Miris, Keluarga di Pangkalpinang Ini Tinggal di Gubuk Roboh

Selasa, 22 Juni 2021 - 21:39 WIB
loading...
Miris, Keluarga di Pangkalpinang...
Satu keluarga berangotakan enam orang tinggal di rumah tak layak huni, di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. iNews/Haryanto
A A A
PANGKALPINANG - Satu keluarga berangotakan enam orang tinggal di rumah tak layak huni , di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mirisnya, rumah tersebut sudah tiga kali roboh dan dibiarkan begitu saja, karena tidak punya biaya memperbaikinya.

Keluarga ini tinggal tepat di Jalan Tenggiri Nomor 13, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang . Mukmin (65) nama kepala keluarga ini. Dia tinggal bersama istrinya Mardullah (46) dan empat orang anaknya yang masih usia sekolah.

Mukmin menceritakan, dia bersama keluarganya sudah menempati rumah tersebut lebih dari 15 tahun. Berbagai cerita manis maupun pahit dan penuh kenangan mereka lalui bersama di rumah itu.

Namun, dua minggu lalu rumah yang terbuat dari kayu tersebut tiba-tiba roboh. Peristiwa itu terjadi ketika dirinya baru saja pulang melaut. Beruntung ia dan keluarganya tak celaka.

"Saya baru saja pulang melaut, lihat rumah sudah roboh. Tidak tahu kenapa, mungkin karena kayu-kayunya sudah buruk. Tiangnya kan dari kayu sedangkan air di sini asin, kemungkinannya tiangnya sudah rapuh hingga roboh," kata Mukmin, Selasa (22/6/2021).

Rumah keluarga ini memang berdampingan langsung dengan aliaran sungai. Bahkan rumah itu sudah tiga kali roboh. Untuk memperbaikinya Mukmin mengaku tidak punya uang, apalagi kondisi seperti saat ini dengan penghasilan tak menentu.

"Dana untuk memperbaikinya itu gak ada, maklum lah keadaan nelayan. Kadang - kadang kalau nasib bagus ada lebih untuk makan dan nyekolahkan anak," ujarnya.

Tempat tinggal keluarga ini juah dari kata layak. Bagian dapur beratapkan langit dengan dinding papan puing dari reruntuhan sedikit menempel dan lantai papan yang separuh keropos.

Di bagian tengah bangunan masih sedikit mendingan. Sebagian atap masih mampu menahan dari terik matahari maupun hujan. Namun itupun tak sepenuh, karena dibeberapa sudut masih terlihat bolong.

Kendati demikian Mukmin bersama keluarganya tak punya pilihan. Mereka terpaksa tetap tinggal di sana, tanpa mengenal rasa mengeluh, meskipun tersentuh pemerintah setempat.

"Alat rumah seperti baju dan lainnya diletakan di bagian tengah rumah. Tidur itu alakadarnya, kalau hujan kandang - kadang kehujanan, karena kan sengnya itu bekas juga dapat dikasih kawan," ucap Mukmin.

Tak mau berpangku tangan dan berharap penuh bantuan pemerintah, Mukmin yang biasanya melaut, kini menjadi kuli bangunan. Sementara sang istri menjadi pembantu rumah tangga tak jauh dari kediamannya. Baca: COVID-19 Mulai Merembet ke ASN Pemkot Cimahi, 34 Pegawai Harus Isolasi.

"Sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah. Ada dari warga di sekitar sini, ada yang kasih batu bata, semen dan atap. Selebihnya saya dapat dari sisa-sisa bangunan yang sudah roboh di tempat lain. Hingga ada berdiri batu - bata dibagian depan rumah seperti ini," katanya.

Sedangkan empat orang anaknya masih sangat belia. Satu baru saja selesai studi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan paling kecil baru mau masuk Sekolah Dasar (SD) dan dua lainnya tengah belajar di SD.

Namun, pendidikan mereka terancam putus, karena kodisi perekonomian kelurga yang tak memungkinkan. Baca Juga: Waduh,Pembuang Bayi Perempuan di Mojokerto Ternyata Orang Pertama yang Menemukan.
(nag)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1814 seconds (0.1#10.140)