Rawa Pening Riwayatmu Kini...

Sabtu, 28 November 2020 - 20:40 WIB
loading...
Rawa Pening Riwayatmu Kini...
Seorang nelayan tengah mencari ikan di perairan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Foto: SINDOnews/Angga Rosa
A A A
SEMARANG - Ketenaran Rawa Pening sebagai destinasi wisata air andalan yang memiliki panorama alam eksotis dan memukau, kini telah sirna. Ini menyusul masifnya kerusakan alam dan ekosistem di danau alam seluas 2.670 hektare (ha) tersebut.

Padahal, sebelumnya Rawa Pening juga dianggap sebagai surganya para fotografer karena memiliki panorama alam yang indah dan mempesona mata telanjang manusia. Letak geografis danau alam yang berada di cekungan terendah lereng Gunung Ungaran, Merbabu, dan Telomoyo ini menambah asrinya nuansa alam pegunungan.

(baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Danau Sentarum, Kapuas Hulu yang Perlu Diketahui )

Selain itu, danau yang berada di wilayah kecamatan Bawen, Tuntang, Banyubiru, dan Ambarawa, Kabupaten Semarang, ini juga memiliki sumber daya alam (SDA) bernilai jual tinggi. Di dasarnya, terkandung lumpur yang bisa diolah menjadi pupuk organik. Sedang di permukaan air, tumbuh enceng gondok yang bisa diolah sebagai bahan untuk membuat barang kerajinan.

Tak hanya itu, beberapa tahun lalu Rawa Pening juga menjadi pemasok listrik utama di Jateng dan menjadi tempat mata pencaharian warga sekitar. Sayangnya, sekarang panorama alam Rawa Pening sudah rusak dan tak lagi memesona. Rawa Pening sudah tidak bisa menjadi objek wisata memikat dan tidak bisa lagi diandalkan untuk mencari nafkah warga sekitar.

Bahkan, jika kerusakan alam dan sendimentasi (pendangkalan) Rawa Pening serta pertumbuhan enceng gondok yang pesat tidak segera ditangani, diperkirakan beberapa tahun ke depan danau alam tersebut akan berubah menjadi daratan.
Selanjutnya, bencana kekeringan akan melanda sejumlah daerah, terutama Demak dan Grobogan. Karena selama ini air irigasi pertanian di dua daerah tersebut mengandalkan air dari Rawa Pening.

Menilik dampak yang ditimbulkan dari kerusakan alam Rawa Pening sangat merugikan masyarakat di sekitar kawasan danau alam itu dan daerah lain, maka sendimentasi dan pertumbuhan enceng gondok yang tak terkendali harus segera ditangani dengan serius.

(baca juga: Badau, Kapuas Hulu yang Jadi Gerbang Wisata Jantung Borneo )

Penanganan yang dilakukan hendaknya jangan hanya bersifat parsial saja, mesti mengarah pada aksi penyelamatan yang kongkret. Itu bisa dimulai dengan pembersihan enceng gondok yang menutupi permukaan air Rawa Pening. Setelah itu baru dilanjutkan dengan upaya penanganan lain, utamanya pengerukan lumpur.

Menurut Supriyadi, 43, warga Desa Karangdowo, Kecamatan Banyubiru, tumbuh suburnya eceng gondok di Rawa Pening karena eutrofokasi atau pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrien yang berlebihan ke dalam eksosistem air. Dalam hal ini pencemaran dari unsur fosfat yang berasal dari limbah rumah tangga, yakni sabun cuci detergen.

"Karena itu, pengerukan enceng gondok secara mekanik harus dilakukan. Ini masalah yang harus segera ditangani. Selain mengancam kelestarian lingkungan, dampaknya juga sangat merugikan masyarakat dan menghambat pertumbuhan ekonomi,” ujar Supriyadi, Sabtu (28/11/2020).

(baca juga: Kerusakan Ekosistem Rawa Pening Tak Terkendali, Ikan Sulit Didapat )

Warga lain, Sanyoto, 48, mengatakan, apabila sendimentasi di Rawa Pening tidak ditangani, ke depan banjir akan menjadi bencana tahunan bagi warga yang bermukim di sekitar Rawa Pening. Imbasnya, warga akan mengalami kerugian yang nilainya tidaklah sedikit.

“Setiap musim penghujan, air Rawapening meluap hingga menggenangi ratusan hektare sawah. Akibatnya, sawah tidak bisa ditanami dan kami kehilangan mata pencaharian. Untuk menyambung hidup, warga harus mencari pekerjaan lain,” ucapnya.

Dia berharap pemerintah segera melakukan langkah penanganan yang tepat dan terpadu, agar Rawapening bisa dimanfaatkan warga untuk menopang hidup. Karena peningkatan kesejehateraan masyarakat di sekitar Rawa Pening yang sebagian besar sebagai petani sangat bergantung pada kondisi alam danau alam ini.
(end)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1616 seconds (0.1#10.140)