Mengenal Kereta Singa Barong, Peninggalan Unik Keraton Kasepuhan Cirebon
loading...
A
A
A
KERETA Singa Barong menjadi salah satu peninggalan bersejarah Keraton Kasepuhan Cirebon. Menurut riwayatnya, dulu kereta ini biasa dipakai sebagai kendaraan Sultan saat menggelar acara penting seperti upacara kirab hingga penobatan raja.
Melihat asal usul sejarahnya, Kereta Singa Barong dibuat sekitar abad ke-15 Masehi. Pencetusnya sendiri adalah Panembahan Losari beserta ahli ukirnya.
Sebagaimana kereta khas zaman dulu, Kereta Singa Barong ditarik oleh hewan ketika digunakan. Pada eranya, kereta ini bahkan disebut memiliki teknologi canggih yang jarang ditemui.
Lebih jauh, seperti apa sebenarnya Kereta Singa Barong ini? Berikut ulasannya yang bisa disimak.
Saat ini, Kereta Singo Barong menjadi salah satu ikon budaya Cirebon. Di dalamnya, peninggalan tersebut menyimpan kebanggaan tersendiri dari warisan sejarah pembuatnya di masa lalu.
Berkaitan dengan asal-usulnya, nama Kereta Singa Barong berasal dari kata 'Singarani' yang artinya 'memberi nama' dan 'Barong' yang berarti 'bebarengan atau bersama-sama'. Jadi, Singa Barong setidaknya bisa diartikan “memberi nama bersama-sama”.
Mengutip jurnal berjudul “Kereta Singo Barong di Keraton Kasepuhan Cirebon” dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sisi menarik kendaraan tersebut terletak pada ukirannya yang berbentuk hewan aneh dan langka. Bahkan, hewan semacam itu tidak pernah dijumpai di alam ini.
Ukiran-ukiran di tubuhnya menggambarkan beberapa bentuk bagian tubuh hewan. Di antaranya seperti sayap burung, kepala naga yang menjulurkan lidah hingga belalai gajah yang memegang senjata Trisula.
Konon, ciri-ciri ukiran hewan aneh itu ditujukan untuk memberi gambaran kepada masyarakat bahwa konstruksi kebudayaan Cirebon di masa lampau terbentuk dari tiga unsur berbeda.
Masing-masing adalah burung yang menggambarkan budaya Timur Tengah (agama Islam), Gajah menggambarkan India atau Hindu hingga naga yang menggambarkan China atau Budha.
Lebih jauh, kereta ini dibuat menggunakan bahan kayu laban. Lalu, warnanya dibalut dengan cat dari bahan campuran serbuk emas dan intan. Sementara tenaga penariknya adalah empat ekor kebo bule.
Menariknya lagi, Kereta Singa Barong telah mengenal suspensi dengan menyusun pegas lempengan besi yang dilapisi karet-karet pada bagian empat rodanya.
Teknologi ini tak hanya membuatnya terasa empuk, tetapi badan kereta juga bisa bergoyang-goyang ke belakang dan ke depan, sehingga bisa membuat sayap kereta bergerak-gerak serta terlihat seperti sedang terbang.
Saat ini, Kereta Singa Barong tersimpan di Museum Keraton Kasepuhan. Selain versi aslinya, terdapat juga hasil tiruannya yang juga disimpan dengan aman.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Melihat asal usul sejarahnya, Kereta Singa Barong dibuat sekitar abad ke-15 Masehi. Pencetusnya sendiri adalah Panembahan Losari beserta ahli ukirnya.
Sebagaimana kereta khas zaman dulu, Kereta Singa Barong ditarik oleh hewan ketika digunakan. Pada eranya, kereta ini bahkan disebut memiliki teknologi canggih yang jarang ditemui.
Lebih jauh, seperti apa sebenarnya Kereta Singa Barong ini? Berikut ulasannya yang bisa disimak.
Kereta Singa Barong
Saat ini, Kereta Singo Barong menjadi salah satu ikon budaya Cirebon. Di dalamnya, peninggalan tersebut menyimpan kebanggaan tersendiri dari warisan sejarah pembuatnya di masa lalu.
Berkaitan dengan asal-usulnya, nama Kereta Singa Barong berasal dari kata 'Singarani' yang artinya 'memberi nama' dan 'Barong' yang berarti 'bebarengan atau bersama-sama'. Jadi, Singa Barong setidaknya bisa diartikan “memberi nama bersama-sama”.
Baca Juga
Mengutip jurnal berjudul “Kereta Singo Barong di Keraton Kasepuhan Cirebon” dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sisi menarik kendaraan tersebut terletak pada ukirannya yang berbentuk hewan aneh dan langka. Bahkan, hewan semacam itu tidak pernah dijumpai di alam ini.
Ukiran-ukiran di tubuhnya menggambarkan beberapa bentuk bagian tubuh hewan. Di antaranya seperti sayap burung, kepala naga yang menjulurkan lidah hingga belalai gajah yang memegang senjata Trisula.
Konon, ciri-ciri ukiran hewan aneh itu ditujukan untuk memberi gambaran kepada masyarakat bahwa konstruksi kebudayaan Cirebon di masa lampau terbentuk dari tiga unsur berbeda.
Masing-masing adalah burung yang menggambarkan budaya Timur Tengah (agama Islam), Gajah menggambarkan India atau Hindu hingga naga yang menggambarkan China atau Budha.
Lebih jauh, kereta ini dibuat menggunakan bahan kayu laban. Lalu, warnanya dibalut dengan cat dari bahan campuran serbuk emas dan intan. Sementara tenaga penariknya adalah empat ekor kebo bule.
Menariknya lagi, Kereta Singa Barong telah mengenal suspensi dengan menyusun pegas lempengan besi yang dilapisi karet-karet pada bagian empat rodanya.
Teknologi ini tak hanya membuatnya terasa empuk, tetapi badan kereta juga bisa bergoyang-goyang ke belakang dan ke depan, sehingga bisa membuat sayap kereta bergerak-gerak serta terlihat seperti sedang terbang.
Saat ini, Kereta Singa Barong tersimpan di Museum Keraton Kasepuhan. Selain versi aslinya, terdapat juga hasil tiruannya yang juga disimpan dengan aman.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(shf)