Rekonstruksi Penembakan Gamma, Aipda Robig Terbukti Tak dalam Posisi Terancam
loading...
A
A
A
SEMARANG - Aipda Robig Zaenudin (38) anggota Satuan Resnarkoba Polrestabes Semarang tersangka penembakan Gamma Rizkynata Oktafandy (17) siswa SMKN4 Semarang hingga tewas terbukti tidak dalam posisi terancam saat mengumbar tembakan di Jalan Candi Penataran Raya, tepatnya di depan Alfamart, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
Tak hanya itu, Gamma yang saat itu tengah berboncengan dengan 2 orang lain; M dan D, menaiki sepeda motor Honda Vario warna merah, juga tidak membawa senjata tajam. Hal itu terungkap saat proses rekonstruksi kasus tersebut, Senin (30/12/2024) di TKP, sore hari.
“Jadi Aipda R (Robig) memang sudah terbukti itu excessive action, perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan, perbuatan yang berlebihan, tidak perlu ditembakkan ke anak-anak tersebut,” kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto usai rekonstruksi di TKP.
“Walaupun anak-anak itu dikira begal ya, karena tidak membahayakan bagi Aipda R, ya ini koreksi buat yang bersangkutan,” sambung Artanto.
Saat rekonstruksi di Jalan Candi Penataran Raya itu, Aipda Robig awalnya dalam kondisi terborgol, memakai setelan baju tahanan warna biru bertuliskan Dit Tahti Polda Jateng. Dengan tetap mendapatkan pendampingan pengamanan dari Provost, Robig dilepas borgolnya dan memulai adegan rekonstruksi.
Di situ terlihat, Robig berkendara ke arah wilayah kota, dari selatan ke utara, menaiki sepeda motor matic jenis NMax warna biru nomor polisi H 3298 JG. Dari arah berlawanan, melaju 3 sepeda motor matic. Motor pertama ditumpangi 3 orang, Gamma di tengah. Motor kedua dan ketiga ditumpangi 2 orang. Semuanya diumbar tembakan oleh Robig.
Robig sebelum menembaki mereka juga terlihat memutar sepeda motornya yang awalnya di tepi jalan, ke tengah. Dia lalu turun dari sepeda motor, mengeluarkan pistol dari pinggang dan menembaki. Saat rekonstruksi, Robig mengaku melepaskan tembakan peringatan pertama, baru menembaki anak-anak tadi dari jarak dekat.
Kombes Artanto menambahkan, anak-anak tersebut terlibat saling kejar dengan kelompok lain setelah sebelumnya bertemu untuk perkelahian. “Tapi perkelahian antar-kelompok itu tidak jadi, karena salah satu kelompok bawa sajam atau celurit, akhirnya mereka kembali ke motor, bukan bubar namun mengambil senjata tajam masing-masing dan terjadi aksi kejar sepeda motor,” lanjut Artanto.
Tak hanya itu, Gamma yang saat itu tengah berboncengan dengan 2 orang lain; M dan D, menaiki sepeda motor Honda Vario warna merah, juga tidak membawa senjata tajam. Hal itu terungkap saat proses rekonstruksi kasus tersebut, Senin (30/12/2024) di TKP, sore hari.
“Jadi Aipda R (Robig) memang sudah terbukti itu excessive action, perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan, perbuatan yang berlebihan, tidak perlu ditembakkan ke anak-anak tersebut,” kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto usai rekonstruksi di TKP.
“Walaupun anak-anak itu dikira begal ya, karena tidak membahayakan bagi Aipda R, ya ini koreksi buat yang bersangkutan,” sambung Artanto.
Saat rekonstruksi di Jalan Candi Penataran Raya itu, Aipda Robig awalnya dalam kondisi terborgol, memakai setelan baju tahanan warna biru bertuliskan Dit Tahti Polda Jateng. Dengan tetap mendapatkan pendampingan pengamanan dari Provost, Robig dilepas borgolnya dan memulai adegan rekonstruksi.
Baca Juga
Di situ terlihat, Robig berkendara ke arah wilayah kota, dari selatan ke utara, menaiki sepeda motor matic jenis NMax warna biru nomor polisi H 3298 JG. Dari arah berlawanan, melaju 3 sepeda motor matic. Motor pertama ditumpangi 3 orang, Gamma di tengah. Motor kedua dan ketiga ditumpangi 2 orang. Semuanya diumbar tembakan oleh Robig.
Robig sebelum menembaki mereka juga terlihat memutar sepeda motornya yang awalnya di tepi jalan, ke tengah. Dia lalu turun dari sepeda motor, mengeluarkan pistol dari pinggang dan menembaki. Saat rekonstruksi, Robig mengaku melepaskan tembakan peringatan pertama, baru menembaki anak-anak tadi dari jarak dekat.
Kombes Artanto menambahkan, anak-anak tersebut terlibat saling kejar dengan kelompok lain setelah sebelumnya bertemu untuk perkelahian. “Tapi perkelahian antar-kelompok itu tidak jadi, karena salah satu kelompok bawa sajam atau celurit, akhirnya mereka kembali ke motor, bukan bubar namun mengambil senjata tajam masing-masing dan terjadi aksi kejar sepeda motor,” lanjut Artanto.