau. Setelah kemerdekaan, bekas PG Gembongan kepemilikannya telah beralih ke swasta. Menjadi lokasi pengepulan tembakau berjalan hingga sekitar tahun 1956 dan kemudian tutup. Setelah itu, beberapa kali beralih fungsi dan terakhir untuk tempat percetakan. “Sebelum percetakan, juga sempat jadi salah gudang bahan baku pabrik buku kiky. Sehingga pemilik gedung saat ini, masih memiliki hubungan saudara dengan pemilik pabrik buku Kiky.

Sebelum direnovasi dan dikelola menjadi tempat wisata yang menawan, bekas PG Gembongan diakui telah mangkrak puluhan tahun. Setelah diajak melihat bekas PG Gembongan, pihaknya langsung memiliki naluri bahwa tempat ini sangat bagus. Seingatnya, dirinya melakukan survei 19 Desember 2017. “Saya langsung jatuh hati dan menemui pemilik untuk kami sewa. Sehingga status kami di sini sewa selama 24 tahun,” bebernya. Januari 2018, grand desain dibuat dan dikerjakan. 9 Juni 2018 soft opening The Heritage Palace.

Ternyata, animo masyarakat sangat luar biasa dan tahun 2019 mendapat penghargaan dari Pemprov Jawa Tengah sebagai salah satu tempat wisata dengan daya tarik wisata paling bagus nomor 4. Bangunan berbentuk letter L dan setiap gedung ada akses, dan gedung tengah terdapat pangkal cerobongnya. Menurut cerita, cerobong itu dulunya untuk produksi gula, serta mengeringkan tembakau. Setelah disewa, pihaknya meminta izin kepada pemilik untuk mendaftarkannya ke Dinas Cagar Budaya. “Saya melihat gedung ini bersejarah, maka kami memberanikan diri untuk mendaftarkan ke Dinas Cagar Budaya di Prambanan,” ungkapnya.

Tim dari cagar budaya telah diterjunkan selama 2 minggu untuk menganalisis struktur bangunan, dan lainnya. Tak lama berselang, ditetapkan bahwa bekas PG Gembongan sebagai gedung cagar budaya nasional pada awal tahun 2018.

Selain bangunan, hampir tidak ada peninggalan yang tersisa karena telah lama mangkrak. Bahkan atap pun hampir sudah tidak bisa melindungi bagian dalamnya. Serta lantai pun sudah hancur karena air. Sehingga saat renovasi, diakui membutuhkan dana yang besar. Namun ia enggan membeberkan biaya yang harus dikeluarkan. Gedung disewa selama 24 tahun.

Untuk mempercantik bangunan, atap hampir semuanya diganti, lantai dicor ulang dan dikeramik, dibuat lahan parkir hingga mempercantik halaman dalamnya dengan dibuat taman taman. Setelah berubah menjadi tempat wisata, kemudian diberi nama The Heritage Palace. Sesuai dengan tempatnya, pengelola ingin menjadi bekas PG Gembongan sebagai warisan, tempat dimana masyarakat bisa melihat warisan budaya Bangsa Indonesia yang sangat indah. Belakangan ini, masyarakat sangat gemar dengan media sosial. Sehingga pihaknya memiliki pemikiran untuk mengemas tempat ini sebagai tempat wisata modern tetapi tidak meninggalkan jadulnya.

Sehingga dikombinasikan gambar gambar tiga dimensi, mobil antik, dan halaman luar gedung diberi parkir mobil antik agar kesan Eropanya dapat. Diberi bendera bendera luar negeri agar ada nuansa benua biru. The Heritage Palace khusus untuk tempat wisata selfie. Sehingga akan menjadi surga bagi orang yang hobi foto. Sementara di bagian luar, orang disuguhkan taman dan gedung tuanya. Untuk melengkapi pemotretan, pihaknya juga menyewakan kostum ala Belanda. Sedangkan di bagian dalam, terdapat museum transportasi, museum tiga dimensi dan omah kuwalik (rumah terbalik). Sehingga menjadi tempat seru seruan, dan lokasi wisata bagi keluarga.

Secara model, dan bangunan, bekas PG Gembongan tidak ada di tempat lain. Sehingga sangat luar biasa karena tema gedung adalah bangunannya tinggi, banyak pilar dan jendela memajang vertikal. Kondisi bangunan masih asli, kecuali kaca telah pecah akibat gempa besar Yogyakarta. Kaca diganti dengan yang sama persis dan ternyata masih ada. Semula ada kesan horor ketika pertama kali melihat bekas PG Gembongan. “Namun kesan horornya itu cantik. Sehingga kami menghilangkan kesan horor itu,” tandasnya. (Baca juga : Sepi Pembeli, Pedagang Siap Rugi Obral Selongsong Ketupat)

Pengelola juga menolak ketika ada yang ingin mengangkat kesan horor PG Gembongan agar bisa welcome kepada semua orang dan tidak menakutkan. “Ketika renovasi dan sempat tidur di tempat ini juga nggak ada apa apa. Sampai saat ini juga tidak pernah terjadi hal hal di luar logika,” urainya. Ketika mulai dibuka hingga sekarang, animo pengunjung terus menunjukkan grafik yang meningkat drastis. Sehingga kemudian mendapatkan penghargaan Abiwara peringkat ke empat untuk daya tarik wisata dari Pemprov Jawa Tengah.
The Heritage Palace, Objek Wisata yang Siap Dikunjungi saat New Normal


Mobil mobil kuno yang ada, berasal dari kolektor yang memiliki ratusan koleksi, dan bersedia diajak kerjasama. Kolektor mobil antik itu sangat senang ketika mobil antik ditempatkan di bangunan yang antik. Menjadi sebuah perpaduan yang luar biasa. Sekaligus yang membedakan dengan tempat wisata di Malang, Jawa Timur. “Karena konsepnya untuk selfie, jadi properti yang ada justru untuk selfie. Pengujung bebas bergaya di dalam mobil hingga naik di atasnya nggak masalah,” tuturnya.

Sebab properti yang disiapkan untuk fasilitas selfie. Sehingga ketika terjadi kerusakan telah menjadi resiko. Meski demikian, mobil mobil antik yang bisa dinaiki, beberapa bagiannya diganti agar tidak mudah rusak. Pihaknya tidak bisa lepas dari konsep yang diusung sebagai tempat wisata selfie. “Kalau selfi cuma di sebelahnya, ya sama aja. Biarkan gambar yang bercerita ketika orang lain melihat hasil foto di tempat ini,” urainya. Ketika berfoto dengan background yang ada, maka hasilnya seolah olah berada di Eropa. Gambar tiga dimensi memang sengaja dibuat agar memunculkan keseruan.
(nun)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1665 seconds (0.1#10.140)