Puluhan Paus Pilot Terdampar dan Mati di Pesisir Bangkalan, FKH Unair Lakukan Otopsi

Minggu, 21 Februari 2021 - 19:05 WIB
loading...
Puluhan Paus Pilot Terdampar dan Mati di Pesisir Bangkalan, FKH Unair Lakukan Otopsi
Tim FKH Universitas Airlangga Surabaya terjun ke lokasi paus terdampar di Pantai Modung, Bangkalan. Foto/Ilustrasi
A A A
SURABAYA - Tim medik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) memeriksa paus terdampar di Pantai Modung, Bangkalan. Tim yang terdiri dari Bilqisthi Ari Putra, dan Happy Ferdiansyah. Otopsi ini untuk mencari tahu penyebab paus pilot yang terdampar.



Ketua lapangan tim FKH Unair, Bilqisthi menuturkan, total terdapat 52 paus yang terdampar . Ketika pertama kali ditemukan oleh nelayan, 49 paus telah mati, dan tiga di antaranya hidup.



Namun, dari tiga yang hidup tersebut, dua di antaranya mati ketika berupaya diselamatkan, sehingga hanya tersisa satu yang hidup dan berhasil dikembalikan ke laut. " Jenis paus yang terdampar tersebut adalah paus short fin pilot whale (paus pilot sirip pendek,red)," katanya, Minggu (21/2/2021).



Ia melanjutkan, ketika pertama kali sampai di lokasi, tim dibagi menjadi dua yaitu tim antemortem dan postmortem. Tim antemortem berfokus pada paus yang masih hidup . Yaitu melakukan penyelamatan dan pemantauan kesehatan terhadap paus yang masih hidup. Sementara tim postmortem berfokus pada paus yang sudah mati dengan melakukan identifikasi jenis kelamin, ukuran, dan usia.

Setelah melakukan identifikasi, kemudian dilakukan seleksi untuk memilih paus yang paling dominan untuk dijadikan sebagai bahan otopsi. Tidak semua paus dapat diidentifikasi karena disebabkan oleh arus laut yang cukup kencang dan ketinggian air.

Dari 49 paus yang mati, 34 paus dapat diidentifikasi oleh tim FKM. Sementara tiga dari paus yang dapat teridentifikasi tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan otopsi . "Tiga paus yang diotopsi, dua di antaranya jantan dan satu lainnya adalah betina," ungkapnya.



Pemilihan paus untuk dilakukan otopsi, dilakukan dengan pertimbangan berbasis ukuran dan kondisi. Paus yang dipilih untuk diotopsi adalah yang paling besar dengan asumsi bahwa paus yang paling besar tersebut adalah ketua koloni dengan panjang 5,5 meter dan berjenis kelamin jantan.

Sementara paus betina yang dipilih adalah yang berukuran paling besar dengan panjang tiga setengah meter. Paus yang dipilih juga dipastikan dalam kondisi tidak busuk, masih baik untuk dilakukan otopsi. "Otopsi baru dapat dilakukan pada pukul 17.00 WIB dengan dibantu pengamanan dari Polsek, Koramil dan pengurus desa setempat," jelasnya.

Tidak hanya melakukan otopsi di tempat lokasi kejadian. Tim FKH juga mengambil beberapa sampel untuk untuk pemeriksaan patologi di laboratorium FKH. Pemeriksaan patologi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui penyebab pasti terdamparnya 52 paus tersebut.

"Dugaan awal masih belum bisa kami pastikan karena ketika kita lihat tidak ada gangguan sonar pada paus , dugaan aktivitas vulkanik bawah laut juga tidak. Jadi perlu kami dalami melalui pemeriksaan patologi," jelasnya.

Tim juga pertimbangkan faktor alam karena sebelum kejadian tersebut sempat terjadi puting beliung di selat Madura. Namun dugaan tersebut sebagai penyebab peristiwa terdampar paus masih didiskusikan dengan menunggu hasil laboratorium.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2182 seconds (0.1#10.140)