Varian Delta Serang Kampung di Banyumas, Emak-emak Jadi Nakes Dadakan
loading...
A
A
A
BANYUMAS - Tingginya angka kasus COVID-19 bukan hanya berdampak rumah sakit penuh namun juga tenaga kesehatan (nakes) kewalahan. Untuk itu, timbul inisiatif warga Desa Karangnangka, Banyumas , Jateng melatih ibu-ibu menjadi nakes dadakan.
Baca juga: Jalan Berliku Pembayaran Insentif Nakes Pelayanan COVID-19, Ini Penjelasannya
Gagasan itu disampaikan Kades Karangnangka Sunarto. Dia bersama perangkatnya bertekad melakukan yang terbaik bagi warga untuk penanganan pandemi COVID-19.
Baca juga: Apresiasi Perjuangan Nakes, Pasmar 1 Berikan Paket Sembako dan Piagam Penghargaan
"Kami punya grup WA (WhatsApp), untuk memantau semua warga. Jadi tiap hari kami cek, ana ora wargane sing meriang (ada tidak warganya yang sakit). Kalau ada langsung ditangani," kata Sunarto, Jumat (6/8/2021).
Selain itu, di desanya tersebut terdapat 33 warga yang positif COVID-19. Mereka menjalani isolasi di rumah, sehingga keluarga serumah pasien dianggap positif dan juga wajib melakukan isolasi.
"Urusan permakanan kita support. Ada iuran dari RT dan warga sekitar. Dari kami juga berikan, tentu melihat apakah dia layak atau tidak," tegasnya.
Sunarto menambahkan, telah mengajari ibu-ibu Dasawisma untuk dijadikan tenaga kesehatan dadakan. Emak-emak itu bertugas mengecek kesehatan pasien positif COVID-19 setiap hari.
"Kalau mengandalkan bidan desa saja kan kasihan, 24 jam ora turu (tidak istirahat). Makane Dawis tak optimalna (makanya Dawis saya optimalkan). Ana wong 16, ibu-ibu Dawis sing dadi nakes dadakan (ada 16 orang ibu-ibu Dawis yang jadi nakes dadakan)," terangnya.
Dia menyampaikan, optimalisasi ibu-ibu Dawis menjadi nakes dadakan itu dimulai sejak muncul varian Delta. Sebab, di desanya banyak warga yang positif.
"Total ada 16 orang yang kami latih untuk dijadikan nakes dadakan. Mereka dilatih cara penanganan pasien termasuk cara melindungi diri agar tidak tertular. Kami dari desa memfasilitasi, dari bidan memfasilitasi dan semuanya mendukung," jelasnya.
Pihaknya mengatakan sengaja mengoptimalkan Dawis karena mereka yang berada dekat dengan pasien. Kalau mengandalkan RT, cakupannya terlalu luas.
"Alhamdulillah dengan optimalisasi Dawis sebagai nakes dadakan ini, masyarakat semakin terpantau dengan baik. Karena kan 10 rumah itu satu Dawis, jadi lebih dekat cakupannya. Selain membantu penanganan pasien, dengan adanya nakes dadakan dari Dawis ini juga meningkatkan kepedulian masyarakat pada tetangga," tandasnya.
Bukan hanya mendapatkan edukasi teoretis, namun ibu-ibu tersebut juga benar-benar melaksanakan pemeriksaan pasien COVID-19 dengan menerapkan prokes ketat. Mereka dibekali pakaian APD lengkap ketika mengecek pasien isolasi.
"Kami diajari cara mengecek pasien. Diajari ngecek suhu, cek saturasi oksigen pakai oxymeter, diajari ngecek tekanan darah, dan menanyakan keluhan-keluhan pasien. Tiap hari kami datang ke pasien yang isolasi mandiri dan melaporkan hasil pantauan kami di grup WA yang ada pak lurah dan bu bidan di dalamnya," kata mereka.
Baca juga: Jalan Berliku Pembayaran Insentif Nakes Pelayanan COVID-19, Ini Penjelasannya
Gagasan itu disampaikan Kades Karangnangka Sunarto. Dia bersama perangkatnya bertekad melakukan yang terbaik bagi warga untuk penanganan pandemi COVID-19.
Baca juga: Apresiasi Perjuangan Nakes, Pasmar 1 Berikan Paket Sembako dan Piagam Penghargaan
"Kami punya grup WA (WhatsApp), untuk memantau semua warga. Jadi tiap hari kami cek, ana ora wargane sing meriang (ada tidak warganya yang sakit). Kalau ada langsung ditangani," kata Sunarto, Jumat (6/8/2021).
Selain itu, di desanya tersebut terdapat 33 warga yang positif COVID-19. Mereka menjalani isolasi di rumah, sehingga keluarga serumah pasien dianggap positif dan juga wajib melakukan isolasi.
"Urusan permakanan kita support. Ada iuran dari RT dan warga sekitar. Dari kami juga berikan, tentu melihat apakah dia layak atau tidak," tegasnya.
Sunarto menambahkan, telah mengajari ibu-ibu Dasawisma untuk dijadikan tenaga kesehatan dadakan. Emak-emak itu bertugas mengecek kesehatan pasien positif COVID-19 setiap hari.
"Kalau mengandalkan bidan desa saja kan kasihan, 24 jam ora turu (tidak istirahat). Makane Dawis tak optimalna (makanya Dawis saya optimalkan). Ana wong 16, ibu-ibu Dawis sing dadi nakes dadakan (ada 16 orang ibu-ibu Dawis yang jadi nakes dadakan)," terangnya.
Dia menyampaikan, optimalisasi ibu-ibu Dawis menjadi nakes dadakan itu dimulai sejak muncul varian Delta. Sebab, di desanya banyak warga yang positif.
"Total ada 16 orang yang kami latih untuk dijadikan nakes dadakan. Mereka dilatih cara penanganan pasien termasuk cara melindungi diri agar tidak tertular. Kami dari desa memfasilitasi, dari bidan memfasilitasi dan semuanya mendukung," jelasnya.
Pihaknya mengatakan sengaja mengoptimalkan Dawis karena mereka yang berada dekat dengan pasien. Kalau mengandalkan RT, cakupannya terlalu luas.
"Alhamdulillah dengan optimalisasi Dawis sebagai nakes dadakan ini, masyarakat semakin terpantau dengan baik. Karena kan 10 rumah itu satu Dawis, jadi lebih dekat cakupannya. Selain membantu penanganan pasien, dengan adanya nakes dadakan dari Dawis ini juga meningkatkan kepedulian masyarakat pada tetangga," tandasnya.
Bukan hanya mendapatkan edukasi teoretis, namun ibu-ibu tersebut juga benar-benar melaksanakan pemeriksaan pasien COVID-19 dengan menerapkan prokes ketat. Mereka dibekali pakaian APD lengkap ketika mengecek pasien isolasi.
"Kami diajari cara mengecek pasien. Diajari ngecek suhu, cek saturasi oksigen pakai oxymeter, diajari ngecek tekanan darah, dan menanyakan keluhan-keluhan pasien. Tiap hari kami datang ke pasien yang isolasi mandiri dan melaporkan hasil pantauan kami di grup WA yang ada pak lurah dan bu bidan di dalamnya," kata mereka.
(shf)