Masuk Musim Kemarau, BMKG Ingatkan Potensi Bencana Masih Terjadi
loading...
A
A
A
BANDUNG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau secara bertahap terjadi dimulai pada Mei 2024 hingga beberapa bulan ke depan.
Sekurang-kurangnya baru 8 persen wilayah Indonesia yang telah memasuki musim kemarau di awal Mei ini. Delapan persen wilayah ini sama halnya dengan 56 zona musim atau zom dari seluruh zom.
"Hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan dikutip laman resmi BMKG, Sabtu (11/5/2024).
Adapun wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah, dan sebagian Maluku Utara.
Dalam beberapa pekan ke depan terdapat sejumlah wilayah Indonesia yang juga bakal mengalami musim kemarau, seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulau Jawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.
"Meskipun demikian, sekitar 76 persen wilayah Indonesia lainnya (530 zom) masih berada pada periode musim hujan," ujarnya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, dalam proses peralihan musim, cuaca kerap tak menentu.
"Kadang panas atau terik yang mengakibatkan banyak orang yang merasakan gerah, tapi terkadang masih terjadi hujan dengan intensitas yang beragam di sebagian wilayah Indonesia," katanya.
Menurutnya, kondisi ini adalah hal yang umum terjadi saat proses peralihan musim, dari hujan ke musim kemarau.
"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," jelasnya.
Dalam menghadapi peralihan musim hujan ke musim kemarau, pihaknya mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan sembari terus meningkatkan kewaspadaannya. Sebab, potensi terjadinya bencana masih bisa terjadi, terutama banjir di daerah-daerah yang memang rawan akan timbulnya bencana ini.
"Tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi," imbuhnya.
Masyarakat juga perlu mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing khususnya di daerah rawan bencana.
Adapun langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan masyarakat salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya.
Sekurang-kurangnya baru 8 persen wilayah Indonesia yang telah memasuki musim kemarau di awal Mei ini. Delapan persen wilayah ini sama halnya dengan 56 zona musim atau zom dari seluruh zom.
"Hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan dikutip laman resmi BMKG, Sabtu (11/5/2024).
Adapun wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah, dan sebagian Maluku Utara.
Dalam beberapa pekan ke depan terdapat sejumlah wilayah Indonesia yang juga bakal mengalami musim kemarau, seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulau Jawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.
"Meskipun demikian, sekitar 76 persen wilayah Indonesia lainnya (530 zom) masih berada pada periode musim hujan," ujarnya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, dalam proses peralihan musim, cuaca kerap tak menentu.
"Kadang panas atau terik yang mengakibatkan banyak orang yang merasakan gerah, tapi terkadang masih terjadi hujan dengan intensitas yang beragam di sebagian wilayah Indonesia," katanya.
Menurutnya, kondisi ini adalah hal yang umum terjadi saat proses peralihan musim, dari hujan ke musim kemarau.
"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," jelasnya.
Dalam menghadapi peralihan musim hujan ke musim kemarau, pihaknya mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan sembari terus meningkatkan kewaspadaannya. Sebab, potensi terjadinya bencana masih bisa terjadi, terutama banjir di daerah-daerah yang memang rawan akan timbulnya bencana ini.
"Tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi," imbuhnya.
Masyarakat juga perlu mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing khususnya di daerah rawan bencana.
Adapun langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan masyarakat salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya.
(shf)