Diinisiasi Kapolda NTB, Kantor Baru Kaum Disabilitas Akhirnya Terwujud
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seperti mimpi. Itulah ungkapan mendalam Asim Barnas, Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia Nusa Tenggara Barat (PPDI NTB) saat melihat bangunan seluas 63 meter persegi yang diresmikan sebagai kantor bagi pengurus PPDI NTB. Dia dan rekan-rekannya yang selama ini menumpang tempat untuk menjalankan tugas-tugas organisasinya, yaitu memberdayakan dan memperjuagkan nasib kaum disabilitas di Bumi Gora, kini merasa 'gagah' memiliki kantor baru.
"Saya sepeti mimpi bisa begini kenyataannya. Teman-teman luar biasa senangnya dan juga gedung ini dibangun langsung oleh Pak Kapolda. Kita tinggal terima pakai serta isinya. Otomatis teman-teman semua bahagia, senang, bangga dengan memiliki gedung sendiri," kata Asim kepada wartawan, Senin (30/11/2020). (
)
Dia menceritakan, semula PPDI NTB berkantor di lahan seluas hanya 6 meter persegi. Pada satu ketika, Kapolda NTB Irjen Mohammad Iqbal mendatangi dirinya dan rekan-rekannya dengan alasan silaturahmi.
"Sekarang (luas kantor) 7 x 9. Ya ada ruang untuk meeting, bersih lagi. Saya tidak begitu mengerti hatinya Pak Kapolda. Mengapa beliau tertarik dengan kami atau bagaimana. Asal muasalnya Bapak Kapolda datang ke tempat kita, DPD (Dewan Pengurus Daerah) kita minjam gedung Dinas Sosial. Singkat cerita kita tak memiliki gedung," cerita Asim.
Kantor ala kadarnya kala itu luluh lantak akibat guncangan gempa 2018 lalu. Kembali ke cerita Asim, soal asal muasal kantor baru PPDI NTB, dia menyampaikan saat pertama kali bersilaturahmi, Irjen Mohammad Iqbal hanya meminta foto-foto saat kantor lama PPDI runtuh.
"Karena waktu gempa kemarin roboh, jadi beliau entah bagaimana, kita tak tahu isi hati beliau. Yang jelas beliau memberi dan kita tidak pernah meminta untuk dibangun. Tiba-tiba beliau datang bawa utusannya dari kepolisan, diminta foto-foto runtuhannya masih ada. Akhirnya perintahkan siapa gitu untuk bangun gedung. Jadi kita tidak pernah minta sebenarnya," ujar Asim.
Kantor seluas 63 meter persegi itu, jelas Asim, sudah dilengkapi perabotan seperti meja dan kursi kerja serta peralatan komputer. "Peralatannya kantor dikasih. Perangkat komputer, meja, semuanya lengkap, sampai sound sistem," tutur Asim.
Asim mengaku awalnya ragu akan niat Irjen Mohammad Iqbal. Asim menilai urusan kaum disabilitas bukanlah tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan dinas sosial. (
)
"Sebelumnya kita tidak tahu sebenarnya. Sebagai aparat penegak hukum, beliau ramah tapi saya beranggapan 'Ini kan bukan tugas polisi'. Jadi ya enggak percaya aja tadinya, ya sudah deh," ucap Asim.
"Jujur PPDI NTB tak berharap. Makanya kita kaget dan enggak percaya kalau kami dibangunkan sebuah kantor baru yang sangat layak," sambung dia.
Asim kemudian menerangkan awalnya dia dan kawan-kawannya memang kagum dengan sosok Irjen Mohammad Iqbal lantaran tak canggung berinteraksi dengan kaum disabilitas. Bagi PPDI NTB, bertemu pejabat tinggi sekelas provinsi saja suatu hal yang sulit, apalagi bisa berbagi cerita dan bertukar pikiran.
"Kesan berbeda saat bertemu beliau, pribadi yang luar biasa. Langsung ajak ngobrol teman-teman, tidak canggung. Coba kalau tidak ada Covid, saya yakin semua paling akan memeluk beliau. Kan banyak dari temen-teman yang jarang ketemu orang pejabat tinggi, apalagi diajak bicara," ungkap Asim.
"Kan kita disabilitas itu, mohon maaf, kita marginal, kita mohon maaf. Jangankan dipeluk, dihampiri saja susah," imbuh pria 52 tahun asal Lombok Barat ini.
Asim mengatakan, dalam pertemuan kedua, Irjen Mohammad Iqbal mengundang kaum disabilitas untuk berkunjung ke rumah dinas jabatan Kapolda NTB dan makan bersama. Asim mengaku tak ada yang pernah mengundang dirinya dan kawan-kawan seperti itu.
"Beliau baru dua kali ketemu, pertama dan kedua. Bahkan kita diundang untuk makan ke rumah dinas beliau. Kita enggak ngerti jiwanya. Kita enggak bisa gambarkan 'Kok bisa'," tutur Asim.
Dia berharap kaum disabilitas di provinsi lainnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang dia dan kawan-kawannya rasakan saat ini. Menurut Asim, baru PPDI NTB yang memiliki gedung pengurus lengkap dengan peralatan kerja. "Mendapat perlakuan yang sama kantor sendiri. Soalnya baru NTB yang punya gedung sendiri lengkap dengan peralatannya," pungkasnya.
Kantor PPDI NTB terletak Dusun Perempung, Desa Sandik, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat. Gedung PPDI NTB diresmikan langsung oleh Irjen Mohammad Iqbal dan disaksikan Kepala Dinas Sosial NTB serta Komisaris Relawan Gempa pada hari ini.
Dalam sambutannya, Iqbal mengatakan, kehadiran polisi sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat. ( )
"Terlebih lagi Polri harus mengoptimalkan pelayanan dan pengayoman kepada saudara kita yang tergabung dalam Penyandang Disabilitas Indonesia. Insya Allah dengan niat yang tulus, PPDI akan menempati kantor DPD ini dan saya berharap agar kedepan dapat membawa berkah bagi saudara kita penyandang disabilitas di Provinsi NTB," tandas Iqbal.
"Saya sepeti mimpi bisa begini kenyataannya. Teman-teman luar biasa senangnya dan juga gedung ini dibangun langsung oleh Pak Kapolda. Kita tinggal terima pakai serta isinya. Otomatis teman-teman semua bahagia, senang, bangga dengan memiliki gedung sendiri," kata Asim kepada wartawan, Senin (30/11/2020). (
Baca Juga
Dia menceritakan, semula PPDI NTB berkantor di lahan seluas hanya 6 meter persegi. Pada satu ketika, Kapolda NTB Irjen Mohammad Iqbal mendatangi dirinya dan rekan-rekannya dengan alasan silaturahmi.
"Sekarang (luas kantor) 7 x 9. Ya ada ruang untuk meeting, bersih lagi. Saya tidak begitu mengerti hatinya Pak Kapolda. Mengapa beliau tertarik dengan kami atau bagaimana. Asal muasalnya Bapak Kapolda datang ke tempat kita, DPD (Dewan Pengurus Daerah) kita minjam gedung Dinas Sosial. Singkat cerita kita tak memiliki gedung," cerita Asim.
Kantor ala kadarnya kala itu luluh lantak akibat guncangan gempa 2018 lalu. Kembali ke cerita Asim, soal asal muasal kantor baru PPDI NTB, dia menyampaikan saat pertama kali bersilaturahmi, Irjen Mohammad Iqbal hanya meminta foto-foto saat kantor lama PPDI runtuh.
"Karena waktu gempa kemarin roboh, jadi beliau entah bagaimana, kita tak tahu isi hati beliau. Yang jelas beliau memberi dan kita tidak pernah meminta untuk dibangun. Tiba-tiba beliau datang bawa utusannya dari kepolisan, diminta foto-foto runtuhannya masih ada. Akhirnya perintahkan siapa gitu untuk bangun gedung. Jadi kita tidak pernah minta sebenarnya," ujar Asim.
Kantor seluas 63 meter persegi itu, jelas Asim, sudah dilengkapi perabotan seperti meja dan kursi kerja serta peralatan komputer. "Peralatannya kantor dikasih. Perangkat komputer, meja, semuanya lengkap, sampai sound sistem," tutur Asim.
Asim mengaku awalnya ragu akan niat Irjen Mohammad Iqbal. Asim menilai urusan kaum disabilitas bukanlah tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan dinas sosial. (
Baca Juga
"Sebelumnya kita tidak tahu sebenarnya. Sebagai aparat penegak hukum, beliau ramah tapi saya beranggapan 'Ini kan bukan tugas polisi'. Jadi ya enggak percaya aja tadinya, ya sudah deh," ucap Asim.
"Jujur PPDI NTB tak berharap. Makanya kita kaget dan enggak percaya kalau kami dibangunkan sebuah kantor baru yang sangat layak," sambung dia.
Asim kemudian menerangkan awalnya dia dan kawan-kawannya memang kagum dengan sosok Irjen Mohammad Iqbal lantaran tak canggung berinteraksi dengan kaum disabilitas. Bagi PPDI NTB, bertemu pejabat tinggi sekelas provinsi saja suatu hal yang sulit, apalagi bisa berbagi cerita dan bertukar pikiran.
"Kesan berbeda saat bertemu beliau, pribadi yang luar biasa. Langsung ajak ngobrol teman-teman, tidak canggung. Coba kalau tidak ada Covid, saya yakin semua paling akan memeluk beliau. Kan banyak dari temen-teman yang jarang ketemu orang pejabat tinggi, apalagi diajak bicara," ungkap Asim.
"Kan kita disabilitas itu, mohon maaf, kita marginal, kita mohon maaf. Jangankan dipeluk, dihampiri saja susah," imbuh pria 52 tahun asal Lombok Barat ini.
Asim mengatakan, dalam pertemuan kedua, Irjen Mohammad Iqbal mengundang kaum disabilitas untuk berkunjung ke rumah dinas jabatan Kapolda NTB dan makan bersama. Asim mengaku tak ada yang pernah mengundang dirinya dan kawan-kawan seperti itu.
"Beliau baru dua kali ketemu, pertama dan kedua. Bahkan kita diundang untuk makan ke rumah dinas beliau. Kita enggak ngerti jiwanya. Kita enggak bisa gambarkan 'Kok bisa'," tutur Asim.
Dia berharap kaum disabilitas di provinsi lainnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang dia dan kawan-kawannya rasakan saat ini. Menurut Asim, baru PPDI NTB yang memiliki gedung pengurus lengkap dengan peralatan kerja. "Mendapat perlakuan yang sama kantor sendiri. Soalnya baru NTB yang punya gedung sendiri lengkap dengan peralatannya," pungkasnya.
Kantor PPDI NTB terletak Dusun Perempung, Desa Sandik, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat. Gedung PPDI NTB diresmikan langsung oleh Irjen Mohammad Iqbal dan disaksikan Kepala Dinas Sosial NTB serta Komisaris Relawan Gempa pada hari ini.
Dalam sambutannya, Iqbal mengatakan, kehadiran polisi sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat. ( )
"Terlebih lagi Polri harus mengoptimalkan pelayanan dan pengayoman kepada saudara kita yang tergabung dalam Penyandang Disabilitas Indonesia. Insya Allah dengan niat yang tulus, PPDI akan menempati kantor DPD ini dan saya berharap agar kedepan dapat membawa berkah bagi saudara kita penyandang disabilitas di Provinsi NTB," tandas Iqbal.
(poe)