Mengenang Arif Yoshizumi, Tokoh Intel Jepang Binaan Tan Malaka yang Gugur di Blitar
loading...
A
A
A
Malam semakin larut. Sebelum pamit, kedua orang petinggi telik sandi Jepang itu meminta Tan Malaka membaiatnya menjadi seorang Indonesia. Dalam Jejak Intel Jepang, Kisah Pembelotan Tomegoro Yoshizumi, Sejarawan Wenri Wanhar menulis, Tan Malaka memberi nama Indonesia Nishijima, Hakim yang berarti keadilan. Sedangkan Yoshizumi diberi nama Arif yang artinya bijaksana atau ilmiah.
Mulai saat itu, dalam pergerakannya Yoshizumi memakai nama Arif Tomegoro Yoshizumi. Pada permukaan salah satu nisan penghuni Taman Makam Pahlawan (TMP) Raden Wijaya Kota Blitar, nama itu (Arif Tomegoro Yoshizumi) masih terbaca cukup jelas.
TMP Raden Wijaya berada di pinggir Jalan raya Syodanco Soeprijadi, Kota Blitar. Dari Monumen PETA yang berlokasi di seberang jalan, hanya berjarak 100 meter. TMP ini merupakan satu satunya komplek peristirahatan terakhir para pahlawan di Blitar.
Saat melangkah masuk ke ruang lebih dalam, membentang dua area komplek makam yang berukuran lebar. Makam makam yang berjajar rapi dan bersih. Namun terlihat jarang diziarahi. Pada komplek sisi barat terdapat 466 makam. Kemudian komplek timur sebanyak 462 makam.
Diteduhi pohon cemara yang rindang serta deretan tanaman puring yang tumbuh subur, makam Arif Tomegoro Yoshizumi berada di komplek barat. Yakni, pada deret kelima dari monumen perjuangan (dalam TMP), dengan arah mata angin sebelah utara. Pada daftar nama penghuni TMP yang tertempel pada dinding berbingkai kaca, nama Arif Tomegoro Yoshizumi berada pada urutan 141. Ada keterangan tambahan berpangkat letnan kolonel, beragama Islam, dan wafat tahun 1948.
Dalam catatan buku hariannya, Shigeru Ono alias Rahmat, rekan Yoshizumi di Pasukan Gerilya Istimewa pro republik, menyebut Arif (Tomegoro Yoshizumi) meninggal dunia pada 10 Agustus 1948. Yoshizumi gugur saat bergerilya di Gunung Sengon, kawasan Wlingi Kabupaten Blitar. "Dia dimakamkan di makam Angkatan Darat sekitar Blitar," tulis Shigeru Ono alias Rahmat.
Yoshizumi merupakan komandan Pasukan Gerilya Istimewa. Pasukan yang sebagian besar beranggotakan Kempeitai dan bekas tentara Jepang. Mereka adalah orang orang Jepang yang memilih bersimpati pada republik sekaligus melawan sekutu beserta Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia.
Tomegoro Yoshizumi lahir tahun 1911 di Oizumimura Nishitagawa, Prefektur Yamagata, Jepang. Yoshizumi pertama kali masuk ke Pulau Jawa sebagai mata mata militer Jepang pada tahun 1932. Ia sempat menyamar sebagai saudagar yang namanya cukup terkenal di Batavia. Pada tahun 1935, setelah pulang dari Jepang, Yoshizumi untuk kedua kalinya kembali ke Jawa.
Kali ini ia menyaru sebagai jurnalis koran Nichiran Shogyo Shinbun, yakni koran bisnis Jepang di Hindia Timur. Setelah perjumpaanya dengan Tan Malaka di rumah Ahmad Subardjo paska Proklamasi kemerdekaan, Yoshizumi dan Nishijima kerap bertemu Tan secara sembunyi sembunyi di Cikini Raya, Jakarta.
Sejarawan Harry A. Poeze menyebut Kaigun Bukanfu Daisangka yang dipimpin Yoshizumi, memang sangat bersimpati dengan kaum nasionalis kiri Indonesia. "Berkali kali kantor Kaigun Bukanfu digunakan sebagai tempat berlindung orang orang Indonesia dari pengejaran Kempeitai," tulis Harry A. Poeze.
Mulai saat itu, dalam pergerakannya Yoshizumi memakai nama Arif Tomegoro Yoshizumi. Pada permukaan salah satu nisan penghuni Taman Makam Pahlawan (TMP) Raden Wijaya Kota Blitar, nama itu (Arif Tomegoro Yoshizumi) masih terbaca cukup jelas.
TMP Raden Wijaya berada di pinggir Jalan raya Syodanco Soeprijadi, Kota Blitar. Dari Monumen PETA yang berlokasi di seberang jalan, hanya berjarak 100 meter. TMP ini merupakan satu satunya komplek peristirahatan terakhir para pahlawan di Blitar.
Saat melangkah masuk ke ruang lebih dalam, membentang dua area komplek makam yang berukuran lebar. Makam makam yang berjajar rapi dan bersih. Namun terlihat jarang diziarahi. Pada komplek sisi barat terdapat 466 makam. Kemudian komplek timur sebanyak 462 makam.
Diteduhi pohon cemara yang rindang serta deretan tanaman puring yang tumbuh subur, makam Arif Tomegoro Yoshizumi berada di komplek barat. Yakni, pada deret kelima dari monumen perjuangan (dalam TMP), dengan arah mata angin sebelah utara. Pada daftar nama penghuni TMP yang tertempel pada dinding berbingkai kaca, nama Arif Tomegoro Yoshizumi berada pada urutan 141. Ada keterangan tambahan berpangkat letnan kolonel, beragama Islam, dan wafat tahun 1948.
Dalam catatan buku hariannya, Shigeru Ono alias Rahmat, rekan Yoshizumi di Pasukan Gerilya Istimewa pro republik, menyebut Arif (Tomegoro Yoshizumi) meninggal dunia pada 10 Agustus 1948. Yoshizumi gugur saat bergerilya di Gunung Sengon, kawasan Wlingi Kabupaten Blitar. "Dia dimakamkan di makam Angkatan Darat sekitar Blitar," tulis Shigeru Ono alias Rahmat.
Yoshizumi merupakan komandan Pasukan Gerilya Istimewa. Pasukan yang sebagian besar beranggotakan Kempeitai dan bekas tentara Jepang. Mereka adalah orang orang Jepang yang memilih bersimpati pada republik sekaligus melawan sekutu beserta Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia.
Tomegoro Yoshizumi lahir tahun 1911 di Oizumimura Nishitagawa, Prefektur Yamagata, Jepang. Yoshizumi pertama kali masuk ke Pulau Jawa sebagai mata mata militer Jepang pada tahun 1932. Ia sempat menyamar sebagai saudagar yang namanya cukup terkenal di Batavia. Pada tahun 1935, setelah pulang dari Jepang, Yoshizumi untuk kedua kalinya kembali ke Jawa.
Kali ini ia menyaru sebagai jurnalis koran Nichiran Shogyo Shinbun, yakni koran bisnis Jepang di Hindia Timur. Setelah perjumpaanya dengan Tan Malaka di rumah Ahmad Subardjo paska Proklamasi kemerdekaan, Yoshizumi dan Nishijima kerap bertemu Tan secara sembunyi sembunyi di Cikini Raya, Jakarta.
Sejarawan Harry A. Poeze menyebut Kaigun Bukanfu Daisangka yang dipimpin Yoshizumi, memang sangat bersimpati dengan kaum nasionalis kiri Indonesia. "Berkali kali kantor Kaigun Bukanfu digunakan sebagai tempat berlindung orang orang Indonesia dari pengejaran Kempeitai," tulis Harry A. Poeze.