Gawat! TBC di Jabar Tembus 100 Ribu Kasus, Bogor dan Bandung Tertinggi

Sabtu, 03 Agustus 2024 - 14:49 WIB
loading...
Gawat! TBC di Jabar...
Penderita TBC di Jabar mencapai 103.485 pada semester pertama tahun 2024. Tercatat, Kabupaten Bogor dan Kota Bandung menjadi dua penyumbang tertinggi kasus TBC. Foto/Ilustrasi/Dok.SINDOnews
A A A
BANDUNG - Penderita Tuberkulosis (TBC) di wilayah Jabar mencapai 103.485 pada semester pertama tahun 2024. Tercatat, Kabupaten Bogor dan Kota Bandung menjadi dua penyumbang tertinggi kasus TBC.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, Vini Adiani Dewi mengatakan, dari 103.485 penderita TBC di Jabar, tercatat di Kabupaten Bogor mencapai 13.198 kasus, dan Kota Bandung 8.672 kasus.



Disusul Kota Bekasi 6.756 kasus, Kabupaten Bekasi 6.645 kasus, dan Kabupaten Bandung 6.049 kasus. Paling kecil di Kabupaten Pangandaran 481 kasus dan Kota Banjar 682 kasus.

"Data ini diketahui berdasarkan temuan dan laporan dari 27 kabupaten dan kota yang ada di Jabar, terhitung dari tiga bulan pertama dan kedua," ucap Vini, Sabtu (3/8/2024).



Dinkes Jabar menargetkan bisa melakukan skrining hingga ratusan ribu penderita di 2024. Sebab, pihaknya diberikan angka perkiraan dari pemerintah pusat untuk menemukan kasus TBC setiap tahunnya.

"Tahun ini kami diwajibkan melakukan kurang lebih pemeriksaan sekitar 200 ribuan penderitaan TBC. Dan sampai Juni itu kami menemukan kurang lebih 42 persen. Jadi sudah ada kurang lebih 103 ribu yang kami temukan, rata-rata usia dewasa," katanya.



Menurutnya, jika kasus TBC semakin banyak ditemukan dan dilaporkan akan semakin bagus. Artinya, pemerintah bisa memutuskan rantai penularan.

Sehingga, Vini memastikan akan terus melakukan skrining ke masyarakat guna melakukan pengobatan dan mencegah terjadinya penularan.

Kondisi pelacakan ini berbeda dari tahun sebelumnya, di mana Dinkes Jabar hanya menunggu pasien TBC, sekarang bagi masyarakat yang mengalami batuk akan dilakukan skrining.

"Sekarang dalam situasi apapun kami akan lakukan skrining baik itu lewat portabel ataupun ketika ada yang batuk walaupun tidak ada yang mengeluh sakit ke arah TBC kami pasti skrining lewat pemeriksaan dahak ataupun dokter," jelasnya.

Untuk data TBC anak, kata Vini, pihaknya menargetkan angka pelacakan kurang lebih sekitar 20 ribuan, dan itu sudah tercapai. Pada tahun 2023 Jabar menjadi penemu TBC terbanyak bahkan melebihi target dari pemerintah pusat.

"Karena yang seharusnya 100 persen, tapi kita ada di 117 persen," ujarnya.

Dalam menjalankan skrining di masyarakat, Vini mengaku tidak ada kesulitan. Hanya saja stigma di masyarakat mengenai TBC sulit dihilangkan.

"Jadi orang ketika sudah ditemikan lalu disuruh berobat itu biasanya gak mau karena sering mengaku saya tidak TBC. Apalagi pada anak TBC itu tidak ada demam, kelenjar getah bening, penurunan berat badan, sehingga banyak orang tua yang menanggap anaknya ini tidak TBC," bebernya.

"Jadi sulitnya adalah mengonati ketika masyarkat tidak mau minum obat TBC atau yang kedua putus obat, nah ini yang paling bahaya karena bisa menyebabkan TBC MBR," tandasnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1268 seconds (0.1#10.140)