Bus Sibualbuali, Perusahaan Bus yang Beroperasi di Sumut Jauh Sebelum Indonesia Merdeka
loading...
A
A
A
BAGI masyarakat Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), Bus Sibualbuali sudah tak asing lagi. Bus ini sudah mengangkut jutaan penumpang dari Tapanuli bagian Selatan menuju sejumlah kota di Sumatera Utara (Sumut) hingga luar provinsi.
Mungkin tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah bus pertama di Tabagsel ini. Sibual buali diambil dari nama salah satu Gunung di Tapsel yakn Sibualbuali. Kantor pusat perusahaan oto bus ini di Jalan Sisingamagaraja Batunadua, Kota Padangsidimpuan sudah berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Perusahaan bus ini didirikan oleh Sutan Pangurabaan Pane di Sipirok pada 1937.
Sutan Panguraban merupakan seorang pengusaha hasil bumi andal yang tidak hanya beroperasi di Sipirok. Namun dia juga memiliki usaha di Kotanopan dan Muara Sipongi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Sejatinya, Sutan Pangurabaan Pane bukan seorang ahli transportasi. Dia berlatar belakang wartawan dan penulis di Tapsel yang kemudian lebih dikenal sebagai ayah dari tokoh-tokoh terkenal Sanusi Pane, Armijn Pane, dan Lafran Pane. Pada awalnya berdirinya perusahaan bus ini tidaklah mudah.
Tidak adanya peraturan atau tata tertib yang mengatur mengakibatkan kesulitan bagi sopir dan karyawan yang berujung kepada keributan dan kerusuhan untuk saling mendapatkan penumpang. Para sopir saat itu saling kejar-kejaran untuk mendapatkan penumpang.
Kondisi tersebut kian hari semakin memburuk. Sutan Pangurabaan Pane membuat ide untuk menggembleng para pengusaha dan karyawan angkutan agar dibentuk suatu organisasi modern.
Tujuan dari penggemblengan itu agar jam keberangkatan diatur sehingga tidak terjadi lagi keributan yang berujung perkelahian,” ujar Direktur Fa OPD (Firma Oto Dinas Pengangkutan) Sibualbuali Mhd Husin Siregar kepada SINDONews ketika berbincang di loket Sibualbuali, baru baru ini.
Ternyata, terobosan dan sistem tersebut menjadi contoh bagi pemerintah Kolonial Belanda, sehingga setiap otobis pada saat itu harus mempunyai izin trayek dan jam keberangkatan. “Ide yang dicetus oleh pendiri Sibualbuali itu ternyata diadopsi oleh pemerintah Belanda, hingga saat ini,”ujarnya.
Pada awalnya, tidak mudah bagi Sutan Panguraban untuk mendirikan perusahaan tersebut. Bagaimana tidak, Pemerintah Kolonial Belanda tidak memberikan izin. Namun, atas kegigihan putra asli Sipirok tersebut, Belanda memberikan izin angkutan Sibualbuali pada 1937 yang diberinam Auto Transport Dienst Sibuanbuali atau disingkat ATD Sibualbuali.
Pada awal pendiriannya armada Bus Sibualbuali melayani angkutan penumpang dan barang tujuan jarak pendek ke beberapa tempat di wilayah selatan Sumatera Utara, seperti Muara Sipongi, Natal, Sibolga dan Tarutung.
Untuk tujuan jarak jauh Bus Sibualbuali dengan tujuan utama Pematangsiantar dan Kota Medan dengan pol di Padangsidimpuan. Peran Bus Sibualbuali ini sangat penting masa itu dalam melayani masyarakat Tapanuli Selatan bermigrasi ke Tanah Deli (Medan).
Sukses armada Bus Sibualbuali mulai terasa setelah Indonesia merdeka. Diseputar Sumut, Sibualbuali memperpanjang trayek menuju Air Bangis, Bukit Tinggi dan Padang.
Kemudian disusul dengan trayek Muara Bungo, Sungai Penuh dan Jambi yang selanjutnya hingga ke Palembang. Inilah salah satu bentuk adventure Bus Sibualbuali di pedalaman Pulau Sumatera yang mampu menjajal jalan jalan perintis yang sempit, berbatu, berlumpur.
Sukses Bus Sibualbuali akhirnya sampai ke Tanjung Karang/Pelabuhan Panjang (Lampung) dan menobatkan diri sebagai pionir bus jarak jauh yang mampu mengarungi jalan-jalan di Sumatera dengan medan yang masih penuh hutan belantara.
Pada 1958 hingga 1961, tepatnya pada masa pemulihan keamanan di daerah Tapanuli, Oto Dinas Pengangkutan Sibualbuali turut membantu Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sebab, sebagian besar dari kendaraan OPD Sibualbuali dipergunakan secara rekurasi.
”Pada saat itu, beberapa unit mobil Sibualbuali dibakar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,” tutur Mhd Husin Siregar. Dia menceritakan, pada 1961 pemerintah sempat mengeluarkan peraturan yang melarang perusahaan pengangkutan mempunyai lebih dari 30 unit ditambah dengan enam unit sebagai cadangan.
“Adanya peraturan itu memaksa perusahaan harus dipecah dua atau tiga bahkan ada yang empat,” ujarnya.
Dikutip dari sejarah singkat Fa ODP Sibualbuali yang diceritakan oleh Wakil Direktur Fa ODP Sibualbuali Tongku M Siregar, pengangkutan Sibualbuali waktu itu dipecah menjadi beberapa perusahaan, yaitu 5.6.1 Firma ODP Sibualbuali trayek antar tiga provinsi.
Selanjutnya, 5.6.2, Firma PMG Sibualbuali trayek dalam daerah Provinsi Sumut. Selanjutnya, pada 1970 trayek Fa ODP Sibualbuali dibuka untuk jurusan Banda Aceh. Trayek tersebut tidak hanya difokuskan untuk jasa pengangkutan warga, namun juga untuk pos negara.
Tidak mengherankan, saat itu banyak warga yang tidak bisa diangkut akibat kantong pos negara sudah memenuhi seisi bus. Tidak mudah bagi Sibualbuali untuk melayani pengangkutan pos negara dan masyarakat, sebab kondisi jalan mengalami kerusakan cukup parah.
Terlibat dalam Pembuatan Film Nasional
Keberadaan Bus Sibualbuali di Tabagsel memang fenomenal. Tak ayal bus ini sempat masuk film nasional. Menurut Tongku M Siregar, pada 1975 Fa ODP Sibualbuali pernah menjalin kerja sama dengan PT Tati Jaya dan Soon Film dalam pembuatan film berjudul "Pencopet". Lokasi syuting film saat itu dipusatkan di Kompleks Stadion Teladan Medan, Istana Deli, Kota Turis Parapat, Porsea, Balige dan Sibolga.
Bintang film yang ikut berperan adalah aktris ternama asal ibukota Jakarta, yakni Shopan Shopian dan Widiyawati bersama bintang kawakan Aedy Moward. Film tersebut disutradarai oleh Matnor Tindaon. Dalam pembuatan film tersebut, stasiun Fa ODP Sibualbuali di Jalan FL Tobing, Medan, menjadi tontonan menarik dan dibanjiri oleh warga. Sebab, masyarakat ingin bertemu langsung dengan bintang filmnya.
Kantor dua lantai perusahaan bus itu penuh sesak sehingga petugas keamanan saat itu memaksa warga untuk menjauh dari lokasi. Selain itu, Kota Medan juga saat itu gempar dengan adanya bunyi klakson yang dilagukan oleh sopir Sibualbuali Shopan Shopian dengan judul lagu Sibualbuali.
Mungkin tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah bus pertama di Tabagsel ini. Sibual buali diambil dari nama salah satu Gunung di Tapsel yakn Sibualbuali. Kantor pusat perusahaan oto bus ini di Jalan Sisingamagaraja Batunadua, Kota Padangsidimpuan sudah berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Perusahaan bus ini didirikan oleh Sutan Pangurabaan Pane di Sipirok pada 1937.
Sutan Panguraban merupakan seorang pengusaha hasil bumi andal yang tidak hanya beroperasi di Sipirok. Namun dia juga memiliki usaha di Kotanopan dan Muara Sipongi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Sejatinya, Sutan Pangurabaan Pane bukan seorang ahli transportasi. Dia berlatar belakang wartawan dan penulis di Tapsel yang kemudian lebih dikenal sebagai ayah dari tokoh-tokoh terkenal Sanusi Pane, Armijn Pane, dan Lafran Pane. Pada awalnya berdirinya perusahaan bus ini tidaklah mudah.
Tidak adanya peraturan atau tata tertib yang mengatur mengakibatkan kesulitan bagi sopir dan karyawan yang berujung kepada keributan dan kerusuhan untuk saling mendapatkan penumpang. Para sopir saat itu saling kejar-kejaran untuk mendapatkan penumpang.
Kondisi tersebut kian hari semakin memburuk. Sutan Pangurabaan Pane membuat ide untuk menggembleng para pengusaha dan karyawan angkutan agar dibentuk suatu organisasi modern.
Tujuan dari penggemblengan itu agar jam keberangkatan diatur sehingga tidak terjadi lagi keributan yang berujung perkelahian,” ujar Direktur Fa OPD (Firma Oto Dinas Pengangkutan) Sibualbuali Mhd Husin Siregar kepada SINDONews ketika berbincang di loket Sibualbuali, baru baru ini.
Ternyata, terobosan dan sistem tersebut menjadi contoh bagi pemerintah Kolonial Belanda, sehingga setiap otobis pada saat itu harus mempunyai izin trayek dan jam keberangkatan. “Ide yang dicetus oleh pendiri Sibualbuali itu ternyata diadopsi oleh pemerintah Belanda, hingga saat ini,”ujarnya.
Pada awalnya, tidak mudah bagi Sutan Panguraban untuk mendirikan perusahaan tersebut. Bagaimana tidak, Pemerintah Kolonial Belanda tidak memberikan izin. Namun, atas kegigihan putra asli Sipirok tersebut, Belanda memberikan izin angkutan Sibualbuali pada 1937 yang diberinam Auto Transport Dienst Sibuanbuali atau disingkat ATD Sibualbuali.
Pada awal pendiriannya armada Bus Sibualbuali melayani angkutan penumpang dan barang tujuan jarak pendek ke beberapa tempat di wilayah selatan Sumatera Utara, seperti Muara Sipongi, Natal, Sibolga dan Tarutung.
Untuk tujuan jarak jauh Bus Sibualbuali dengan tujuan utama Pematangsiantar dan Kota Medan dengan pol di Padangsidimpuan. Peran Bus Sibualbuali ini sangat penting masa itu dalam melayani masyarakat Tapanuli Selatan bermigrasi ke Tanah Deli (Medan).
Sukses armada Bus Sibualbuali mulai terasa setelah Indonesia merdeka. Diseputar Sumut, Sibualbuali memperpanjang trayek menuju Air Bangis, Bukit Tinggi dan Padang.
Kemudian disusul dengan trayek Muara Bungo, Sungai Penuh dan Jambi yang selanjutnya hingga ke Palembang. Inilah salah satu bentuk adventure Bus Sibualbuali di pedalaman Pulau Sumatera yang mampu menjajal jalan jalan perintis yang sempit, berbatu, berlumpur.
Sukses Bus Sibualbuali akhirnya sampai ke Tanjung Karang/Pelabuhan Panjang (Lampung) dan menobatkan diri sebagai pionir bus jarak jauh yang mampu mengarungi jalan-jalan di Sumatera dengan medan yang masih penuh hutan belantara.
Pada 1958 hingga 1961, tepatnya pada masa pemulihan keamanan di daerah Tapanuli, Oto Dinas Pengangkutan Sibualbuali turut membantu Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sebab, sebagian besar dari kendaraan OPD Sibualbuali dipergunakan secara rekurasi.
”Pada saat itu, beberapa unit mobil Sibualbuali dibakar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,” tutur Mhd Husin Siregar. Dia menceritakan, pada 1961 pemerintah sempat mengeluarkan peraturan yang melarang perusahaan pengangkutan mempunyai lebih dari 30 unit ditambah dengan enam unit sebagai cadangan.
“Adanya peraturan itu memaksa perusahaan harus dipecah dua atau tiga bahkan ada yang empat,” ujarnya.
Dikutip dari sejarah singkat Fa ODP Sibualbuali yang diceritakan oleh Wakil Direktur Fa ODP Sibualbuali Tongku M Siregar, pengangkutan Sibualbuali waktu itu dipecah menjadi beberapa perusahaan, yaitu 5.6.1 Firma ODP Sibualbuali trayek antar tiga provinsi.
Selanjutnya, 5.6.2, Firma PMG Sibualbuali trayek dalam daerah Provinsi Sumut. Selanjutnya, pada 1970 trayek Fa ODP Sibualbuali dibuka untuk jurusan Banda Aceh. Trayek tersebut tidak hanya difokuskan untuk jasa pengangkutan warga, namun juga untuk pos negara.
Tidak mengherankan, saat itu banyak warga yang tidak bisa diangkut akibat kantong pos negara sudah memenuhi seisi bus. Tidak mudah bagi Sibualbuali untuk melayani pengangkutan pos negara dan masyarakat, sebab kondisi jalan mengalami kerusakan cukup parah.
Terlibat dalam Pembuatan Film Nasional
Keberadaan Bus Sibualbuali di Tabagsel memang fenomenal. Tak ayal bus ini sempat masuk film nasional. Menurut Tongku M Siregar, pada 1975 Fa ODP Sibualbuali pernah menjalin kerja sama dengan PT Tati Jaya dan Soon Film dalam pembuatan film berjudul "Pencopet". Lokasi syuting film saat itu dipusatkan di Kompleks Stadion Teladan Medan, Istana Deli, Kota Turis Parapat, Porsea, Balige dan Sibolga.
Bintang film yang ikut berperan adalah aktris ternama asal ibukota Jakarta, yakni Shopan Shopian dan Widiyawati bersama bintang kawakan Aedy Moward. Film tersebut disutradarai oleh Matnor Tindaon. Dalam pembuatan film tersebut, stasiun Fa ODP Sibualbuali di Jalan FL Tobing, Medan, menjadi tontonan menarik dan dibanjiri oleh warga. Sebab, masyarakat ingin bertemu langsung dengan bintang filmnya.
Kantor dua lantai perusahaan bus itu penuh sesak sehingga petugas keamanan saat itu memaksa warga untuk menjauh dari lokasi. Selain itu, Kota Medan juga saat itu gempar dengan adanya bunyi klakson yang dilagukan oleh sopir Sibualbuali Shopan Shopian dengan judul lagu Sibualbuali.
(vit)