Kisah Jimmy, Pekerja Istaka Karya yang Selamat dari Pembantaian OPM

Rabu, 05 Desember 2018 - 08:50 WIB
Kisah Jimmy, Pekerja Istaka Karya yang Selamat dari Pembantaian OPM
Kisah Jimmy, Pekerja Istaka Karya yang Selamat dari Pembantaian OPM
A A A
WAMENA - Sebanyak 31 pekerja PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan di Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga dibantai Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dari tragedi tersebut ternyata ada karyawan PT Istaka Karya yang selamat yang bernama Jimmy Aritonang.

Pria ini selamat setelah pura-pura mati seusai OPM memberondong puluhan rekannya sesama karyawan PT Istaka Karya yang sebelumnya telah disandera.

Kepada pasukan penyelamat dari Satgaspamrahwan Kodam XVII/Cenderawasih Jimmy menceritakan kronologi peristiwa yang dia alami selamat dari pembantaian OPM, bahwa pada Sabtu 1 Des 2018 seluruh karyawan PT Istaka Karya memutuskan untuk tidak bekerja karena pada hari itu ada upacara peringatan 1 Desember yang diklaim sebagai hari kemerdekaan OPM dan dimeriahkan dengan upacara bakar batu bersama masyarakat.

Jimmy menuturkan, sekitar pukul 15.00 WIB kelompok OPM mendatangi Kamp PT Istaka Karya dan memaksa seluruh karyawan berjumlah 25 orang keluar selanjutnya digiring menuju Kali Karunggame dalam kondisi tangan terikat dikawal sekitar 50 orang OPM bersenjata campuran standar militer.

Keesokan harinya, kata Jimmy, Minggu 2 Desember 2018 pukul 07.00 WIT seluruh pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat menuju bukit puncak Kabo, di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi 5 shaf dalam keadaan jalan jongkok.

"Tidak lama kemudian para anggota OPM dalam suasana kegirangan menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua, mereka secara sadis menembaki para pekerja. Sebagian pekerja tertembak mati di tempat sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah," ungkap Jimmy dikutip dari keterangan tertulis yang dikirimkan Pendam Cenderawasih ke SINDOnews, Rabu (5/12/2018).

Setelah itu. lanjut dia, OPM meninggalkan para korban melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo. Lalu sebanyak 11 orang karyawan yang pura-pura mati berusaha bangkit kembali dan melarikan diri.

"Namun malangnya mereka terlihat oleh sejumlah anggota OPM sehingga mereka dikejar. Kemudian lima orang tertangkap dan digorok oleh OPM (meninggal di tempat), enam orang berhasil melarikan diri ke arah Mbua, dua orang diantaranya belum ditemukan sedangkan empat orang satu diantaranya saya selamat setelah diamankan oleh anggota TNI di Pos Yonif 755/Yalet di Mbua," ujarnya.

Jimny kembali menceritakan, bahwan pada Senin 3 Desember 2018 sekitar pukul 05.00 WIT Pos TNI 755/Yalet tempat dia dan rekan lainnya diamankan diserang oleh anggota OPM bersenjata standar militer campuran panah dan tombak.

"Rupanya mereka tetap melakukan pengejaran. Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah Pos sehingga salah seorang anggota Yonif 755/Yalet atas nama Serda Handoko membuka jendela sehingga tertembak dan meninggal dunia. Anggota pos membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak dari jam 05.00 pagi hingga 21.00 WIT. Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, maka pada Selasa 4 Desember pukul 01.00 WIT, Danpos memutuskan untuk mundur mencari medan perlindungan yang lebih menguntungkan, saat itulah salah seorang anggota atas nama Pratu Sugeng tertembak di lengan," paparnya.

Kemudian, menurut Jimmy pada hari Selasa 4 Des 2018 pukul 07.00 WIT Satgas gabungan TNI-Polri berhasil menduduki Mbua dan melaksanakan penyelamatan serta evakuasi korban.

"Jumlah korban yang dipastikan meninggal dunia dibantai oleh OPM di lereng bukit puncak Kabo adalah 19 orang," tandas Jimmy.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3273 seconds (0.1#10.140)