Komunitas Roemah Bhinneka, Ziarah Makam Anggota Banser Korban Bom Gereja di Mojokerto

Senin, 28 Desember 2020 - 12:12 WIB
loading...
Komunitas Roemah Bhinneka, Ziarah Makam Anggota Banser Korban Bom Gereja di Mojokerto
Suasana ziarah di makam almarhum Riyanto. Foto/Ist
A A A
MOJOKERTO - Komunitas Roemah Bhinneka bersama puluhan orang perwakilan dari Perhimpunan Indonesia Tionghoa Jawa Timur (INTI Jatim), komunitas lintas agama, perkumpulan Alumni SMA/K Surabaya Bersatu (ASSB) dan HumanityforAll, berziarah ke makam almarhum Riyanto, di Mojokerto.

Riyanto merupakan anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) yang gugur akibat ledakan bom 20 tahun lalu untuk menyelamatkan para jemaat Gereja Eben Haezer pada malam Kebaktian Natal.

Pendiri Roemah Bhinneka sekaligus penggagas kunjungan dan ziarah ke makam Riyanto dan Gereja Eben Haezer, Iryanto Susilo, mengatakan ziarah kali ini adalah aksi untuk melawan lupa atas aksi pembelaan kebhinnekaan dan kemanusiaan yang dilakukan oleh sosok Riyanto.

Ia mengatakan, jika tidak ada sosok Riyanto pada malam itu, mungkin akan lebih banyak korban jiwa yang berjatuhan. Karena setidaknya akan ada 2 bom yang akan diledakkan pada malam itu.

"Aksi kepahlawanan Riyanto itulah yang pada akhirnya menginspirasi banyak orang dari kalangan, bahwa apa yang telah dilakukannya bukan hanya sekedar aksi menyelamatkan nyawa para jemaat Gereja Eben Haezer saja, melainkan juga sebagai simbol totalitas Riyanto terhadap kebhinnekaan dan kemanusiaan," katanya.

Ziarah Roemah Bhinneka ini disambut oleh Gus Ipung. Ketua Pimpinan Cabang Ansor Kota Mojokerto itupun bercerita tentang peristiwa yang dialami oleh Riyanto, sekaligus bercerita tentang sosok pribadi almarhum semasa hidup.

"Saya sungguh bersyukur, 20 tahun sudah berlalu tentang apa yang dilakukan oleh Riyanto. Namun tetap membawa semangat untuk melawan lupa bagi para rombongan yang hadir di sini," ucapnya.

Gus Ipung menjelaskan, Riyanto adalah sosok yang membawa warna lain di Banser dari hidup hingga akhir hayatnya.

Riyanto, lanjutnya adalah wujud Banser yang benar-benar menunjukkan toleransinya terhadap kemanusiaan dan kebhinnekaan. Bahkan, kata Gus Ipung, K. H. Abdurrahman Wahid (biasa disebut Gus Dur) ketika menjadi presiden juga pernah ke makam almarhum untuk berziarah.

Pdt. Andri Purnawan dari GKI Darmo Satelit Surabaya sekaligus mewakili Roemah Bhinneka mengatakan, bahwa apa yang dilakukan Riyanto adalah tindakan seorang pahlawan.

"Bagaimanapun Riyanto adalah sosok yang dengan sengaja mau mengorbankan dirinya demi orang lain. Mirip seperti Yesus Kristus yang dengan sengaja rela menyerahkan nyawanya bagi orang lain tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongannya," tuturnya.

Rombongan yang terdiri dari PC Ansor Mojokerto, Satkorcab Banser Kota Mojokerto, GUSDURian Mojokerto, GUSDURian Sidoarjo, GUSDURian Gerdu Surabaya, GKJW Jemaat Wates Mojokerto, perwakilan Umat Buddha Surabaya, serta perwakilan umat Katolik dari Paroki St. Stefanus Surabaya itu menutup ziarah makam dengan menabur bunga di pusara makam Riyanto.

Sementara itu, saksi hidup dari aksi heroik Riyanto, Pdt. Rudy mengungkapkan, saat Kebaktian malam Natal 20 tahun lalu, dirinya tidak menyangka bahwa setidaknya ada 2 bom yang akan meledak di gereja.

Tidak ada yang curiga jika ada orang yang menaruh benda semacam kotak di lantai bangku bagian belakang. Namun Riyanto cukup peka dan mengecek kotak tersebut dan segera mengambil dan berlari ke selokan. "Namun nahas, sebelum sampai di selokan, bom tersebut sudah meledak," ungkapnya.

Ketika bom yang berada di bagian bangku belakang sudah meledak, para jemaat sudah keluar dari gereja mengamankan diri masing-masing.

Ternyata masih ada 1 bom yang belum meledak di bangku bagian depan dan meledak ketika sudah tidak ada jemaat lagi. "Saya tidak bisa membayangkan kalau tidak ada sosok Riyanto pada waktu itu," kenangnya.

Dalam kesempatan tersebut, Roemah Bhinneka juga bertemu dengan keluarga Riyanto untuk memberikan santunan.

(Baca juga: URC Meteor Polres Probolinggo Kota, Timsus Bersenjata Lengkap Siap Tumpas Tindak Kejahatan)

Menurut Ketua Perhimpunan INTI Jawa Timur, Gatot Seger Santoso, perlu ada museum kemanusiaan Riyanto yang bisa menjadi ikon Kota Mojokerto.

(Baca juga: Lagi, Air Luapan Kali Lamong Rendam Gresik Selatan)

Hal itu sebagai pernghargaan pada alm. Riyanto, bukan hanya sebagai pahlawan nasional saja melainkan sebagai pahlawan dan simbol perlawanan terhadap intoleransi dan diskriminasi demi terwujudnya kemanusiaan dan kebhinnekaan. "Tentu hal ini perlu melibatkan peran warga dan kehadiran negara pula," pungkasnya.
(boy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2203 seconds (0.1#10.140)