Kisah Abu Fida, Eks Pentolan JI Pimpin Kelompok Napiter Tambang Gelar Upacara HUT ke-79 RI di Tuban

Sabtu, 17 Agustus 2024 - 17:46 WIB
loading...
Kisah Abu Fida, Eks...
Eks pentolan JI, Abu Fida dan sejumlah mantan napiter menggelar upacara peringatan HUT ke-79 RI di Desa Punggul, Rengel, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2024). Foto/Ist
A A A
TUBAN - Sejumlah mantan narapidana terorisme (napiter) yang menamakan Kelompok Terbang (Napiter Tambang) menggelar upacara peringatan HUT ke-79 RI di Desa Punggul, Rengel, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2024).

Kegiatan itu dipimpin oleh mantan napiter sekaligus eks tokoh senior Jamaah Islamiyah (JI) M. Saifuddin Umar alias Abu Fida. Selain diikuti Kelompok Terbang, kegiatan itu juga diikuti masyarakat sekitar.



“Kami mengangkat tema nasionalisme, menyasar para penambang di daerah itu. Ini upaya kami membangun kembali nasionalisme di kalangan mereka yang pernah tergelincir ke jalan ekstrimisme,” kata Abu Fida kepada SINDOnews.

Di desa kecil itu, beberapa hiasan bernuansa merah putih menghiasi jalanan desa. Tenda-tenda berderet dan warga berkumpul dalam semangat kebersamaan.



Abu Fida, pria yang dulu ditakuti sebagai bagian dari jaringan teroris, memang muncul dengan misi baru yang tak kalah menantang.

Ketika memutuskan berbalik arah, kembali ke pangkuan NKRI. Melalui Kelompok Terbang, dia ingin menunjukkan bahwa mantan narapidana teroris bisa berkontribusi positif bagi masyarakat.



"Ini bukan hanya tentang merayakan kemerdekaan, tapi juga memaknai kemerdekaan itu sendiri. Bagi kami yang pernah tersesat, ini adalah kemerdekaan dari pikiran sempit, dari kebencian, dan dari ketakutan," lanjut Abu Fida.

Dengan latar belakang tambang yang menjadi penggerak ekonomi masyarakat Punggul, Abu Fida menekankan bahwa pekerja tambang harus memahami betul peran mereka dalam pembangunan bangsa.

Para anggota Kelompok Terbang sebagaian besar memang merupakan eks napiter.

Meski awalnya skeptis, perlahan masyarakat mulai menerima kehadiran mereka kembali, terutama setelah kelompok ini aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi desa.

Peringatan HUT kemerdekaan ini menjadi puncak dari segala upaya mereka untuk merajut kembali ikatan sosial yang sempat terkoyak.

Abu Fida melanjutkan, kegiatan itu bukan sekadar rutinitas simbolis. Di balik lomba-lomba khas 17an seperti panjat pinang dan tarik tambang, ada dialog kebangsaan yang melibatkan para pegiat tambang.

Para pekerja tambang, yang selama ini fokus pada kesejahteraan pribadi, diajak untuk merenung tentang peran mereka dalam kehidupan berbangsa.

“Nasionalisme itu tidak hanya tentang mengibarkan bendera atau meneriakkan semboyan, tapi bagaimana kita bisa berkontribusi kepada negara dalam segala hal yang kita lakukan, termasuk di tambang ini,” tambah Yani salah satu tokoh masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.

Berbagi dengan Masyarakat

Rangkaian peringatan HUT RI di sana juga diisi dialog, diskusi sederhana. Beberapa mantan napiter berbagi kisah perjalanan hidup mereka, mulai dari keterlibatan mereka dalam aksi terorisme hingga kesadaran akan pentingnya nasionalisme.

Mereka mengajak para pegiat tambang untuk memahami betapa pentingnya rasa memiliki terhadap bangsa dan negara, serta menanamkan kebanggaan menjadi bagian dari Republik Indonesia.

Aparat keamanan dalam hal ini Satuan Intelijen dan Keamanan (Intelkam) Polres Tuban Jawa Timur mendukung acara ini. Personel TNI juga hadir, memantau jalannya acara.

“Meskipun begitu, suasana tetap kondusif dan jauh dari kesan intimidatif. Kehadiran mereka lebih kepada bentuk penghargaan atas upaya rekonsiliasi yang kami lakukan,” sambung Abu Fida.

"Abu Fida dan teman-temannya berhasil memanfaatkan pengalaman mereka di masa lalu untuk memberikan pelajaran berharga bagi kami semua. Mereka sekarang justru menjadi contoh bahwa setiap orang bisa berubah, dan kontribusi mereka kepada desa ini nyata," kata anggota Intelkam Polres Tuban, Arif.

Arif melanjutkan, peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan RI ini menunjukkan bahwa mantan narapidana teroris seperti Abu Fida bisa berperan aktif dalam masyarakat, bahkan mengajak orang lain untuk lebih mencintai negara.

Melalui kegiatan ini, ada pesan kuat yang disampaikan: radikalisme dan nasionalisme bisa diatasi dengan pendekatan yang benar, dan kesempatan kedua adalah hal yang harus diberikan.

Menurutnya, acara itu menjadi momentum penting tidak hanya bagi kelompok "Terbang" dan masyarakat Punggul, tapi juga bagi seluruh Indonesia.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2196 seconds (0.1#10.140)