Kapal Selam Nuklir China Uji Tembak Rudal Balistik, Bisa Jangkau AS

Kamis, 14 Mei 2020 - 13:35 WIB
loading...
Kapal Selam Nuklir China Uji Tembak Rudal Balistik, Bisa Jangkau AS
Rudal balistik kapal selam (SLBM) JL-3 China. Foto/South China Morning Post
A A A
BEIJING - Kapal selam nuklir milik China melakukan uji tembak rudal balistik (SLBM) JL-3 yang memilik jangkauan 12.000 km. Artinya jika misil itu ditembakan dari pantai China, bisa menjangkau wilayah Amerika Serikat (AS).

South China Morning Post (SCMP) dalam laporannya pada 13 Mei 2020 tidak merinci waktu dan lokasi uji tembak misil tersebut. Namun, senjata itu resmi diakui Beijing sebagai kebanggaan hasil penelitian para ilmuwan mereka yang masuk nominasi penerima penghargaan sains top di negara tersebut.

SLBM JL-3 berada di antara 10 nominasi untuk menerima Penghargaan Nasional untuk Keunggulan dalam Inovasi. Para pengamat militer China mengatakan uji coba rudal itu sebagai tanggapan terhadap sikap Presiden AS Donald Trump yang kerap menargetkan China dalam ancamannya.

China belum secara resmi mengonfirmasi sedang mengembangkan SLBM JL-3 atau dikenal sebagai Big Wave. Namun menurut laporan SCMP, uji tembak senjata itu adalah yang terbaru setelah uji coba pada 2018 dan 2019. (Baca juga; Ka'bah dan Hajar Aswad Dibersihkan Lima Kali Sehari Selama Pandemi Corona )

Pendahulu SLBM JL-3, JL-2 yang memiliki jangkauan 7.400 km telah dikerahkan pada kapal selam nuklir Type 094A untuk patroli operasional pada 2015. Itu menandakan bahwa China akhirnya memiliki kemampuan nuklir berbasis laut yang kredibel.

JL-3 terbaru diperkirakan akan sepenuhnya terintegrasi dengan kapal selam generasi berikutnya Type 096 pada 2025. Tahun lalu, rudal DF-17 China menjadi senjata hipersonik pertama di dunia yang beroperasi. Tetapi DF-17 diyakini didorong oleh mesin roket tradisional.

Mesin antariksa menjadi andalan senjata hipersonik karena menopang penerbangan dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara. Mesin seperti itu menghirup dan mendinginkan udara yang terlalu panas selama terbang dengan kecepatan hipersonik sebagai oksidan.

Sejauh mana kemajuan China dalam pengembangan mesin seperti itu tidak diketahui, tetapi nominasi penghargaan menunjukkan bahwa pekerjaan penelitian yang signifikan telah selesai. (Baca juga; Bukan Gertak Sambal, China Realisasikan Ancamannya pada Australia )

Para ilmuwan di balik sistem docking memenangkan penghargaan mereka untuk mengetahui cara menghubungkan pesawat ruang angkasa dengan aman dan efisien ke stasiun ruang angkasa di orbit ketika keduanya bergerak pada kecepatan kosmik pertama 7,9 km/s (4,9 mil per detik).

Penghargaan Nasional untuk Keunggulan dalam Inovasi diluncurkan pada tahun 2017 dan dimaksudkan untuk diadakan setiap tiga tahun. Pemenang edisi pertama termasuk tim yang bekerja pada sistem satelit BeiDou, roket Long March-5 dan sistem listrik terintegrasi kapal perang di PLA Naval University of Engineering.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1788 seconds (0.1#10.140)