Foto Terakhir Lettu Sona Perwira KRI Nanggala-402 Asal Blitar: Pak Aku Budal

Sabtu, 24 April 2021 - 22:43 WIB
loading...
Foto Terakhir Lettu Sona Perwira KRI Nanggala-402 Asal Blitar: Pak Aku Budal
Foto terakhir Lettu Ady Sonata di atas KRI Nanggala 402 sebelum berangkat tugas. Foto dikirimkan Sona kepada Lettu Toha, ayahnya. Foto/Ist
A A A
BLITAR - Lettu Laut (P) Ady Sonata (29) baru tiga tahun bertugas di kapal selam Nanggala-402 yang hilang kontak di perairan Bali.

Ady Sonata sebelumnya berdinas di KRI nonkapal selam. Menurut Widya Ayu Retno Wulan anggota TNI Kodim Blitar yang juga sepupu Lettu Sona, banyak yang diceritakan Sona sebelum mengambil pilihan sebagai pasukan kapal selam.

"Seingat saya, Sona bertugas di kapal selam baru tiga tahun," ujar Widya saat ditemui Sindonews.com di rumahnya Dusun Glondong, Kelurahan Satriyan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Sabtu (24/4/2021).

Sona begitu biasa disapa, lahir dan tumbuh dari keluarga militer. Lettu Toha, ayah Sona anggota TNI AD yang saat ini berdinas di Depo Pendidikan (Depo) Malang.

Juwairi, kakak kandung ibu Sona adalah pensiunan TNI AD dengan pangkat terakhir Serma. Juwairi merupakan ayah Widya. Tidak terkecuali adik Sona yang bernama Surya. Juga berkarir di militer.

Surya anggota TNI AU yang berdinas di Jakarta. Begitu juga dengan adik kandung Widya, juga berkarir sebagai anggota TNI AD. Widya masih ingat saat Sona pertama kali berniat ikut seleksi pasukan kapal selam.

"Saat itu telepon ibu saya, meminta doa restu kalau mau ikut seleksi kapal selam," tutur Widya. Melalui saluran telepon, ibu Widya yang juga bude Sona, mendoakan keponakannya.

Sejak ibunya meninggal, Sona menganggap ibu Widya sebagai pengganti orang tua. Setiap hendak memulai segala sesuatu, Sona selalu tidak lupa meminta doa restu.

"Sudah seperti ibu sendiri. Saya sendiri kalau manggil Sona juga Le. Karena memang sudah seperti adik sendiri," papar Widya.

Terkait karier di kapal selam itu Widya sempat bertanya ke sepupunya. Ia melihat resiko yang akan dijalani Sona jauh lebih besar. Yakni menyangkut nyawa.

Apa jawabannya?. Sona, kata Widya menuturkan menjadi anggota TNI sudah menjadi cita-citanya.

Ia siap menghadapi segala resiko yang terjadi. "Sona menyatakan menjadi TNI sudah menjadi jalan hidupnya. Ia siap dengan segala resikonya," kata Widya.

Sona juga mengatakan pasukan yang di kapal selam merupakan pasukan khusus. Baginya orang-orang pilihan yang untuk masuk ke sana tidak mudah. Kariernya ke depan juga akan lebih baik.

"Sona memang begitu memperhatikan jenjang karier. Ia sudah siap dengan resiko di kapal selam," tambah Widya.

Sona lolos seleksi. Sejak tiga tahun lalu, perwira AL asal Blitar tersebut, resmi menjadi pasukan khusus kapal selam.

Seingat Widya, latihan menembak torpedo bukan pertama kalinya dilakukan. Pada tahun 2020, Sona pernah melakukan latihan serupa dan baik baik saja. "Sepertinya latihan serupa juga pernah dilakukan," kata Widya.

Juwairi, ayah Widya menambahkan. Di matanya, keponakannya tersebut memiliki kepribadian yang baik. Sedari remaja hingga menjadi orang, Sona tidak pernah lepas tirakat. Sona rajin berpuasa sunah.

"Puasa senin kamis tidak pernah putus. Termasuk rajin salat tahajud," kata Juwairi. Secara sosial, yakni terutama di lingkungan Dusun Glondong, sosok Sona dikenal rendah hati.

Meski sudah menjadi perwira TNI gaya komunikasi Sona tidak pernah berubah. Terhadap setiap orang yang dikenal, ia selalu menyapa dulu, tanpa pandang bulu.

"Tidak pernah memperlihatkan dirinya sebagai perwira. Saat pulang ke Blitar, tetap biasa ngobrol dengan orang orang di sawah," tutur Juwairi.

Sona yang bertempat tinggal di Surabaya terakhir silaturahmi ke Blitar pada Desember 2020 lalu.

Ia datang bersama istri dan anaknya yang masih berusia tujuh bulan. Di rumah Juwairi, Sona sudah seperti rumahnya sendiri.

Sebelum datang, ia juga lebih dulu mengontak istri Juwairi. Dengan komunikasi manja seorang anak kepada ibunya, Sona minta dibuatkan soto ayam yang merupakan kuliner favoritnya.

"Usai makan, piring yang ia pakai juga dicucinya sendiri. Sudah menjadi kebiasaanya dari dulu," kenang Juwairi dengan mata berkaca kaca. Sementara komunikasi terakhir Sona dengan keluarga Blitar adalah tanggal 10 April. Melalui saluran telepon, ia meminta didoakan selamat dan lancar saat latihan menembak torpedo di perairan Bali.

Baca juga: Kesedihan Panglima TNI saat Nyatakan KRI 402 Resmi Tenggelam

Juwairi tidak menyangka jika kapal selam Nanggala 402 dengan 53 personil, termasuk keponakannya tersebut, pada 21 April dinyatakan hilang kontak di selat Bali. Meski batas akhir oksigen kapal selam telah habis pada Sabtu (24/4) pukul 03.00 Wib, keluarga tetap berdoa semua ditemukan selamat.

Baca juga: Tabah Tiada Akhir KRI Nanggala-402

Juwairi juga memperlihatkan foto terakhir Sona yang dikirimkan ke Lettu Toha, ayahnya. Foto yang ia beri kalimat pamitan "Pak Aku Budal" diduga diambil di atas KRI Nanggala 402.

"Sejak Jumat (23/4) kami dan warga di lingkungan menggelar doa bersama. Begitu juga dengan malam ini. Kami tetap berharap datangnya mukjizat," pungkas Juwairi.
(boy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3320 seconds (0.1#10.140)