Sejarah Letusan Gunung Kelud Kubur Peninggalan Candi Era Kerajaan Kediri

Rabu, 17 Januari 2024 - 07:30 WIB
loading...
Sejarah Letusan Gunung Kelud Kubur Peninggalan Candi Era Kerajaan Kediri
Letusan Gunung Kelud konon membuat peninggalan arkeologis Kerajaan Kediri hancur. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Letusan Gunung Kelud konon membuat peninggalan arkeologis Kerajaan Kediri hancur. Memang dari beberapa sumber bukti sejarah, Panjalu yang menjadi cikal bakal Kerajaan Kediri sering berpindah-pindah ibu kota karena peperangan.

Terakhir konon ibu kota kerajaan ini berlokasi di Daha, yang lokasinya diperkirakan berada di wilayah Kediri saat ini. Kerajaan Kediri ini memang menjadi warisan dari Raja Airlangga yang membagi dua bagi anaknya, satu merupakan Kerajaan Janggala dan satu lagi Kerajaan Panjalu.

Seiring perjalanannya waktu konon peninggalan kerajaan tak begitu banyak. Berbeda dengan Kerajaan Mataram Kuno yang meninggalkan banyak candi dan arca-arcanya, Kerajaan Kediri justru sedikit mempunyai peninggalan semacam itu.

Dugaannya sebagaimana dikutip dari "Sejarah Nasional Indonesia II : Zaman Kuno" letusan Gunung Kelud menjadi penyebab hilangnya peninggalan - peninggalan Kerajaan Kediri. Pernyataan ini ada benarnya ketika beberapa penemuan arkeologi tak terduga muncul. Indikasi adanya lahar Gunung Kelud yang menimbun candi-candi itu selama ratusan tahun muncul.



Peninggalan arkeologi dari masa Kadiri tersebut adalah Candi Gurah, Petirtaan Kepung, dan candi Tondowongso. Candi Gurah ditemukan secara tidak sengaja oleh penduduk pada tahun 1957, merupakan kompleks percandian bata yang terdiri dari candi induk dan tiga candi perwara di depannya.

Percandian ini terpendam sedalam kurang lebih 5 meter di bawah permukaan tanah sekarang. Struktur candi bata tersebut sudah sangat rusak, tetapi arca-arcanya yang dibuat dari batu masih utuh, yaitu arca Brahma, Sürya, Candra, dan Nandi.

Berdasarkan jenis-jenis arca tersebut diketahui bahwa percandian Gurah merupakan percandian Siwa, meskipun arca Siwa yang seharusnya ada di candi induk mungkin sudah pecah berkeping-keping. Sesudah ekskavasi pada tahun 1959, candi ini ditutup kembali, arcanya disimpan di Museum Nasional dan Museum Istana.

Petirtaan atau Pemandian Suci Kepung ditemukan pada tahun 1983. Seperti juga candi Gurah, petirtaan Kepung juga terpendam di bawah timbunan lahan sedalam kurang lebih 3-6 meter. Petirtaan yang dibuat dari bata ini mempunyai batur dengan menara-menara yang dahulu memancarkan air.

Air juga keluar dari dinding batur melalui makara batu. Ekskavasi yang telah beberapa kali dilakukan belum berhasil menampakkan seluruh kolam dan batur bermenara, tetapi petirtaan ini terpaksa ditimbun kembali karena lubang ekskavasi yang sangat dalam amat rawan bahaya.

Candi Tondowongso yang berada di kecamatan yang sama dengan candi Gurah baru ditemukan pada awal tahun 2007. Candi bata ini juga terpendam tanah sedalam tiga meter. Susunan percandian seperti Candi Gurah, terdiri dari candi induk dan tiga candi perwara di depannya. Arca- arcanya yang dibuat dari batu juga sebagian sama dengan arca candi Gurah.

Arca candi Tondowongso lebih banyak, yaitu sejumlah 14 buah terdiri dari Sarca dewa, 2 fragmen arca, 2 nandi, sebuah lingga, dan sebuah yoni. Arca-arca Tondowongso terdiri dari Brahma, Durga, Sürya, Candra (2 buah), Nandiswara, Agastya, dan Ardhanari. Seperti juga arca-arca Gurah, arca Tondowongso ini menunjukkan latar belakang keagamaan Siwaisme. Struktur Candi Tondowongso sudah sangat rusak, yang tersisa hanya sebagian kaki candinya.

Terakhir temuan mengejutkan yakni dugaan struktur bangunan yang diidentifikasi sementara dari era Raja Kertajaya di Desa Kayunan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, di Januari ini. Temuan ini pun saat ini tengah diteliti oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XI Jawa Timur.

Memang sebagian besar temuan candi-candi dari masa Kerajaan Kediri sudah rusak, setidaknya dapat memberikan gambaran mengenai corak keagamaan dan gaya kesenian masa tersebut.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1299 seconds (0.1#10.140)