Tingkat Kesembuhan Nakes yang Terpapar COVID-19 di Sulsel Membaik
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Angka kesembuhan tenaga kesehatan (nakes) di Sulsel yang terpapar COVID-19 cukup membaik, meskisebelumnya yang terkonfirmasi positif cukup tinggi.
Sebagai garda terdepan dalam upaya penanganan COVID-19 , kerentanan para nakes terpapar virus Corona memang cukup tinggi, khususnya untuk tenaga perawat. Dari catatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sejak awal pandemi hingga sekarang tercatat ada sekitar 332 perawat yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Sulsel.
"Jadi di awal pandemi di akhir bulan Maret kemudian sampai Oktober memang perawat yang terpapar lumayan banyak. Di data yang kami edarkan dari pusat, yang mengisi data itu tercatat angka 332 orang," ungkap Ketua PPNI Sulsel, Abdul Rakhmat kepada KORAN SINDO.
Meski begitu, dia mengaku angka itu lebih banyak dari yang ada di lapangan. Pasalnya, angka 332 orang yang tercatat, adalah mereka yang baru didata dan melaporkan langsung di PPNI.
"Tapi sebenarnya saya tahu betul angkanya tidak disitu. Angkanya hampir 500. Karena ada beberapa perawat yang mungkin tidak mau mengisi atau didata dengan berbagai macam alasan," sambungnya.
Dijelaskan, dari total perawat yang terdata terpapar Covid-19 itu sebanyak 80% diantaranya terpusat di Kota Makassar. Kata Rakhmat, hal ini karena Makassar sebagai episentrum penularan, di samping semua kasus Covid-19 dari daerah, ditarik ke Makassar untuk mendapat penanganan.
Kerentanan para perawat terpapar Corona juga berkaitan dengan kontak erat. Mereka selama ini menjadi tenaga profesi yang bersentuhan langsung dengan pasien. Utamanya saat di puskesmas yang berinteraksi dengan pasien.
"Dengan asumsi bahwa pasien yang dilayani bukan pasien COVID-19 . Tetapi ternyata belakangan sebenarnya OTG, orang tanpa gejala. Nah disini juga banyak terkena teman-teman. Apalagi inikan OTG sempat jadi fenomena baru," ujarnya.
Meski begitu, penanganan Covid-19 seiring waktu terus membaik. Hal ini terindikasi dari banyaknya pasien Covid-19 yang sembuh. Termasuk dari sisi perawat, angka kesembuhannya semakin baik.
"Hampir dari total perawat yang terpapar itu, angka kesembuhannya juga bagus. Alhamdulillah, tingkat kesembuhannya 90% lah itu bisa sembuh dengan baik. Kalau yang meninggal, dari data kita itu 3 orang, (yakni) dari Sidrap, Gowa, dan Makassar. Jadi di Sulsel angka kematian perawat tidak terlalu tinggi," sebut Rakhmat.
Dengan banyaknya para perawat yang sembuh, diharapkan bisa memberikan kontribusi yang lebih baik lagi dalam upaya memutus mata rantai virus Korona di Sulsel. Tugas penanganan Covid-19 bukan hanya dari petugas nakes saja, namun semua unsur masyarakat juga harus ikut terlibat.
"Sejauh ini kami lihat komitmen pemerintah sudah baik. Itu dilihat dari pertama adanya program wisata Covid-19 yang kemudian secara sentralisasi merawat pasien dengan tujuan memutuskan mata rantai. Kedua, support tenaga kesehatan pun membaik, karena Alhamdulillah sampai saat ini teman-teman diberikan fasilitas bagi perawat Covid tinggal di hotel," tandas dia.
Menurut Rakhmat, langkah yang diambil Pemprov Sulsel melalui program wisata duta Covid-19 untuk isolasi mandiri, turut memberi kontribusi pada penyembuhan para nakes. Dengan turut menempatkan mereka di hotel selama menangani pasien Covid-19, demi mencegah penularan di keluarga mereka sendiri.
Meski begitu, Rakhmat berharap kontrol terhadap para nakes dalam penanganan pasien Covid-19 bisa lebih maksimal. Dia meminta, ada screening yang lebih ketat kepada para nakes sebelum ditugaskan menangani pasien.
Dengan memasifkan pemeriksaan swab kepada para nakes. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah keterpaparan virus korona lebih meluas. Apalagi Rakhmat menganggap, selama ini banyak nakes yang tidak sadar sudah terpapar Covid-19 namun belum pemeriksaan PCR untuk diagnosis Covid-19.
"Jadi harus masif pemeriksaan swab ini, karena masih belum maksimal diakses oleh teman-teman petugas. Artinya masih perlu optimalisasi dukungan untuk menghadirkan pemeriksaan swab yang massif untuk bisa memutus mata rantai dari penyebaran Covid-19 dari sisi tenaga kesehatan," papar Rakhmat.
Dia menambahkan, para nakes pun tetap taat menjalankan pedoman protokol kesehatan disamping ikut mensosialisasikannya ke masyarakat. Rakhmat pun berharap, jam kerja para nakes, utamanya perawat, bisa diatur dengan baik demi kesehatan mereka.
"Kita sampaikan juga untuk membuat regulasi jam kerja yang efektif. Dan tentu asupan nutrisi yang maksimal. Kami ikut konsen menghadirkan profil perawat yang betul-betul melaksanakan tugas penanganan Covid-19 dengan baik," pungkas Rakhmat.
Sebagai garda terdepan dalam upaya penanganan COVID-19 , kerentanan para nakes terpapar virus Corona memang cukup tinggi, khususnya untuk tenaga perawat. Dari catatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sejak awal pandemi hingga sekarang tercatat ada sekitar 332 perawat yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Sulsel.
"Jadi di awal pandemi di akhir bulan Maret kemudian sampai Oktober memang perawat yang terpapar lumayan banyak. Di data yang kami edarkan dari pusat, yang mengisi data itu tercatat angka 332 orang," ungkap Ketua PPNI Sulsel, Abdul Rakhmat kepada KORAN SINDO.
Meski begitu, dia mengaku angka itu lebih banyak dari yang ada di lapangan. Pasalnya, angka 332 orang yang tercatat, adalah mereka yang baru didata dan melaporkan langsung di PPNI.
"Tapi sebenarnya saya tahu betul angkanya tidak disitu. Angkanya hampir 500. Karena ada beberapa perawat yang mungkin tidak mau mengisi atau didata dengan berbagai macam alasan," sambungnya.
Dijelaskan, dari total perawat yang terdata terpapar Covid-19 itu sebanyak 80% diantaranya terpusat di Kota Makassar. Kata Rakhmat, hal ini karena Makassar sebagai episentrum penularan, di samping semua kasus Covid-19 dari daerah, ditarik ke Makassar untuk mendapat penanganan.
Kerentanan para perawat terpapar Corona juga berkaitan dengan kontak erat. Mereka selama ini menjadi tenaga profesi yang bersentuhan langsung dengan pasien. Utamanya saat di puskesmas yang berinteraksi dengan pasien.
"Dengan asumsi bahwa pasien yang dilayani bukan pasien COVID-19 . Tetapi ternyata belakangan sebenarnya OTG, orang tanpa gejala. Nah disini juga banyak terkena teman-teman. Apalagi inikan OTG sempat jadi fenomena baru," ujarnya.
Meski begitu, penanganan Covid-19 seiring waktu terus membaik. Hal ini terindikasi dari banyaknya pasien Covid-19 yang sembuh. Termasuk dari sisi perawat, angka kesembuhannya semakin baik.
"Hampir dari total perawat yang terpapar itu, angka kesembuhannya juga bagus. Alhamdulillah, tingkat kesembuhannya 90% lah itu bisa sembuh dengan baik. Kalau yang meninggal, dari data kita itu 3 orang, (yakni) dari Sidrap, Gowa, dan Makassar. Jadi di Sulsel angka kematian perawat tidak terlalu tinggi," sebut Rakhmat.
Dengan banyaknya para perawat yang sembuh, diharapkan bisa memberikan kontribusi yang lebih baik lagi dalam upaya memutus mata rantai virus Korona di Sulsel. Tugas penanganan Covid-19 bukan hanya dari petugas nakes saja, namun semua unsur masyarakat juga harus ikut terlibat.
"Sejauh ini kami lihat komitmen pemerintah sudah baik. Itu dilihat dari pertama adanya program wisata Covid-19 yang kemudian secara sentralisasi merawat pasien dengan tujuan memutuskan mata rantai. Kedua, support tenaga kesehatan pun membaik, karena Alhamdulillah sampai saat ini teman-teman diberikan fasilitas bagi perawat Covid tinggal di hotel," tandas dia.
Menurut Rakhmat, langkah yang diambil Pemprov Sulsel melalui program wisata duta Covid-19 untuk isolasi mandiri, turut memberi kontribusi pada penyembuhan para nakes. Dengan turut menempatkan mereka di hotel selama menangani pasien Covid-19, demi mencegah penularan di keluarga mereka sendiri.
Meski begitu, Rakhmat berharap kontrol terhadap para nakes dalam penanganan pasien Covid-19 bisa lebih maksimal. Dia meminta, ada screening yang lebih ketat kepada para nakes sebelum ditugaskan menangani pasien.
Dengan memasifkan pemeriksaan swab kepada para nakes. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah keterpaparan virus korona lebih meluas. Apalagi Rakhmat menganggap, selama ini banyak nakes yang tidak sadar sudah terpapar Covid-19 namun belum pemeriksaan PCR untuk diagnosis Covid-19.
"Jadi harus masif pemeriksaan swab ini, karena masih belum maksimal diakses oleh teman-teman petugas. Artinya masih perlu optimalisasi dukungan untuk menghadirkan pemeriksaan swab yang massif untuk bisa memutus mata rantai dari penyebaran Covid-19 dari sisi tenaga kesehatan," papar Rakhmat.
Dia menambahkan, para nakes pun tetap taat menjalankan pedoman protokol kesehatan disamping ikut mensosialisasikannya ke masyarakat. Rakhmat pun berharap, jam kerja para nakes, utamanya perawat, bisa diatur dengan baik demi kesehatan mereka.
"Kita sampaikan juga untuk membuat regulasi jam kerja yang efektif. Dan tentu asupan nutrisi yang maksimal. Kami ikut konsen menghadirkan profil perawat yang betul-betul melaksanakan tugas penanganan Covid-19 dengan baik," pungkas Rakhmat.
(agn)