Momen Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said Bertemu di Lereng Gunung Wilis Atur Siasat Serangan

Kamis, 23 Januari 2025 - 08:19 WIB
loading...
Momen Pangeran Mangkubumi...
Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah yang dikuasai kesultanan. Serangan itu karena keduanya melihat kedekatan Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta dengan Belanda. Foto: Ist
A A A
PANGERAN Mangkubumi dan Raden Mas Said melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah yang dikuasai kesultanan. Serangan itu karena keduanya melihat kedekatan Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta dengan Belanda.

Pada tahun 1752, Raden Mas Said baru memulai pergerakan dengan menembus hutan. Perjalanan ini melalui jalan kecil tidak dikenal yang membentang di atas Gunung Lawu.

Raden Mas Said kemudian tiba di Jogorogo usai serangan keempat yang dilakukan bersama para pemberontak di Ponorogo. Saat itu, tiga serangan Pangeran Mangkubumi menemui kegagalan.



Ketika itu, Ponorogo berada di bawah kekuasaan Madiun. Dalam pertempuran itu, Bupati Ponorogo Raden Adipati Surodiningrat gugur.

Padahal, sang bupati sesungguhnya baru ditunjuk sebagai patih jero atau dalam bahasa kromo Jawa Inggil disebut patih lebet, pejabat senior kerajaan yang bertanggung jawab untuk semua urusan dalam keraton pada tahun 1751.

Terlebih Bupati Surodiningrat berhasil menangkap salah satu pemberontak paling ditakuti yakni Pangeran Silarong pada tahun 1748.

Sebagaimana dikutip dari buku "Antara Lawu dan Wilis: Arkeologis, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya: Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun 1934-38", menariknya Surodiningrat sebagai patih jero yang memiliki kekuasaan dan wewenang lebih sempit di keraton bermusuhan dengan patih jaba yang bertanggung jawab atas semua urusan kerajaan di luar keraton.

Terutama dengan pihak VOC yang saat itu bernama Raden Adipati Pringgoloyo yang menjabat 1743-55. Pringgoloyo merupakan musuh bebuyutan Pangeran Mangkubumi.

Pringgoloyo sebagai patih jaba memiliki kekuasaan atas wilayah-wilayah luar atau monconegoro yang mencakup Grobogan, Warong, Seselo, Japan (setelah 1838 Mojokerto sebelah barat daya Surabaya), Blora, Jipang, Caruban, Tersono, Pace, Berbek, Blitar, Srengat, Kalangbret, Ngrowo (Tulungagung), Ponorogo, Madiun, Magetan, Jogorogo, Kaduwang (sebelah tenggara Surakarta sekarang Wonogiri), Pacitan, Pegunungan Selatan (Gunung Kidul), hingga Sembuyan (selatan Gunung Lawu).

Tak heran, beberapa kali Pangeran Mangkubumi sempat menyerang dan membuat kegaduhan di beberapa wilayah monconegoro, namun pemberontakan itu digagalkan. Barulah ketika Pangeran Mangkubumi berkolaborasi dengan Raden Mas Said menemukan momentum penyatuan pasukan.

Keduanya bertemu di lereng Gunung Wilis yang terletak di perbatasan Kaduwang dan Ponorogo. Lereng itu disebut Pintu Tambang atau Pangunan Tamban dalam dokumen Kompeni. Setelah pertemuan ini, penyerangan dilakukan menuju utara Lawu melalui Jogorogo.

Berbagai serangan selama ini dari yang pertama hingga ketiga mengalami kegagalan. Barulah ketika kembali melakukan serangan keempat, serangan gabungan dua pasukan itu memperoleh keberhasilan.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1987 seconds (0.1#10.24)