Disdik Wonosobo dan GSM Workshop Pembaruan Metode Pendidikan

Rabu, 03 Januari 2024 - 08:38 WIB
loading...
Disdik Wonosobo dan GSM Workshop Pembaruan Metode Pendidikan
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) berkolaborasi dengan Disdik Kabupaten Wonosobo menggelar workshop pelatihan pendidikan pada guru dan kepala sekolah. Foto/Ist
A A A
WONOSOBO - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Wonosobo menggelar workshop pelatihan pendidikan yang berfokus pada perubahan mindset dan kesadaran diri kepada guru dan kepala sekolah. Kegiatan ini dalam rangka menyebarluaskan jiwa pendidikan berkemanusiaan di Indonesia.

Workshop ini merupakan kegiatan lanjutan dari acara Badan Belajar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Tengah yang mengundang Founder GSM Muhammad Nur Rizal. Di acara tersebut, lebih dari 6.000 guru penggerak yang akan diwisuda mendengarkan paparan Rizal.

Terutama narasi yang diusung mengenai pendidikan yang memanusiakan manusia. Narasi ini menginspirasi terselenggaranya workshop tidak hanya di Wonosobo, tetapi juga di seluruh daerah Jawa Tengah, Tangerang, Tangerang Selatan, dan bahkan sampai ke Kalimantan seperti daerah Bontang, Katingan, dan Palangkaraya.

Workshop di Wonosobo berlangsung selama empat hari mulai dari Senin, 18 Desember 2023 hingga Kamis, 21 Desember 2023. Acara ini diikuti lebih dari 200 guru dan kepala sekolah se-kabupaten Wonosobo. Sesi-sesi tersebut dipimpin oleh Muhammad Nur Rizal sebagai founder GSM dan Novi Poespita Candra selaku co-founder GSM.



Dalam paparannya, Rizal menjelaskan konsep permainan finite dan infinite yang dapat dikaitkan dengan sistem pendidikan di Indonesia. Permainan finite memiliki akhir yang terbatas, aturan dan tujuan permainan untuk memenangkan sesuatu dan pemainnya juga jelas.

Sedangkan permainan infinite tidak memiliki aturan baku, pemainnya datang silih berganti, yang dilawan pun juga tidak jelas siapa dan memiliki perspektif jangka panjang. “Sejatinya, dunia pendidikan adalah permainan infinite,” katanya.

Pendidikan telah berlangsung selama berabad-abad, dengan guru dan siswa yang silih berganti. Namun, saat ini mindset yang kita miliki masih terpaku pada permainan finite. ”Sehingga kita terobsesi untuk menjadi yang terbaik dalam berbagai hal di dunia pendidikan seperti kompetisi nilai, mengejar karir, sehingga terjebak dalam suasana formalisme dan urusan administratif,” ujarnya.

“Medan pendidikan yang infinite diperlakukan dengan finite berakibat pemain bermain untuk menang, padahal tidak ada aturan kemenangan yang pasti dalam permainan. Itulah yang terjadi pada guru di Indonesia saat ini,” tambahnya.

Menurutnya, pendidikan merupakan perjalanan membangun peradaban yang membutuhkan waktu dan perjalanan panjang. Mengejar kompetisi dalam pendidikan justru akan melahirkan rasa frustasi dan kehilangan sumber daya untuk bertahan. Karena tidak ada kemenangan dan kekalahan dalam dunia pendidikan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0085 seconds (0.1#10.140)