Dirjen Pendidikan Tinggi Puji Universitas Muslim Indonesia
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pimpinan Universitas Muslim Indonesia (UMI) melakukan pertemuan silaturahmi dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof Ir Nizam di Rumah Makan Lae-lae, Rabu 7 April lalu.
Dalam kegiatan itu, turut pula dilakukan penyerahan pin emas penghargaan pengabdian keinsinyuran kepada Prof Ir Nizam. Dalam kesempatan itu, Prof Nizam memberikan apresiasi terhadap UMI .
"Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) pertama itu lahir dari UMI . Dengan keberanian dan kenekatan Pak Dekan, alhamdulillah saat ini sudah 1.200 alumni dari FTI UMI ," ungkap Prof Nizam dalam siaran pers yang diterima SINDOnews.
Sektor insinyur, kata Prof Nizam, saat ini menjadi sektor yang terbuka secara regional, dan akan terbuka secara internasional. Dalam sejarahnya, Indonesia belum memiliki insinyur profesional dan itu menjadi tantangan untuk mewujudkan profesi insinyur dengan cepat.
"Hal ini karena belum ada undang-undang yang mengatur. Namun setelah melalui pembahasan panjang dengan Komisi X DPR RI terbitlah Undang-Undang nomor 11 tahun 2014 yang menjadi dasar penerbitan profesi insinyur di Indonesia," jelasnya.
Sebelumnya, lanjut Prof Nizam, lulusan Fakultas Teknik bergelar insinyur, namun setelah tahun 1979 berubah menjadi sarjana teknik dan SKS-nya turun dari 165 sks menjadi 144 sks.
"Di dalam undang-undang keinsinyuran, diatur profesi insinyur bisa didapat melalui dua cara yakni pengalaman yang disetarakan atau melalui pendidikan profesi," kata Prof Nizam.
Guru Besar Fakultas Teknik Sipil UGM itu mengungkapkan bahwa, tugas terbesar bagi institusi pendidikan adalah menyelenggarakan pendidikan reguler profesi insinyur dengan harapan anak didik mendapatkan kompetensi sebagai seorang insinyur yang profesional.
"PR terbesar seorang insinyur adalah menciptakan yang belum ada menjadi ada, sehingga kalau melihat proyeksi dari kebutuhan industri sangat tinggi tetapi kemampuan kita untuk menghasilkan insinyur masih sangat terbatas, sekalipun pendidikan sarjana teknik itu termasuk terbanyak tetapi dalam menghasilkan insinyur profesional masih terbatas," ungkapnya.
Prof Nizam juga mengungkapkan keprihatinannya dengan malpraktik keinsinyuran yang masih terjadi."Jembatan baru jadi roboh, gedung baru jadi roboh, ini menunjukkan bahwa mengawal muruah profesi insinyur menjadi tugas kita bersama. Tapi saya yakin dengan semangat kita untuk melakukan perbaikan dan mau belajar, insyaallah akan lebih baik," harapnya.
Mengakhiri sambutannya, Prof Nizam berpesan untuk menjaga profesionalisme, menjaga muruah dari keinsinyuran. "Karena yang bisa menjaga muruah keinsinyuran itu dua, kita perguruan yang menghasilkan insinyur dan PII," pungkasnya.
Silaturahmi itu dihariri Rektor UMI Prof Basri Modding, didampingi Wakil Rektor III Dr Nasrullah, dan Wakil Rektor V Prof Hattah Fattah. Hadir Dekan FTI UMI Dr Zakir Sabara beserta jajarannya.
Turut hadir pula Kepala LLDikti Wilayah IX Prof Jasruddin, Sekretaris Pelaksana LLDikti Wil IX, Andi Lukman, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr Heru Dewanto, Direktur Eksekutif PII Faisal Safa, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Prof Fatah Sulaiman, dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Prof Asep Ridwan.
Dalam kegiatan itu, turut pula dilakukan penyerahan pin emas penghargaan pengabdian keinsinyuran kepada Prof Ir Nizam. Dalam kesempatan itu, Prof Nizam memberikan apresiasi terhadap UMI .
"Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) pertama itu lahir dari UMI . Dengan keberanian dan kenekatan Pak Dekan, alhamdulillah saat ini sudah 1.200 alumni dari FTI UMI ," ungkap Prof Nizam dalam siaran pers yang diterima SINDOnews.
Sektor insinyur, kata Prof Nizam, saat ini menjadi sektor yang terbuka secara regional, dan akan terbuka secara internasional. Dalam sejarahnya, Indonesia belum memiliki insinyur profesional dan itu menjadi tantangan untuk mewujudkan profesi insinyur dengan cepat.
"Hal ini karena belum ada undang-undang yang mengatur. Namun setelah melalui pembahasan panjang dengan Komisi X DPR RI terbitlah Undang-Undang nomor 11 tahun 2014 yang menjadi dasar penerbitan profesi insinyur di Indonesia," jelasnya.
Sebelumnya, lanjut Prof Nizam, lulusan Fakultas Teknik bergelar insinyur, namun setelah tahun 1979 berubah menjadi sarjana teknik dan SKS-nya turun dari 165 sks menjadi 144 sks.
"Di dalam undang-undang keinsinyuran, diatur profesi insinyur bisa didapat melalui dua cara yakni pengalaman yang disetarakan atau melalui pendidikan profesi," kata Prof Nizam.
Guru Besar Fakultas Teknik Sipil UGM itu mengungkapkan bahwa, tugas terbesar bagi institusi pendidikan adalah menyelenggarakan pendidikan reguler profesi insinyur dengan harapan anak didik mendapatkan kompetensi sebagai seorang insinyur yang profesional.
"PR terbesar seorang insinyur adalah menciptakan yang belum ada menjadi ada, sehingga kalau melihat proyeksi dari kebutuhan industri sangat tinggi tetapi kemampuan kita untuk menghasilkan insinyur masih sangat terbatas, sekalipun pendidikan sarjana teknik itu termasuk terbanyak tetapi dalam menghasilkan insinyur profesional masih terbatas," ungkapnya.
Prof Nizam juga mengungkapkan keprihatinannya dengan malpraktik keinsinyuran yang masih terjadi."Jembatan baru jadi roboh, gedung baru jadi roboh, ini menunjukkan bahwa mengawal muruah profesi insinyur menjadi tugas kita bersama. Tapi saya yakin dengan semangat kita untuk melakukan perbaikan dan mau belajar, insyaallah akan lebih baik," harapnya.
Mengakhiri sambutannya, Prof Nizam berpesan untuk menjaga profesionalisme, menjaga muruah dari keinsinyuran. "Karena yang bisa menjaga muruah keinsinyuran itu dua, kita perguruan yang menghasilkan insinyur dan PII," pungkasnya.
Silaturahmi itu dihariri Rektor UMI Prof Basri Modding, didampingi Wakil Rektor III Dr Nasrullah, dan Wakil Rektor V Prof Hattah Fattah. Hadir Dekan FTI UMI Dr Zakir Sabara beserta jajarannya.
Turut hadir pula Kepala LLDikti Wilayah IX Prof Jasruddin, Sekretaris Pelaksana LLDikti Wil IX, Andi Lukman, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr Heru Dewanto, Direktur Eksekutif PII Faisal Safa, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Prof Fatah Sulaiman, dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Prof Asep Ridwan.
(luq)