Kisah Pangeran Diponegoro Kerahkan Kawanan Bandit dan Perampok dalam Perang Melawan Belanda

Senin, 26 Agustus 2024 - 06:03 WIB
loading...
Kisah Pangeran Diponegoro...
Pangeran Diponegoro konon pernah mengerahkan bandit dan kawanan perampok untuk melakukan perlawanan dalam perang melawan tentara penjajah kolonial Belanda. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
PANGERAN Diponegoro konon pernah mengerahkan bandit dan kawanan perampok untuk melakukan perlawanan dalam perang melawan tentara penjajah kolonial Belanda.

Saat itu para bandit dan perampok itu bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro bersama kalangan petani hingga santri dan tokoh ulama.



Perampok yang ditakuti oleh masyarakat itu berhasil ditundukkan oleh Pangeran Diponegoro.

Bersama Pangeran Diponegoro kawanan perampok itu berjuang untuk mengusir penjajah Belanda. Memang sang pangeran ini kerap kali memanfaatkan kekuatan lokal pedesaan tempat sekitar lokasi perang.



Tugas utama mereka adalah mencegah kedatangan bala bantuan Belanda. Mereka diperintahkan untuk menebangi pohon-pohon dan ditaruh melintang di jalan, membakar jembatan-jembatan kayu, dan memblokade jalan dengan menggali lubang - lubang jebakan yang di dalamnya telah menunggu bambu-bambu runcing.

Dikisahkan dalam buku "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855" tulisan Peter Carey, pasukan Pangeran Diponegoro lainnya berusaha untuk melumpuhkan jalur komunikasi Belanda dan memutuskan perbekalan musuh.



Di sisi lain, untuk mengamankan jalur komunikasi dan suplai jalur pasukannya, Pangeran Diponegoro menunjuk Mangkudiningrat I, putra pamannya sebagai kapten kapal penyeberangan di Kali Progo.

Para bandit profesional, yang konon dahulu sebelum perang ditakuti oleh warga desa, juga turut dihadirkan menambah kekuatan pasukan di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.

Para bandit ini ditugaskan mengamankan jalur-jalur komunikasi dan ikut ambil bagian dalam pasukan.

Konon pasukan Pangeran Diponegoro sangat mahir melakukan penghadangan dan penyergapan. Taktik yang pasukan Diponegoro gemari adalah bersembunyi di rerumputan tinggi di sisi jalan yang akan dilewati musuh.

Lalu ketika musuh lewat menembak dalam formasi setengah lingkaran, yakni prajurit yang bersembunyi dalam posisi tiarap menembakkan bedil mereka langsung ke arah musuh. Musuh disergap dari depan dan kedua sayap.

Tembok batu mengitari desa-desa yang dulunya dibangun mencegah gerombolan perampok yang berniat menjarah, sekarang dimanfaatkan dengan hasil sangat baik, seolah menjadi tempat berbenteng, seperti bekas Keraton Sunan Amangkurat I.

Menyusul keberhasilan aksi-aksi penghadangan itu, penduduk desa-desa yang berdekatan tertarik ikut bergabung dalam perang. Dengan menggunakan peralatan petani mereka mengganggu gerakan mundur pasukan gerak cepat Belanda, yang sering sudah terkepung.

Maka beralasan pendirian benteng-benteng Belanda sebagian merupakan jawaban atas tantangan situasi ini.

Konon beberapa sumber dan catatan sejarah menyebutkan pasukan Pangeran Diponegoro dipersenjatai dengan senjata api yang diperintahkan dibeli.

Beberapa persenjataan dari Belanda, berhasil dirampas, termasuk meriam, juga dimanfaatkan. Ini berarti teknik-teknik artileri Eropa yang dipelajari dengan seksama.

Saat mengepung Yogya ,seorang pangeran komandan prajurit Pangeran Diponegoro pernah mencatat bahwa meriam Belanda itu selalu ditembakkan terlalu tinggi karena pasukan artilerinya menggunakan terlalu banyak bubuk mesiu.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2090 seconds (0.1#10.140)