Ridwan Kamil: Penduduk Hampir 50 Juta Jiwa Idealnya Jabar Punya 40 Kabupaten/Kota

Kamis, 15 Oktober 2020 - 11:06 WIB
loading...
Ridwan Kamil: Penduduk Hampir 50 Juta Jiwa Idealnya Jabar Punya 40 Kabupaten/Kota
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. (Foto/SINDOnews/Dok)
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyatakan, dengan jumlah penduduk yang hampir 50 juta jiwa, Provinsi Jabar idealnya memiliki lebih dari 40 kabupaten/kota, agar pelayanan terhadap masyarakat optimal.

Pernyataan tersebut disampaikan Ridwan Kamil saat menjadi narasumber web seminar (webinar) Universitas Paramadina bertajuk "The Implementation of Regional Economy in West Java", Rabu (14/10/2020).

Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu menuturkan, populasi menjadi sumber dinamika dan masalah pembangunan yang dihadapi provinsi yang dipimpinnya itu. (BACA JUGA: Direktur Televisi Swasta Tewas Setelah Alami Kecelakaan Tunggal)

Pasalnya, penduduk akan berebut sumber daya, tata ruang, sekolah berkualitas, fasilitas kesehatan, hingga transportasi. Karenanya, kata dia, pengendalian populasi menjadi salah satu solusi dinamika pembangunan di Jabar.

(Baca juga : Ridwan Kamil Tagih Kepastian Proyek LRT Kereta Cepat Jakarta-Bandung )

"Tugas kami sebagai pemerintah adalah menyiapkan keseimbangan antara perebutan sumber daya tersebut," tegas Kang Emil.

Selain itu, sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Jabar memiliki jumlah penduduk yang hampir sama dengan negara Korea Selatan dan dua kali lipat penduduk Australia.

"Jadi dari ukuran jumlah penduduk, saya (sebagai gubernur) seperti mengurus dinamika sekelas negara," imbuhnya. (BACA JUGA: Pengamanan Pusat Perbelanjaan di Jakarta)

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jabar per 2019, lanjut Kang Emil, Jabar memiliki luas wilayah lebih dari 35.000 kilometer persegi dengan 27 kabupaten/kota yang terdiri dari 18 kabupaten, 9 kota, 627 kecamatan, 645 kelurahan, dan 5.312 desa.

Selain populasi yang menjadi sumber dinamika pembangunan, Kang Emil juga mengatakan bahwa secara ekonomi, terdapat ketidakadilan fiskal terhadap Jabar dari pemerintah pusat. Kondisi tersebut menurutnya berpengaruh terhadap pelayanan publik dan penggerakan ekonomi.

"Penduduk kami banyak (hampir 50 juta jiwa), tapi daerah yang mengelolanya sedikit, hanya 27 daerah. Berbeda dengan Jawa Timur dengan jumlah penduduk 40 juta jiwa dikelola oleh 38 daerah. Sementara anggaran selama ini berbanding lurus dengan jumlah daerah, bukan jumlah penduduk," bebernya.

Oleh karenanya, Kang Emil kembali menegaskan bahwa pemekaran wilayah menjadi salah satu solusi dalam upaya meningkatkan pembangunan daerah di Jabar. (BACA JUGA: Vaksin COVID-19 Segera Hadir, Ridwan Kamil: Semoga Jadi Akhir Cerita Pandemi)

"Jadi ada hal-hal yang sedang kami perjuangkan dari sisi pelayanan publik dan ekonomi secara politik yaitu pemekaran wilayah. Jadi, kami berharap Jabar idealnya memiliki lebih dari 40 daerah (kabupaten/kota)," katanya.

Selain berbicara soal dinamika pembangunan, Kang Emil juga memaparkan keunggulan Jabar sebagai rumah bagi para investor sektor manufaktur. Menurutnya, Jabar diminati investor antara lain karena infrastruktur Jabar dibanding daerah lainnya dianggap terbaik sebagai pendukung investasi serta sumber daya manusia (SDM) yang sangat produktif.

"Jadi dari 100 persen industri (yang ada) di Indonesia, 60 persen memilih (lokasi) di Jabar. Ini salah satu keunggulan kami. Setiap tahun investasi yang datang ke Indonesia nomor satunya selalu ke Jabar sehingga kami terus meningkatkan pelayanan agar investasi manufaktur itu tetap ke Jabar," paparnya.

Selain itu, pariwisata dan pertanian juga menjadi sektor unggulan Jabar. Sementara pascapandemi COVID-19 yang turut berdampak terhadap ekonomi Jabar, Kang Emil menyatakan, Pemprov Jabar mengusung tujuh potensi ekonomi regional baru di Jabar.

Ketujuh potensi ekonomi regional baru itu, yakni meraup peluang investasi perusahaan yang pindah dari Tiongkok khususnya ke kawasan Rebana, swasembada pangan, swasembada teknologi atau konversi manufaktur ke arah 4.0, mendorong peluang bisnis di sektor kesehatan sebagai center of excellence kesehatan, ekonomi digital penerapan ekonomi berkelanjutan, dan pariwisata lokal. (BACA JUGA: Habib Rizieq Segera Pulang ke Tanah Air, FPI: Alhamdulillah)

Pasca-COVID-19 kami memiliki tujuh potensi ekonomi baru yang harus diambil dan kita sudah siap," tandasnya.
(vit)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3067 seconds (0.1#10.140)