Misteri Pusaka-pusaka Kerajaan Mataram yang Dibuat dari Batu Meteor
loading...
A
A
A
Kabar mengenai warga Tapanuli Tengah, Sumatera Utara Josua Hutagalung yang dikabarkan kaya mendadak akibat batu meteor yang menimpa rumahnya pada bulan Agustus 2020 lalu menarik perhatian banyak pihak. Bahkan pihak badan antariksa Amerika Serikat, NASA dan LAPAN juga turut meneliti dan mengomentari hal tersebut.
Ternyata penggunaan batu meteor oleh telah lama digunakan oleh para leluhur di bumi Nusantara ini. Diantaranya oleh para empu atau Mpu untuk pembuatan pusaka berupa senjata tajam mulai keris, tombak, pedang dan senjata lainnya. (Baca: Cemburu Sering Pamer Kemesraan, Supriyono Bunuh Suami Siri Mantan Istri Pakai Celurit)
Penggunaan bahan ini dilakukan karena mengandung titanium yang merupakan jenis logam yang memiliki kandungan yang hebat. Selain itu batu batuan dari langit tersebut memiliki kekuatan alam yang luar biasa yang telah terbakar di atmosfir ketika memasuki bumi.
"Para empu jaman dulu suka melekan (tirakatan) dan banyak melihat langit, di saat ada batu meteor jatuh maka mereka memburunya pencarian melalui metode penyelarasan dengan alam/ transformasi alam. Metode meditasi atau lelaku bagi para empu di Jawa adalah suatu metode konvensional untuk mendeteksi dan memilih logam,” ujar Benny Hatmantoro, senior perkerisan dari Forum Bawa Rasa Tosan Aji Soedjatmoko Surakarta dikutip dari rizanoanders.staff.unja.ac.id.
Dalam Catalogue of Meteorites dijelaskan, pernah jatuh meteorit Jatipengilon di Alastoewa, Madiun pada 19 Maret 1884. Berat meteor Jatipengilon mencapai 166 kg. Saat jatuh, meteor Jatipengilon melesak tiga meter ke dalam bumi.
Selain itu sejatinya Indonesia punya daerah yang berhamparan batu meteor alias satam orang Belitung menamakannya. Batu Satam pertama kali ditemukan di Pulau Belitung di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit pada 1973. Batu ini ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang timah beretnis China di kedalaman 50 meter
Salah satu pusaka Keraton Yogyakarta peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang terkenal adalah Tombak Kanjeng Kiai Pleret . Senjata ini merupakan milik Raja Mataram Pertama yang bergelar Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya.
Tombak sepanjang 3.5 meter ini dipakai oleh Danang Sutawijaya dalam perang tanding melawan Bupati Jipang Panolan Arya Penangsang.
Dengan senjata inilah Danang Sutawijaya dapat melukai Arya Penangsang yang konon sakti mandraguna dan memiliki ilmu kebal. Sehingga akhirnya Arya Penangsang tewas. Selain itu ada juga pusaka Tombak Kanjeng Kiai Baru Klinting yang juga menjadi andalan Pusaka Kerajaan Mataram Islam.
Kehebatan Tombak Baru Klinting teruji saat dipakai abdi dalem Sultan Agung yang bernama Ki Nayadarma sang Lurah Kapedak berperang tanding melawan Adipati Pati Pragola II yang memberontak terhadap kekuasaan Mataram.
Tubuh sang Adipati yang dikenal tak mempan senjata tersebut akhirnya dapat dirobek oleh Tombak Baru Klinting yang dipakai Ki Nayaderma.
Saat ini Tombak Kanjeng Kiai Baru Klinting juga masih tersimpan di dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Aslinya senjata berujud tombak ini sebelumnya adalah pusaka milik Ki Ageng Mangir Wanabaya yang memberontak kepada Panembahan Senopati. Konon kedua tombak ini diyakini juga dibuat dari batu meteor.
Selain itu beberapa pusaka dari Kerajaan Majapahit hingga Mataram Islam berupa keris juga diyakini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dari batu meteor diantaranya keris Kiai Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro. Namun butuh penelitian yang lebih mendalam untuk membuktikannya.
Ternyata penggunaan batu meteor oleh telah lama digunakan oleh para leluhur di bumi Nusantara ini. Diantaranya oleh para empu atau Mpu untuk pembuatan pusaka berupa senjata tajam mulai keris, tombak, pedang dan senjata lainnya. (Baca: Cemburu Sering Pamer Kemesraan, Supriyono Bunuh Suami Siri Mantan Istri Pakai Celurit)
Penggunaan bahan ini dilakukan karena mengandung titanium yang merupakan jenis logam yang memiliki kandungan yang hebat. Selain itu batu batuan dari langit tersebut memiliki kekuatan alam yang luar biasa yang telah terbakar di atmosfir ketika memasuki bumi.
"Para empu jaman dulu suka melekan (tirakatan) dan banyak melihat langit, di saat ada batu meteor jatuh maka mereka memburunya pencarian melalui metode penyelarasan dengan alam/ transformasi alam. Metode meditasi atau lelaku bagi para empu di Jawa adalah suatu metode konvensional untuk mendeteksi dan memilih logam,” ujar Benny Hatmantoro, senior perkerisan dari Forum Bawa Rasa Tosan Aji Soedjatmoko Surakarta dikutip dari rizanoanders.staff.unja.ac.id.
Dalam Catalogue of Meteorites dijelaskan, pernah jatuh meteorit Jatipengilon di Alastoewa, Madiun pada 19 Maret 1884. Berat meteor Jatipengilon mencapai 166 kg. Saat jatuh, meteor Jatipengilon melesak tiga meter ke dalam bumi.
Selain itu sejatinya Indonesia punya daerah yang berhamparan batu meteor alias satam orang Belitung menamakannya. Batu Satam pertama kali ditemukan di Pulau Belitung di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit pada 1973. Batu ini ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang timah beretnis China di kedalaman 50 meter
Salah satu pusaka Keraton Yogyakarta peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang terkenal adalah Tombak Kanjeng Kiai Pleret . Senjata ini merupakan milik Raja Mataram Pertama yang bergelar Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya.
Tombak sepanjang 3.5 meter ini dipakai oleh Danang Sutawijaya dalam perang tanding melawan Bupati Jipang Panolan Arya Penangsang.
Dengan senjata inilah Danang Sutawijaya dapat melukai Arya Penangsang yang konon sakti mandraguna dan memiliki ilmu kebal. Sehingga akhirnya Arya Penangsang tewas. Selain itu ada juga pusaka Tombak Kanjeng Kiai Baru Klinting yang juga menjadi andalan Pusaka Kerajaan Mataram Islam.
Kehebatan Tombak Baru Klinting teruji saat dipakai abdi dalem Sultan Agung yang bernama Ki Nayadarma sang Lurah Kapedak berperang tanding melawan Adipati Pati Pragola II yang memberontak terhadap kekuasaan Mataram.
Tubuh sang Adipati yang dikenal tak mempan senjata tersebut akhirnya dapat dirobek oleh Tombak Baru Klinting yang dipakai Ki Nayaderma.
Saat ini Tombak Kanjeng Kiai Baru Klinting juga masih tersimpan di dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Aslinya senjata berujud tombak ini sebelumnya adalah pusaka milik Ki Ageng Mangir Wanabaya yang memberontak kepada Panembahan Senopati. Konon kedua tombak ini diyakini juga dibuat dari batu meteor.
Selain itu beberapa pusaka dari Kerajaan Majapahit hingga Mataram Islam berupa keris juga diyakini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dari batu meteor diantaranya keris Kiai Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro. Namun butuh penelitian yang lebih mendalam untuk membuktikannya.
(sms)