Masyarakat Denpasar Diimbau Berhati-hati dalam Dunia Digital
loading...
A
A
A
DENPASAR - Masyarakat harus semakin waspada dan hati-hati dalam berpartisipasi dalam hiruk pikuk dunia era digital. Hal ini akibat banyaknya hoaks dan pihak-pihak tertentu yang berniat buruk dalam menggunakan teknologi digital.
Hal itu disampaikan dalam event Gali Ilmu Literasi Digital yang digelar di Aula Kantor Kepala Desa Sanur Kauh, Kota Denpasar, Bali.
Kegiatan yang dihadiri masyarakat umum dan komunitas di Desa Sanur Kauh ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemahaman mengenai literasi digital. Sehingga menciptakan ekosistem digital nasional yang nyaman bagi masyarakat.
“Harus hati-hati dalam menggunakan teknologi, terutama dalam menggunakan media sosial. Salah ketik maka akan berdampak ke hal negatif, dulu kita harus mengendalikan bicara, sekarang kita juga harus mengendalikan jari dalam me-like dan berkomentar di medsos,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Komunikasi Publik Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemerintah Kota Denpasar, Cokorda Istri Sri Kristinadewi dikutip Kamis (4/04/2024).
Lebih lanjut, Cokorda, meminta peserta agar dapat lebih teliti dan tidak buru-buru dalam share informasi yang diterima dan harus perhatikan kembali berita tersebut memiliki nilai kebenaran atau tidak.
Sementara itu, Kepala Desa Sanur Kauh, I Made Ada menegaskan bahwa pemahaman mengenai literasi digital yang dilaksanakan Kemenkominfo berkolaborasi dengan Pemkot Denpasar, Tular Nalar dan Google Indonesia sangat penting untuk dimiliki oleh masyarakat.
“Ada empat pilar yang harus kita terapkan di internet, salah satunya mari kita belajar beretika dalam menggunakan media sosial, sering sekali ada orang bilang mulutmu harimaumu, sekarang muncul istilah baru yaitu jarimu harimaumu sehingga penting kita menjaga etika di media sosial,” tegas Made.
Kecakapan digital juga tidak kalah penting untuk dikuasai, lanjut Made, kurang cakapnya kita dalam menggunakan teknologi digital bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
“Karena kurang cakapnya kita dalam menggunakan teknologi digital ini kita bisa kesusahan di jalan, contohnya kalau kita pakai google maps, karena kita kurang cakap kita bisa tersesat karena tidak bisa mengikuti petunjuk dari google maps tadi,” terang Made.
Dalam kesempatan tersebut, Chief Advisory Board Universitas Primakara, I Gede Putu Krisna Juliharta menyampaikan materi mengenai multikulturalisme di dunia digital.
“Dalam penggunaan internet ada namanya Netiket atau tatakrama di internet. Salah satu contohnya Ketika kita mengetik sesuatu dengan huruf kapital semua bisa jadi itu menjadi masalah karena kita akan dikira marah,” jelas Krisna.
Dia menghimbau agar peserta harus bisa menjaga privasi orang lain dan tidak menggunakan kata-kata vulgar di internet karena seluruh dunia bisa melihat apa yang kita posting, hal itu disebut jejak digital dan sangat berbahaya.
Saat ini, perkembangan teknologi lebih cepat dari literasinya. Adanya judi online sebagai bagian dari perkembangan teknologi digital sangat merugikan masyarakat khususnya bagi anak muda.
Lihat Juga: Pelaku Usaha Depot Air Minum di Bali Antusias Ikuti Pelatihan Manajemen Higiene dan Sanitasi
Hal itu disampaikan dalam event Gali Ilmu Literasi Digital yang digelar di Aula Kantor Kepala Desa Sanur Kauh, Kota Denpasar, Bali.
Kegiatan yang dihadiri masyarakat umum dan komunitas di Desa Sanur Kauh ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemahaman mengenai literasi digital. Sehingga menciptakan ekosistem digital nasional yang nyaman bagi masyarakat.
“Harus hati-hati dalam menggunakan teknologi, terutama dalam menggunakan media sosial. Salah ketik maka akan berdampak ke hal negatif, dulu kita harus mengendalikan bicara, sekarang kita juga harus mengendalikan jari dalam me-like dan berkomentar di medsos,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Komunikasi Publik Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemerintah Kota Denpasar, Cokorda Istri Sri Kristinadewi dikutip Kamis (4/04/2024).
Lebih lanjut, Cokorda, meminta peserta agar dapat lebih teliti dan tidak buru-buru dalam share informasi yang diterima dan harus perhatikan kembali berita tersebut memiliki nilai kebenaran atau tidak.
Sementara itu, Kepala Desa Sanur Kauh, I Made Ada menegaskan bahwa pemahaman mengenai literasi digital yang dilaksanakan Kemenkominfo berkolaborasi dengan Pemkot Denpasar, Tular Nalar dan Google Indonesia sangat penting untuk dimiliki oleh masyarakat.
“Ada empat pilar yang harus kita terapkan di internet, salah satunya mari kita belajar beretika dalam menggunakan media sosial, sering sekali ada orang bilang mulutmu harimaumu, sekarang muncul istilah baru yaitu jarimu harimaumu sehingga penting kita menjaga etika di media sosial,” tegas Made.
Kecakapan digital juga tidak kalah penting untuk dikuasai, lanjut Made, kurang cakapnya kita dalam menggunakan teknologi digital bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
“Karena kurang cakapnya kita dalam menggunakan teknologi digital ini kita bisa kesusahan di jalan, contohnya kalau kita pakai google maps, karena kita kurang cakap kita bisa tersesat karena tidak bisa mengikuti petunjuk dari google maps tadi,” terang Made.
Dalam kesempatan tersebut, Chief Advisory Board Universitas Primakara, I Gede Putu Krisna Juliharta menyampaikan materi mengenai multikulturalisme di dunia digital.
“Dalam penggunaan internet ada namanya Netiket atau tatakrama di internet. Salah satu contohnya Ketika kita mengetik sesuatu dengan huruf kapital semua bisa jadi itu menjadi masalah karena kita akan dikira marah,” jelas Krisna.
Dia menghimbau agar peserta harus bisa menjaga privasi orang lain dan tidak menggunakan kata-kata vulgar di internet karena seluruh dunia bisa melihat apa yang kita posting, hal itu disebut jejak digital dan sangat berbahaya.
Saat ini, perkembangan teknologi lebih cepat dari literasinya. Adanya judi online sebagai bagian dari perkembangan teknologi digital sangat merugikan masyarakat khususnya bagi anak muda.
Lihat Juga: Pelaku Usaha Depot Air Minum di Bali Antusias Ikuti Pelatihan Manajemen Higiene dan Sanitasi
(shf)