5 Fakta Menarik tentang Danau Sentarum, Kapuas Hulu yang Perlu Diketahui
loading...
A
A
A
KAPUAS HULU - Destinasi wisata Danau Sentarum, di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, pengawasan dan pengelolaannya di bawah otoritas Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNKBDS). Pengelolaan TNBKDS ini berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.7/Menlhk/Setjen/ OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional.
(baca juga: Geger, Temuan Mayat Tanpa Busana di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Bogor
Tiga Desa di Kapuas Hulu Sabet Gelar Proklim Utama 2020 )
Selain menyimpan banyak surga kecil tersembunyi dan panorama alam memukau, danau air tawar yang salah satu andalan wisatanya Bukit Tekenang ini, ternyata juga banyak memiliki sejumlah fakta menarik lainnya yang tidak banyak orang mengetahui, di antaranya:
Danau Rawa Terluas di Asia Tenggara
Keunikan Danau Sentarum ini, di dalamnya ada gugusan pulau dan kompleks-kompleks danau: 20 danau besar kecil, 89.000 ha hutan rawa tergenang, dan 43.000 ha daratan. Danau ini sebentuk hamparan banjir yang dipengaruhi pasang surut volume air terluas di Asia Tenggara. Diperkirakan, tersimpan 16 triliun meter kubik air per tahun di kawasan ini.
Endemik Arwana Super Red
Di danau Sentarum, terdapat ikan Arwana merah (super red) merupakan ikan endemik. Bahkan ikan cantik yang harganya bisa menyamai 1 mobil Pajero ini, ditangkarkan dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat Danau Sentarum, di bawah binaan dan pengawasan penuh petugas TNBKDS.
Selain Arwana Merah, Danau Sentarum juga tempat habibat anggrek hitam (black orchid), buaya sinyulong, bekantan, beruang madu, serta persinggahan burung migran. “Kawasan hutan rawa tergenang yang terdapat di Danau Sentarum serta sungai-sungai besar dan kecil ini merupakan salah satu kebanggaan Indonesia. Hutan semacam ini sangat langka di dunia,” kata Kabid Wilayah 3 TNBKDS Gunawan Budi.
Dikelilingi Perkampungan Adat Dayak
Isu pengelolaan kawasan perbatasan membuat TNBKDS menjadi target kebijakan Pemerintah Indonesia untuk pembangunan sarana dan prasarana. Ada 12 desa baik di dalam dan sekitar kawasan TNDS, yang keseluruhan penduduknya selama ini hidup harmonis dan secara arif menjaga kawasan.
Di 12 desa itu beberapa subetnis Dayak mendiami Danau Sentarum. Dayak Iban dan Dayak Tamambaloh di bagian barat kawasan; Dayak Taman, Dayak Kantuí, Dayak Kayan, Dayak Bukat di bagian tengah; dan Dayak Punan Hovongan di bagian timur kawasan.
Kelompok masyarakat adat (Dayak) ini rata-rata masih menghuni rumah Betang (panjang), yang panjangnya lebih dari seratus meter. Terbuat dari kayu padat berkualitas tinggi, rumah rumah panjang itu dihuni puluhan keluarga dan menjadi pusat kehidupan serta aktivitas masyarakat Dayak.
Ditetapkan sebagai Cagar Biosfer
Pada Sidang Ke-30 International Coordinating Council (ICC) Man and Biosphere (MAB) Unesco, Danau Sentarum yang berada di kawasan TNBKDS secara resmi dikukuhkan menjadi cagar biosfer baru dengan nama Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentrum Kapuas Hulu. Penghargaan ini menjadi bukti komitmen Kabupaten Kapuas Hulu dan TNBKDS dalam menjaga kelestarian alam, sehingga mendapatkan dukungan dan pengakuan internasional.
“Status cagar biosfer merupakan sebuah kebutuhan mengingat komitmen kita adalah sama, yakni memadukan antara pembangunan dengan kelestarian kawasan hutan,” kata Kepala Balai Besar TNBKDS Arief Mahmud.
Hanya Tersisa 5% Zona Inti
Masyarakat adat yang hidup dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum telah diakomodasikan dalam zona tradisional, zona khusus (inti) serta zona pemanfaatan. Masyarakat tetap dapat memanfaatkan dan mengelola alam dalam Kawasan Danau Sentarum, sesuai kaidah konservasi sehingga tercipta kelestarian. Aktivitas mereka pun terjamin aturan yang berlaku.
Yang menarik, jika zona inti di banyak taman nasional di Indonesia cakupannya lebih luas dibanding zona-zona lainnya, berbeda dengan di Danau Sentarum yang zona intinya hanya tersisa 5% saja. Ini lantaran jauh sebelum ditetapkan sebagai taman nasional masyarakat sudah terlebih dahulu bahkan telah sangat lama mendiami kawasan Danau Sentarum.
Mereka sangat bergantung pada kelestarian danau dan hutan, baik pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti gaharu, madu, maupun potensi satwanya seperti ikan, potensi airnya, hingga potensi wisatanya.
(baca juga: Geger, Temuan Mayat Tanpa Busana di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Bogor
Tiga Desa di Kapuas Hulu Sabet Gelar Proklim Utama 2020 )
Selain menyimpan banyak surga kecil tersembunyi dan panorama alam memukau, danau air tawar yang salah satu andalan wisatanya Bukit Tekenang ini, ternyata juga banyak memiliki sejumlah fakta menarik lainnya yang tidak banyak orang mengetahui, di antaranya:
Danau Rawa Terluas di Asia Tenggara
Keunikan Danau Sentarum ini, di dalamnya ada gugusan pulau dan kompleks-kompleks danau: 20 danau besar kecil, 89.000 ha hutan rawa tergenang, dan 43.000 ha daratan. Danau ini sebentuk hamparan banjir yang dipengaruhi pasang surut volume air terluas di Asia Tenggara. Diperkirakan, tersimpan 16 triliun meter kubik air per tahun di kawasan ini.
Endemik Arwana Super Red
Di danau Sentarum, terdapat ikan Arwana merah (super red) merupakan ikan endemik. Bahkan ikan cantik yang harganya bisa menyamai 1 mobil Pajero ini, ditangkarkan dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat Danau Sentarum, di bawah binaan dan pengawasan penuh petugas TNBKDS.
Selain Arwana Merah, Danau Sentarum juga tempat habibat anggrek hitam (black orchid), buaya sinyulong, bekantan, beruang madu, serta persinggahan burung migran. “Kawasan hutan rawa tergenang yang terdapat di Danau Sentarum serta sungai-sungai besar dan kecil ini merupakan salah satu kebanggaan Indonesia. Hutan semacam ini sangat langka di dunia,” kata Kabid Wilayah 3 TNBKDS Gunawan Budi.
Dikelilingi Perkampungan Adat Dayak
Isu pengelolaan kawasan perbatasan membuat TNBKDS menjadi target kebijakan Pemerintah Indonesia untuk pembangunan sarana dan prasarana. Ada 12 desa baik di dalam dan sekitar kawasan TNDS, yang keseluruhan penduduknya selama ini hidup harmonis dan secara arif menjaga kawasan.
Di 12 desa itu beberapa subetnis Dayak mendiami Danau Sentarum. Dayak Iban dan Dayak Tamambaloh di bagian barat kawasan; Dayak Taman, Dayak Kantuí, Dayak Kayan, Dayak Bukat di bagian tengah; dan Dayak Punan Hovongan di bagian timur kawasan.
Kelompok masyarakat adat (Dayak) ini rata-rata masih menghuni rumah Betang (panjang), yang panjangnya lebih dari seratus meter. Terbuat dari kayu padat berkualitas tinggi, rumah rumah panjang itu dihuni puluhan keluarga dan menjadi pusat kehidupan serta aktivitas masyarakat Dayak.
Ditetapkan sebagai Cagar Biosfer
Pada Sidang Ke-30 International Coordinating Council (ICC) Man and Biosphere (MAB) Unesco, Danau Sentarum yang berada di kawasan TNBKDS secara resmi dikukuhkan menjadi cagar biosfer baru dengan nama Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentrum Kapuas Hulu. Penghargaan ini menjadi bukti komitmen Kabupaten Kapuas Hulu dan TNBKDS dalam menjaga kelestarian alam, sehingga mendapatkan dukungan dan pengakuan internasional.
“Status cagar biosfer merupakan sebuah kebutuhan mengingat komitmen kita adalah sama, yakni memadukan antara pembangunan dengan kelestarian kawasan hutan,” kata Kepala Balai Besar TNBKDS Arief Mahmud.
Hanya Tersisa 5% Zona Inti
Masyarakat adat yang hidup dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum telah diakomodasikan dalam zona tradisional, zona khusus (inti) serta zona pemanfaatan. Masyarakat tetap dapat memanfaatkan dan mengelola alam dalam Kawasan Danau Sentarum, sesuai kaidah konservasi sehingga tercipta kelestarian. Aktivitas mereka pun terjamin aturan yang berlaku.
Yang menarik, jika zona inti di banyak taman nasional di Indonesia cakupannya lebih luas dibanding zona-zona lainnya, berbeda dengan di Danau Sentarum yang zona intinya hanya tersisa 5% saja. Ini lantaran jauh sebelum ditetapkan sebagai taman nasional masyarakat sudah terlebih dahulu bahkan telah sangat lama mendiami kawasan Danau Sentarum.
Mereka sangat bergantung pada kelestarian danau dan hutan, baik pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti gaharu, madu, maupun potensi satwanya seperti ikan, potensi airnya, hingga potensi wisatanya.
(end)