Cerita Pemburu Patahan Surga Negeri di Atas Awan

Sabtu, 07 November 2020 - 14:21 WIB
loading...
Cerita Pemburu Patahan...
Indahnya golden sunrise di kawasan puncak Bandungan Kabupaten Semarang, menjadi incaran wisatawan dari berbagai daerah.Matahari terbit berwarna kuning keemasan. Foto SINDOnews
A A A
SEMARANG - Indahnya golden sunrise di kawasan puncak Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah, menjadi incaran wisatawan dari berbagai daerah. Matahari terbit berwarna kuning keemasan dan lautan awan bakal menjadi pemandangan kali pertama membuka mata.

Tak heran bila banyak warga yang rela menempuh perjalanan panjang dengan jalur menantang menuju lokasi wisata I’Ampelgading Homeland Bandungan. Perjalanan dilakukan malam hari, agar memiliki cukup waktu mendirikan tenda demi menanti fajar menyingsing. (Baca juga: Ditpolairud Polda Sulut Kerahkan Kapal Polisi di Objek Wisata Pantai )

Semburat merah di ufuk timur seketika membangunkan para wisatawan yang tengah melepas lelah dan menggigil akibat hawa dingin di ketinggian 1.367 MDPL. Matahari berwarna kuning keemasan atau yang biasa disebut golden sunrise perlahan muncul.

Cahaya terang mulai menyibak kegelapan yang menyelimuti alam. Pekatnya kabut bergeser bersamaan dengan semilir angin yang membawa dingin menusuk tulang. Beberapa wisatawan, justru keluar tenda sambil membawa kamera meski dengan tubuh menggigil.

Mereka tersebar di beberapa spot foto dan gardu pandang, dengan lensa kamera menyorot arah matahari terbit. Sebagian memilih bertahan dalam tenda dengan tubuh rapat dibungkus jaket tebal. Toh indahnya golden sunrise dan sejuknya udara pegunungan masih bisa dinikmati.

Wisatawan juga akan mendapat suguhan hamparan lautan awan dan gagahnya deretan gunung-gunung. Setidaknya terdapat enam gunung yang dapat disaksikan dari lokasi ini, yakni Gunung Lawu, Merbabu, Merapi, Andong, Telomoyo, dan Sumbing. “Saya sudah dua kali ke sini, nge-camp juga. Yang pertama dulu tidak bisa melihat matahari terbit karena tertutup awan, lalu yang kedua ini bisa terlihat. Wow luar biasa,” kata Nuris Kirana, wisatawan asal Kota Semarang, belum lama ini.

Dia bersama keluarga besar sengaja membawa dua tenda untuk menginap. Kompor kecil berbahan bakar gas juga dibawa untuk merebus mi instan dan kopi panas. Dua keponakannya juga tampak bahagia saat menikmati mi rebus hingga mulutnya belepotan. “Di sini bagus banget pemandangannya, gunung-gunung kelihatan semua. Menariknya lagi ibu dan keponakan juga menikmati nge-camp di sini. Meski dingin tapi kita bisa enjoy menyatu dengan alam,” lugasnya sembari melilitkan kain menutupi pundaknya.

Penerapan protokol kesehatan dilakukan secara ketat di tempat wisata ini. Sejak awal masuk pintu gerbang, semua pengunjung wajib mengenakan masker dan mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer di posko.(Baca juga: Punya Destinasi Populer Gilimanuk Bangkitkan Wisata Bali Barat )

Beberapa pengelola wisata aktif berkeliling mengingatkan wisatawan untuk selalu menjaga jarak, agar tak terjadi kerumunan. Tempat yang luas di alam terbuka, membuat wisatawan memiliki banyak pilihan tempat berfoto maupun menyaksikan pemandangan.

Wisatawan juga tak diperkenankan saling berkunjung apalagi masuk ke tenda lain. Edukasi yang diberikan adalah menjaga lokasi wisata agar tak menjadi klaster penyebaran Covid-19. Untuk itu, kontak fisik dengan wisatawan dari rombongan lain sangat dihindari. “Kita merasa nyaman dan aman wisata di sini. Kan lokasinya luas alam terbuka jadi untuk jaga jarak antarpengunjung itu mudah dilakukan. Beda kalau lokasi sempit dan indoor, potensi berdesakan akan terjadi,” tutur Sri Wahyuni, wisatawan asal Blora.

“Di sini juga ada posko keamanan sekaligus kesehatan. Tadi saya sudah tanya-tanya ada obat-obatan ringan yang disediakan pengelola. Misalnya kita mendadak ada gejala sakit kan bisa langsung ditangani mereka. Jadi lebih aman lah di sini,” ungkapnya.

Tempat wisata yang dibangun dan dikelola pemuda desa ini menjadi favorit pengunjung, karena tiket masuk cukup terjangkau. Untuk kamping dikenakan Rp20 ribu per orang, sementara wisata hanya perlu merogoh kocek Rp10 ribu per orang.

Sempat tutup dua bulan pada awal masa pandemi Covid-19 , lokasi wisata yang juga disebut Bumi Kahyangan di Atas Awan ini kembali buka dengan menerapkan aturan baru. Meski bisa menampung 500 tenda di alam terbuka, namun kini dibatasi tak lebih dari 250 tenda. “Dengan cara tersebut berwisata bersama keluarga akan menjadi lebih aman dan nyaman. Program Jogo Wisata ini juga sekaligus sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona di lokasi wisata,” ujar Yulian, pengelola wisata I’Ampelgading Homeland.

Pada masa pandemi ini, pengelola wisata tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik pada pengunjung. Kamping hanya dilakukan setiap Sabtu malam atau hari libur. Sejumlah petugas bersiaga untuk melakukan patroli kesehatan.“Setelah tutup awal pandemi kemarin, kini kita bangkit lagi. Wisata ini kan dikelola anak-anak muda, dan ketika buka kembali artinya sumber pendapatan kembali ada. Namun begitu, protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah tetap kita lakukan. Mari kita jaga wisata dan para wisatawan,” ucapnya.

“Sebenarnya kita baru berumur tiga tahun pada November ini, alhamdulillah wisata sini sudah banyak dikenal. Banyak wisatawan dari Demak, Pati, Jepara yang datang. Kebanyakan nge-camp, jadi datangnya malam-malam. Meski ada pula yang datang sejak sore,” imbuh dia.

Pemerintah secara bertahap memberi lampu hijau untuk membuka kembali lokasi wisata dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan. Bukan hanya sebagai penggerak roda perekonomian, destinasi wisata juga pengusir kejenuhan setelah berdiam diri di rumah.(Baca juga: Lima Destinasi Wisata Alam di Malang yang Menyejukkan )

“Ada kecenderungan ketika sudah mulai atau sedang dalam proses penurunan (angka kasus Covid-19), wisata alam atau wisata buatan menjadi salah satu potensi yang sangat luar biasa. Dan pelaku wisata akan didominasi oleh milenial pada usia 30 sampai dengan 40 tahun,” lugas Sinung Nugroho Rachmadi, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.

“Secara bertahap dan terbatas ini menjadi sebuah simulasi bagi kita untuk menggarap potensi-potensi pada tahun yang akan datang. Dengan semua harapan nanti (kasus Covid-19) segera menurun, sehingga kesiapan wisata buatan dan wisata alam itu bisa menyambut wisatawan dengan kondisi yang lebih optimal,” tandasnya.

Meski telah buka dengan beberapa pengetatan, namun pemerintah akan terus melakukan pemantauan lokasi wisata. Di antaranya kepatuhan terhadap pembatasan jumlah pengunjung, penerapan protokol kesehatan dan perkembangan pandemi di wilayah lokasi wisata. Jika kondisi sekitar memburuk maka akan dilakukan penutupan kembali.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2835 seconds (0.1#10.140)