Kisah Pengkhianatan Sultan Haji Terhadap Sultan Ageng Tirtayasa, Tertipu Bujukan VOC

Sabtu, 30 November 2024 - 16:57 WIB
loading...
Kisah Pengkhianatan...
Raja Kesultanan Banten Sultan Haji terbujuk tipu muslihat VOC yang waktu itu menginginkan kekuasaan di Banten. Pada akhirnya, ia mengkhianati ayahnya sendiri, Sultan Ageng Tirtayasa dan melakukan kudeta. FOTO/WIKIPEDIA
A A A
BANTEN - Kisah pengkhianatan Sultan Haji terhadap Sultan Ageng Tirtayasa menjadi ulasan menarik untuk disimak. Insiden pengkhianatan ini disebutkan terjadi akibat campur tangan dari Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Sultan Abu Nasr Abdul Kahar atau biasa dikenal Sultan Haji adalah Raja Kesultanan Banten yang berkuasa antara 1683-1687 M. Menariknya, ia adalah putra kandung dari Sultan Banteng ke-6, yakni Sultan Ageng Tirtayasa.

Terlepas dari hubungan darahnya itu, Sultan Haji terbujuk tipu muslihat VOC yang waktu itu menginginkan kekuasaan di Banten. Pada akhirnya, ia mengkhianati ayahnya sendiri dan melakukan kudeta.


Pengkhianatan Sultan Haji Terhadap Sultan Ageng Tirtayasa

Pada salah satu strateginya, VOC biasa memakai Devide et Impera atau politik pecah belah alias adu domba. Hal ini pernah dilakukan guna memecah belah Kesultanan Banten yang waktu itu dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

Demi memuluskan rencana, VOC mengincar Sultan Abu Nasr Abdul Kahar alias Sultan Haji jadi incaran VOC. Tak hanya karena statusnya sebagai Putra Mahkota, Sultan Haji kala itu sudah diangkat jadi pembantu ayahnya untuk mengurus masalah dalam negeri.

Awalnya, VOC menghasut Sultan Haji dengan menyebar isu bahwa penugasan yang diberikan Sultan Ageng Tirtayasa tidak adil dan berupaya menyingkirkan putra mahkota. Mendengar itu, Sultan Haji percaya saja dan mulai bersekutu dengan VOC.

Perebutan takhta di Kesultanan Banten pernah diungkap dalam buku "Ensiklopedia Kerajaan Islam Di Indonesia," karya Binuko Amarseto. VOC yang sebenarnya ingin menguasai Banten menawarkan bantuan kepada Sultan Haji untuk mendapatkan takhta kesultanan.



Sebagai balasan, mereka meminta beberapa syarat jika nantinya Sultan Haji sudah bertakhta. Di antaranya Banten harus menyerahkan Cirebon, VOC diizinkan memonopoli perdagangan lada di Banten hingga penarikan pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan.

Menyanggupi syarat itu, Sultan Haji mulai melancarkan aksinya dengan dukungan VOC. Sempat kesulitan, VOC mengirim bantuan dari Batavia pada 7 April 1682 di bawah komando Tack dan De Saint Martin.

Punya kekuatan besar, VOC kembali menyerang Keraton Surosowan dan Keraton Tirtayasa. Serangan hebat kemudian dilakukan dan berhasil mendesak barisan Banten sehingga Margasana, Kacirebonan dan Tangerang dapat dikuasai.

Sultan Ageng Tirtayasa lalu mundur ke Tirtayasa dan menjadikan tempat itu sebagai pusat pertahanan. Namun, keadaan semakin rumit ketika Kademangan jatuh.

Belanda beberapa kali membujuk Sultan Ageng Tirtayasa untuk menghentikan perlawanan. Namun, ia tidak gentar dan tetap berusaha mempertahankan Banten.

Pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap saat hendak kembali ke Keraton Surosowan. Ia kemudian dipenjara di Batavia sampai meninggal.

Bersama restu VOC, Sultan Haji naik takhta menjadi penguasa Banten. Sesuai janji yang pernah disepakati, VOC pun perlahan-lahan mulai menebar pengaruh di sana.

Akibatnya, Sultan Haji tak hannya menghadapi penentangan dari rakyat, melainkan karena harus menuruti segala kehendak VOC juga. Puncaknya, ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada 1687.

Setelah Sultan Haji meninggal, VOC semakin berkuasa di Banten. Bahkan, pengangkatan para Sultan Banten berikutnya harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia.

Itulah ulasan mengenai kisah pengkhianatan Sultan Haji terhadap Sultan Ageng Tirtayasa.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1400 seconds (0.1#10.140)